Algorithm of Love

Start from the beginning
                                        

"Apa kau benar-benar akan pergi?" tanya Hiashi.

Hinata mengangguk, "Aku hanya pergi sebentar, dan pasti akan kembali."

Hiashi mengangguk lalu mengusap rambut Hinata, "Apa kau sudah berpamitan pada kaa-san?"

"Aku baru akan berpamitan, aku sengaja kembali ke rumah sebelum menemui kaa-san, setidaknya aku harus memakai baju yang lebih pantas." Hinata menunjuk penampilannya yang mengenakan blouse berwana broken white dan rok payung berwarna hitam. "Aku ingin tou-san ikut." Hiashi tersenyum dan kembali mengangguk, ia tidak bisa menolak permintaan putri kesayangannya itu.

ALGORITHM OF LOVE

Pemakaman Konoha. Tempat itu seminggu sekali Sasuke kunjungi, meskipun sedang dikejar deadline, Sasuke selalu menyempatkan diri mengunjungi salah satu makam di sana. Sasuke meletakan sebatang bunga lily putih di atas batu nisan.

Sasuke duduk dengan menjadikan lututnya sebagai tumpuan, "Hai Shion, apa kabar?" tidak ada jawaban, Sasuke tersenyum lalu melanjutkan ucapannya, "Maaf aku baru bisa mengunjungimu, aku sedang mengerjakan proyek yang cukup berat." Sasuke menarik napas dengan berat, "Apa yang akan kau lakukan jika kau tahu aku menyakiti seorang wanita yang tidak bersalah?"

Sasuke terus bercerita tanpa menyadari jika wanita yang sedang ia bicarakan tengah memperhatikannya.

Hinata menaikan sebelah alisnya saat melihat Sasuke tengah bersimpuh di hadapan sebuah makam. Tapi Hinata tidak peduli, tujuannya kemari untuk berpamitan pada mendiang ibunya bukan untuk ikut campur urusan Uchiha menyebalkan itu.

Saat Hinata turun –setelah berdoa di makam ibunya- Sasuke masih berbicara di depan makam itu. Dengan kebaikan hatinya, Hinata menghampiri Sasuke dan membaca nama yang tertulis pada nisan. Miko Shion, nama itu tertulis pada nisan. Hinata menyimpan setangkai mawar merah di samping tulip putih yang sebelumnya diletakan oleh Sasuke.

Sasuke mendongkak, Hinata hanya diam dan ikut berjongkok, tangan Hinata bertaut di depan dadanya –berdoa. Sasuke terdiam, wajah Hinata terlihat tenang saat sedang berdoa.

"Dia Shion, sahabat masa kecilku." Ujar Sasuke saat Hinata selesai berdoa.

"Lalu?"

"Dia jatuh cinta padaku, tapi aku tidak dapat membalas perasaannya. Karena menuruku lebih nyaman menjadi sahabat dari pada kekasih." Hinata hanya diam mendengarkan cerita Sasuke, "Lima tahun lalu, sebelum bekerja denganmu. Dia dijodohkan oleh ayahnya, Shion menolak perjodohan itu karena masih berharap padaku. Tapi aku tidak bisa, sampai akhirnya dia bunuh diri dengan menyayat nadinya tepat di hari pernikahannya."

Hinata menutup mulutnya dengan kedua tangannya berusaha meredakan bibirnya yag bergetar. Hinata tidak pernah tahu jika Sasuke memiliki sisi yang -bisa disebut- menyedihkan.

"Saat melihat tubuhnya masuk ke dalam mesin kremasi, aku tersadar jika aku menyebabkan dia mati dan ... aku baru sadar jika aku mencintainya."

"Kau terlalu dangkal memaknai cinta." Ujar Hinata setelah terjadi keheningan diantara mereka. "Kau tersesat dalam perasaanmu sendiri. Sepertinya yang kau rasakan bukanlah cinta," Hinata sengaja menggantung ucapannya, Sasuke menatap Hinata dengan dalam, "tapi rasa bersalah."

Hinata bangkit dan menepuk-nepuk lututnya yang sedikit kotor. "Kau tidak perlu menangis, kau hanya perlu memaafkan dirimu sendiri." Baru saja dua langkah Hinata menjauhi Sasuke, langkahnya terhenti karena lengan Sasuke mencekalnya.

Sasuke tiba-tiba memeluk Hinata dan mencium bibirnya, Hinata hanya membalas pelukan Sasuke tanpa berniat membalas ciuman Sasuke. Terkadang saat jiwa seseorang hancur, mereka hanya perlu sebuah pelukan untuk menenangkan jiwanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 15, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Algorithm of Love (Written for SHDL2018)Where stories live. Discover now