51. Malam Pertama

13.8K 298 92
                                    

Tubuhku dan tubuh Randy menyatu. Bagai campuran garam dan gula yang saling melengkapi dalam menguatkan citarasa masakan, sehingga terbentuk rasa yang sedap dan nikmat. Aaacckkh ....

Napas kami memburu, bersinergi dengan alunan elegi ranjang yang bergoyang-goyang. Mata kami terpejam. Untuk memusatkan indera perasa dalam memaksimalkan sejuta rangsangan yang mengalir deras. Ada serbuan yang bertalu dari setiap jamahan permukaan kulit telanjang kami yang beradu. Ough ....

Seperti sepasang burung laut yang terbang bebas di angkasa. Meluapkan gejolak asmara yang menggebu-gebu di dada. Membaur dengan angin dan bergulingan meresapi senandung alam yang melantunkan kidung birahi. Ssssshhhhhhh ... aaaaaccckkhhhh ...

Aku dan Randy melepas satu per satu pakaian yang menempel di tubuh kami, hingga kami benar-benar polos seperti sepasang bayi tikus. Telanjang lepas tanpa hiasan bulu.

Randy

Randy memberikan sebuah kecupan mesra di leher dan di bibirku, kecupan hangat yang mengantarkan aku ke atas tebing tinggi, lalu meluncur deras jatuh ke bumi. Uuughhh ... sangat mendebarkan! Jantungku terasa mau copot tatkala lidah becek Randi meliuk-liuk manjah di permukaan putingku. Sekujur tubuhku menggelinjang merasakan sensasi kenikmatan yang merangkak memenuhi syaraf nadi.

Ough ... lagi-lagi otot-ototku bergidik! Saat ujung lidah Randy menari-nari lembut menjilati perut dan area pubisku. Accckkhhh ... aku jadi merem melek ketika permukaan lidahnya yang basah menyentuh dua bola kembar yang menggantung di wilayah selangkanganku. Uuuggghhh ... sapuannya benar-benar membuat bulu romaku merinding.

Randy mengangkat kedua kakiku, lalu membuka lebar-lebar kedua pahaku sehingga aku ngangkang seperti seekor kodok eksperimen dalam laboratorium biologi.

Tak ada kata yang keluar dari mulut Randy. Cowok itu hanya merunduk dan menyeruduk alat vitalku yang sudah berdiri tegak seperti tongkat security. Acckkhhhh ... aku mendesah manja, ketika perlahan-lahan lubangku yang masih tertutup rapat itu diam-diam dijilati, sehingga mengantarkan impuls-impuls listrik yang menggetarkan tubuh telanjangku. Aahhhh ... apa ini? Rasa yang tak pernah aku nikmati sebelumnya. Sebuah rasa yang seolah membawaku terbang ke nirwana dan mendapatkan bulir-bulir buah kuldi yang memabukan insani.

Sreeetttt ... apa itu? Sesuatu yang berusaha menerobos pertahanan gawangku. Benda itu berputar-putar di lingkaran permukaan liang boolku. Aaacckkhhhh ... rasanya sedikit sakit, ketika benda asing itu mulai mengorek-orek dinding lubang persenggamaanku. Ough ... enak rasanya, ketika aku merilekskan tubuhku dan berusaha mengenali tusukan demi tusukan yang mulai menghantarkan rasa kenikmatan.

''Apa yang kamu rasakan, Poo?'' ujar Randy.

''Mmm ... enak,'' kataku.

''Ini baru jemariku, Poo ... aku belum menggunakan kontolku untuk mengobrak-abrik liangmu!''

''....'' Aku hanya menghela nafas dan memerem-melekan mataku.

''Apa kamu sudah siap?''

''....'' Aku mengangguk.

Sreeeettt!

Randy merobek pembungkus kondomnya. Lalu dia memasangkan karet lateks itu di seluruh batang kejantanannya yang sudah menegang hebat. Selanjutnya dia mengarahkan senjata pribadinya itu ke liang anusku. Jlebbb ... tidak membutuhkan waktu lama benda bulat panjang itu tenggelam ke dalam liwat kenikmatanku.

''Ough ....'' Aku mendesah, Randy juga.

Randy mulai mengoyang tubuhnya. Dia menggerakan maju mundur pantatnya dan mengeluar-masukan perkakas keramatnya di lubangku yang telah becek dengan cairan pelumas.

''Ough ... ah ... ah ... ah ...'' Randy terus membuat genjatan senjata yang mampu memporak porandakan gerbang pertahananku dan menciptakan hentakan-hentakan manjah yang mampu membuatku menggelinjang ke kiri dan ke kanan.

Accckkhhh ... suaraku mendesah tak karuan, saat tubuh Randy menindihku dan semakin cepat goyangan pantanya yang naik turun seirama dengan genjotan kontolnya yang menggesek rongga-rongga liang duburku. Keluar masuk, keluar masuk, maju mundur, maju mundur cantik, seperti orang yang sedang mengergaji.

''Ackh ... ackh ... ackh ...'' Aku cuma bisa merancau dengan desahan yang menambah suasana panas persenggamaan.

Randy terus mengghujamkan bola plontosnya hingga menciptakan gol-gol cantik di gawangku. Makin lama gerakan Randy semakin cepat, semakin bringas dan semakin kuat dia mencengkram tubuhku.

Poo

''Poo ... aku mau keluar ... aku mau keluar... aaaccckkhhhh!'' Dengan gesit Randy mencabut kontolnya dari lubang boolku, lalu dengan cepat pula dia melepas kondom yang menyimuti batang kemaluannya. Untuk beberapa saat dia mengocok-ngocok kontolnya sendiri hingga tubuhnya mengejan dahsyat dan ujung kepala kontolnya menegang hebat, lalu ...

Crooot ... Crooot ... Crooot!

Cairan putih nan kental menyembur dari lubang kontol Randy dan menyemprot di mukaku. Sebagian cairan itu membasahi leher dan wajahku dan sebagian lagi berceceran di perut dan dadaku.

Aaaacckkhhh ... Randy buru-buru melumat bibirku, kemudian tangannya meraih kontolku dan mengocoknya dengan cepat. Rupanya dia tidak mau egois, dia berusaha membuatku klimaks juga. Dengan penuh nafsu Randy mengulum dan menghisap daging bibirku sembari mengocok-ngocok organ vitalku.

Aaaccckkhhh ... mulut Randy beralih ke arah putingku. Dia menghisap dan menggigit manjah salah satu area paling sensitifku itu. Tangannnya juga masih mengurut naik turun senjata pertempuranku. Dia terus melakukan itu sampai sekujur tubuhku menggeliat dan menegang sehebat-hebatnya, lalu dari kedua skrotumku mengalir gerakan sperma yang meluncur deras hingga di ujung kontolku berkedut-kedut dan sedetik kemudian ...

Crooot ... Crooot ... Crooott!

Magma putih berhamburan dari lubang kontolku.

Aaacckkhhhh ... untuk terakhir kalinya Randy melumat bibirku, agar aku bisa menikmati sisa-sisa orgasme yang terlalu sayang untuk dilewatkan.

''Aku sayang kamu, Poo ...''

''Aku juga sayang kamu, Ran ...''

Sejenak kami berpelukan untuk menuntaskan rasa nikmat bersama-sama. Kemudian kami membersihkan sekujur tubuh kami dengan tisu, hingga kami bebas dari ceceran sperma yang mengotori tubuh kami.

''Minumlah ...'' Randy menyerahkan sebotol air mineral ke tanganku.

''Terima kasih.'' Aku langsung meminumnya.

''Makanlah coklatnya, Poo ...'' kata Randy sembari mengupas bungkus coklat bawaannya,''sebatang coklat akan membuat tubuhmu menjadi rileks,'' lanjutnya sambil mempotek ujung coklat itu dan menyuapkannya ke mulutku.

''Terima kasih, Ran ...''

''Enak?''

''Enak, Ran ... gurih dan manis!''

''Kamu suka, Poo?''

Aku mengangguk dan tersenyum.

''Aku mencintaimu, Poo ... sangat mencintaimu.'' Randy memegangi daguku dengan sangat lembut.

''Aku juga!''

Aku dan Randy saling berpandangan dengan tatapan yang penuh haru.

''Bagaimana dengan gantungan kunci pemberianku, Poo? Apa kamu menyukainya?''

''Hehehe ... nakal!'' Aku mencubit gemas pipi Randy.

''Hehehe ...''

Randy tertawa, aku juga. Lalu kami berdua kembali berpelukan untuk menikmati betapa indahnya kebersamaan ini. I love you so much, Randy.

Itulah malam pertamaku bersama Randy. Seorang laki-laki yang kusuka sejak duduk di bangku SMK.

Gelora 'G' SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang