Part 3

37 6 0
                                    

"Rosé! Sepertinya aku akan pulang terlambat. Kau bisa pulang lebih dulu hari ini".

Jisoo menghampiri Rosé yang tengah berkutat dengan sebuah note kecil lengkap dengan bolpoin nya didepan etalase cafe yang menyajikan berbagai macam potongan kue.

"Baiklah. Aku akan pulang setelah mengecek kue apa yang harus kita buat untuk besok. Kath bilang dia akan berbelanja saat pulang nanti".

Rosé berbicara tanpa memperhatikan Jisoo yang kini tengah memperhatikannya sambil bergumam kecil. Rosé tahu jika Jisoo pasti kesal dengannya karena ia belum menceritakan apa yang terjadi beberapa hari yang lalu antara dirinya dan Jeffrey dan Jisoo pun hanya tahu Rosé pulang dalam kondisi yang sangat tidak baik.

Rosé sendiri berpikir jika Jisoo tidak perlu mengetahui apa yang terjadi dengannya malam itu. Kejadian memalukan serta menyakitkan baginya itu, cukup disimpannya dalam hati saja.

"Kau bisa pulang membawa payung yang ada didapur. Kurasa sebentar lagi hujan akan turun". Tambah Jisoo sambil mengintip langit kota Seattle yang sudah mulai gelap dari balik jendela cafe.

"Kau sendiri? Bukankah itu payung milikmu?" Tanya Rosé sambil menutup catatan didepannya dan melepaa Apron berwarna coklat yang terpasang dipinggangnya.

"Aku hanya akan mengantar Dean untuk membeli sesuatu di Nordstrom". Jawab Jisoo berseri-seri setelah menyebutkan salah satu tempat belanja terkenal di Seattle. Rosé pun tertawa kecil melihat ekspresi sahabatnya itu.

Ditengah perbincangan keduanya, tiba-tiba saja suara lonceng yang terpasang dipintu cafe berdenting. Hal tersebut membuat Rosé maupun Jisoo berpaling untuk menyambut pelanggan mereka.

"Selamat dat...ang".

Jisoo yang awalnya menyambut pelanggan itu dengan riang, seketika berubah masam setelah mengetahui siapa orang yang baru saja menginjakan kaki di cafe miliknya itu.

"Hai Jisoo, Hello ... Rosie".

Sama seperti Jisoo, Rosé pun sedikit terkejut ketika melihat Jeffrey tengah berdiri tak jauh dari dirinya dengan senyum kecil yang dia tahu itu adalah senyuman yang dipaksakannya.

"Bisakah aku berbicara denganmu, Rosie?".

Rosie, Rosie, Rosie.

Nama yang kini terasa janggal ditelinga Rosé bila Jeffrey yang menyebutnya. Perasaan senang ketika Jeffrey memanggilnya dengan nama itu, dia rasa sudah hilang.

"Tentu saja kalian harus bicara. Bye Rosé, sampai bertemu dirumah nanti".

Jisoo pun meninggalkan Rosé dan Jeffrey berdua dengan suasana canggung. Jika saja mereka tidak tengah berada di tempat umum, Jisoo pasti sudah mengamuk menggantikan Rosé yang hanya diam ditempatnya.

"Jam kerjaku sebentar lagi habis. Maukah kau menungguku?"

Rosé tersenyum manis. Setidaknya hanya itu yang bisa dilakukannya saat ini.

"Tentu saja".

***

Jeffrey berulang kali menghela nafasnya berat sambil melirik kearah Rosé yang tengah asik memandangi hujan diluar sana. Gadis ini masih sangat menyukai hujan.

"Minumlah sebelum kopinya dingin". Ucap Jeffrey membuka percakapan diantara mereka.

Setelah duduk hampir 15 menit tanpa berbicara sepatah kata pun di cafe yang letaknya tidak jauh dari Cafe milik Jisoo dan Rosé, masih dikawasan Pioneer Square yang merupakan kawasan Vintage di Seattle.

"Terlalu pahit". Jawab Rosé seadanya.
Seketika Jeffrey ingat jika Rosé tidak menyukai americano. Gadis itu menyukai Latte.

"Maafkan aku, aku lupa jika kau tidak meminum Americano. Aku akan memesankan minuman lagi untukmu".

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 24, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ENDING SCENEWhere stories live. Discover now