Part 1

78 7 0
                                    

Langit itu tampak sedikit lebih gelap dari biasanya. Angin berhembus cukup kencang menerpa apa saja yang berada dihadapannya. Lampu-lampu mulai menyala, membuat pemandangan dari lantai 6 bangunan apartemen itu terlihat sungguh indah.

Rosé kembali menyesap secangkir teh hangat yang sedari tadi dipegangnya seraya memandang lurus kearah deretan rumah dan bangunan didepannya yang nampak berwarna-warni dengan lampu-lampu yang menghiasinya. Tak hanya itu, gadis berambut pirang itu pun dapat melihat dengan cukup jelas Elliot Bay yang terhampar luas disisi sebelah kirinya dengan Seattle Great Wheel yang berdiri kokoh diantaranya.

Rosé menghembuskan nafasnya pelan, memberi tanda bahwa dia sangat menikmati hari liburnya hari ini. Ternyata, pilihannya untuk tinggal di kota dengan iklim mendung sepanjang tahun ini memang sangat tepat. Meninggalkan seluruh keluarganya yang tinggal di Melbourne dan juga Seoul. Baru dua tahun dia tinggal disini dan dia sudah benar-benar jatuh cinta pada kota yang sering sekali berkabut ini. Dan juga di kota ini lah dia merasakan bagaimana rasa manis dan pahitnya cinta bersama seorang pria yang bahkan sampai saat ini masih dia tunggu kabarnya.

Meskipun matanya tetap memandang lurus kedepan, tetapi pikirannya selalu bergejolak untuk memutuskan apa dia harus menghubungi kekasihnya itu terlebih dahulu ataukah menunggu pria itu menghubunginya. Untuk saat ini, sepertinya ego nya itu memilih untuk diam dan menunggu sampai pria itu menghubungi dirinya terlebih dahulu.

"sampai kapan kau akan duduk merenung disitu, Mrs.Rosie?"

Tiba-tiba saja Jisoo muncul tepat dibelakang Rosé dengan pakaian super rapih nya. Rambut gadis berwajah oriental itu sudah digerai dan dibuat bergelombang, serta dari tempatnya duduk Rosé pun bisa mencium wangi vanilla yang berasal dari parfum yang dipakai oleh sahabatnya itu. Padahal, penampilan Jisoo tadi pagi tak berbeda jauh dengan penampilannya saat ini. Sebuah kaus tangan panjang dengan celana trainning, lengkap dengan rambut cepolan yang tak begitu rapih dan juga menyisakan bau dari kimchi jiggae yang tadi pagi dibuatkan Jisoo untuk sarapan.

"10 menit lagi kau berada disini, aku jamin kau bisa terkena flu".

"Baguslah. Aku bisa menambah hari liburku kalau begitu". Rosé pun terkekeh pelan. "Kau akan pergi bersama Dean?"

"Dan jika itu terjadi, maka aku akan benar-benar merebusmu bersama kimchi jiggae".

Jisoo pun melangkah maju mendekati Rosé dan duduk disebelahnya.

"Tadinya aku akan makan malam bersama dia, tapi tiba-tiba saja dia membatalkannya disaat aku sudah sangat siap".

Jisoo mendengus kecil dan memutar bola matanya sebagai tanda bahwa ia sudah sangat kesal dengan kekasih super sibuknya itu.

"Sepertinya kisah cintamu tidak berbeda jauh dengan ku". Kekeh Rosé lagi yang langsung mendapat cubitan keras dilengannya dari Jisoo.

"Setidaknya dean tidak sampai menghilang begitu saja selama dua minggu berturut-turut. Dia masih memberiku kabar setiap hari, masih menyisihkan waktunya dihari minggu hanya untukku". Jelas Jisoo yang perlahan membuat senyum diwajah Rosé memudar.

"Oke, baiklah. Kisah cintamu tidak se menyedihkan kisah cintaku". Rosé pun menghabiskan sisa teh dicangkirnya dalam sekali teguk, membuat Jisoo merasa sedikit bersalah karena berkata terlalu kasar pada sahabatnya itu.

"Jadi, pria itu masih belum menghubungimu juga? Oh tuhan, aku sangat kesal sekarang".

Jisoo berusaha mengipas-ngipasi wajahnya yang terasa memanas sekarang. Angin musim dingin yang bertiup sore itu, tidak cukup untuk mendinginkan wajah memanasnya sekarang.

"Bagaimana jika kita makan malam diluar? Kudengar ada restoran korea baru yang sangat enak. Sudah lama kita tidak minum soju bukan?"

Jisoo berusaha mengalihkan pembicaraan karena melihat Rosé yang kembali murung. Padahal Rosé bukan tipe gadis pendiam seperti ini. Bahkan dia berani beradu mulut dengan kedua orang tua nya saat dia tidak diijinkan untuk pergi ke Seattle bersamanya dua tahun yang lalu, sehingga lambat laun orang tua nya lelah dan membiarkannya pergi. Dan akhir-akhir ini, Jisoo selalu mendapati gadis itu sering melamun dan murung. Tetapi anehnya, Rosé tidak pernah menangis. Membuat Jisoo bersumpah dalam hati jika dia bertemu dengan pria itu, dia akan memberinya pelajaran karena sudah membuat sedih sahabatnya itu.

ENDING SCENEWhere stories live. Discover now