Ayahmu adalah bagian dari dirimu. Bahkan ketika kau berhenti menemuinya, DNA yang tertanam di dalam darahmu adalah miliknya. Kau tidak akan pernah bisa lari.

Jemari Chanyeol menekan pelipis kanannya.

"Bagaimana jika aku bertemu dengannya lalu ia tidak akan membiarkan aku pergi? Bagaimana jika ia memasukkanku ke dalam rehabilitasi? Bagaimana jika-" Tenggorokan Chanyeol tercekat.

"Apakah hal itu yang kau takutkan? Bagaimana jika ia menyesali perbuatannya selama ini dan mendukungmu?" Tanya Dokter Kim.

Chanyeol menggelengkan kepalanya. Ayahnya bukan orang yang seperti itu.

"Chanyeol..."

Dokter Kim melihat kembali tatapan pemuda 17 tahun yang ia periksa dulu.

"Kau sudah dewasa dan semua keputusan ada di tanganmu. Kau bisa menolak apapun yang Ayahmu inginkan jika kau keberatan. Dan kau tidak akan ada di pusat rehabilitasi tanpa rekomendasi dari ku." Kata Dokter Kim.

Chanyeol terdiam. Pemuda itu menarik nafas dalam-dalam sebelum menghembuskannya dengan bergetar.

"Bagaimana cara untuk memaafkannya?"

.

.

.

"Bagaimana dengan sesimu hari ini?" Tanya Yifan ketika ia dan Chanyeol berbaring di atas tempat tidur.

Chanyeol yang tertidur miring semakin mengeratkan lengannya yang melingkar pada perut Yifan. Kepalanya ia letakkan di atas lengan pemuda yang sedang memainkan rambutnya itu.

"Semuanya berjalan lancar. Aku hanya perlu meminum obatku secara rutin." Jawab Chanyeol pelan. Ia ragu-ragu untuk bercerita tentang pembicaraannya pada Dokter Kim mengenai Ayahnya.

Keduanya kemudian terdiam. Yifan menikmati pemandangan kosong di langit-langit kamar apartemen milik Chanyeol, sementara pemuda itu sendiri menghirup aroma tubuh Yifan yang menguar dari lehernya.

"Aku sepertinya harus kembali ke China untuk beberapa saat." Kata Yifan lagi.

Ia bisa merasakan tubuh Chanyeol menegang mendengar hal itu.

"Why?" Chanyeol melepaskan diri dari Yifan kemudian bangkit.

Yifan mengikutinya duduk dan mengamati gerak-gerik pemuda yang mulai terlihat gelisah itu. Yifan mengejar telapak tangan Chanyeol dan meremasnya. Hal itu membuat Chanyeol akhirnya memalingkan wajah dan menatap Yifan.

"Chanyeol..."

Chanyeol berusaha mempersiapkan diri untuk apapun yang akan Yifan katakan padanya, termasuk perpisahan. Mungkin kali ini, mereka hanya cukup mengucapkannya dengan benar.

"Ayo kita pindah ke Kanada. Ayo kita mulai semuanya dari awal." Ucap Yifan dengan bahasa Koreanya yang beraksen asing. Chanyeol sempat berpikir bahwa ia salah mengartikan kalimat Yifan barusan.

"Aku sudah memikirkannya selama beberapa waktu, aku hanya perlu mengurus dokumen-dokumenku di China dan kita bisa berangkat kapan pun." Kata Yifan lagi, meyakinkannya.

Chanyeol belum pernah pergi ke luar negeri sebelumnya. Ia tidak punya paspor, apalagi visa. Ia tidak tahu bagaimana harus mengurusnya. Terlebih lagi, ia tidak tahu harus menjawab ajakan Yifan dengan apa.

"Aku masih harus menyelesaikan sesiku dengan Dokter. Aku harus meminum obat setiap waktu. Aku-" Chanyeol tidak berani menatap Yifan.

Bagaimana jika kali ini kita juga gagal? Bagaimana jika aku mengacaukan semuanya seperti sebelumnya? Apa yang akan orang-orang pikirkan?

PARADISEWhere stories live. Discover now