Part 8

43.8K 7.1K 2.2K
                                    

"The tears of joyful for the pleasure and the certainty. That we surrounded by the comfort. And protection of the highest power, in lonely hours. The tears devour you."

╰●╮╰●╮╰●╮

SUDAH 5 hari Jaehyun berada di rumah sakit. Ia hanya bisa memikirkan bagaimana kondisi Ten yang semakin hari semakin buruk. Kesehatan Ten menurun drastis, lelaki mungil itu terlihat semakin kurus dan pucat.

Jaehyun tidak bisa melakukan apapun. Para suster tidak membiarkannya masuk untuk menemani Ten. Mereka bilang, Ten yang tidak membiarkan dirinya untuk masuk.

Ia tahu semua ini salahnya. Jaehyun bersalah karena telah menyerah semudah itu pada Ten. Ia merasa bersalah, sangat. Harusnya Jaehyun tidak menyerah begitu saja. Harusnya ia memperjuangkan rumah tangga mereka.

Menatap Ten yang kini membuang muka. Jaehyun hanya bisa menghela nafas kecewa; selalu seperti ini. Ten selalu mengalihkan wajah saat ia ingin menatap wajah cantik itu.

Kenapa? Jaehyun hanya ingin Ten menatap wajahnya. Apakah Ten merasa marah dan kecewa padanya karena ia sudah meninggalkan Ten?

"Maafkan aku Ten.." Jaehyun bergumam; menempelkan telapak tangan pada kaca. Memohon pada Ten agar lelaki cantik itu mau menatap wajahnya.

Merasa terus menerus diabaikan. Jaehyun akhirnya kembali ke tempat duduk. Selama 5 hari ini ia menginap di rumah sakit, dan Jaehyun hanya makan sehari sekali. Ia tidak membawa uang banyak, dan ia tidak ingin kembali ke rumah Taeyong.

Entahlah. Jaehyun rasa saat ini ia membenci Taeyong. Walaupun ada sebagian hatinya yang tidak merasa rela karena Jaehyun membencinya.

Tapi mau bagaimana lagi? Taeyong itu seorang pembohong, dan Jaehyun tidak menyukai seorang pembohong seperti Taeyong.

Tiba-tiba pintu ruangan unit darurat itu terbuka. Beberapa dokter serta perawat yang membawakan banyak alat mulai masuk ke dalam. Jaehyun tertegun; dengan cepat ia kembali berdiri dan menatap Ten. Matanya melebar saat melihat tubuh Ten yang sedang dalam keadaan kejang. Beberapa dokter mulai mengelilingi ranjang milik Ten.

"Ten?!" Jaehyun memekik. Memukul kaca tersebut dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Hatinya merasa sakit melihat Ten seperti itu.

Salah satu suster menatap Jaehyun. Lalu suster itu menarik gorden yang berada disana. Membuat Jaehyun mengerang kesal karena ia tidak bisa lagi melihat Ten.

"Tidak! Ten!" Jaehyun menempelkan dahinya pada kaca. Ia tidak peduli jika banyak orang yang menganggapnya sebagai lelaki aneh. Yang ada di otaknya saat ini adalah Ten, Jaehyun tidak bisa kehilangan Ten. Ia tidak bisa.

Menangis dalam diam. Ingatan Jaehyun melayang saat pertama kali ia bertemu dengan Ten. Senyuman manis itu selalu bisa membuat jantungnya berdetak dengan cepat, wajah cantiknya selalu menjadi penyemangat bagi Jaehyun.

Tapi kemudian gambaran Ten yang berada di kepalanya di gantikan dengan wajah Taeyong. Senyuman Taeyong yang begitu tulus; tawanya yang terdengar begitu merdu. Dan juga wajah cantiknya yang berhasil membuat perut Jaehyun di penuhi oleh beribu kupu-kupu.

Dan yang terakhir. Jaehyun bisa melihat jika Taeyong menangis; memanggil namanya. Saat mereka berada di taman belakang rumah Taeyong. Dimana Jaehyun mengetahui fakta bahwa Ten sedang sakit.

[1] Truly Madly Deeply《Jaeyong》✔Where stories live. Discover now