Just Stay

740 53 11
                                    

Tak selang beberapa lama, Chanyeol sadarkan diri. Ia memegang kepalanya yang terasa begitu sakit. Karena beradu keras antara setir mobil dengan kepalanya, pelipisnya retak dan membuat aliran darah keluar bebas membasahi sisi kiri wajahnya. Sekilas setelah merasakan sakit di kepalanya, ia segera merangkak ke jok belakang mobil untuk membuka satu-satunya akses keluar dari sana yaitu pintu belakang mobil, karena mobilnya benar-benar terjepit di sebuah pohon besar yang menjepit tepat di kedua pintu depan mobil.

Setelah berhasil keluar, tubuhnya terasa sempoyongan dan kedua lututnya akhirnya menyentuh tanah tak kuasa menahan tubuhnya begitu juga guncangan yang baru saja ia terima dan bertumpu pada kedua telapak tangannya yang juga menyentuh permukaan tanah. Nafasnya tak beraturan dan beberapa kali ia terbatuk-batuk.

Setelah dirasa nafasnya ia dapatkan kembali, Chanyeol mendongakkan kepalanya melihat betapa tinggi jalanan dimana ia jatuh tadi. Tidak curam, landai tapi jauh ia jatuh ke bawah.

"Siapa saja...uhhukk uhukk...tolong!" Ia berteriak sekeras mungkin, berharap seseorang mendengar teriakannya yang lemah.

Tapi ia jatuh ke dasar terlalu dalam, mustahil ada seseorang yang mendengar permintaan tolongnya. Dengan tenaga seadanya, Chanyeol merangkak naik, mencoba keluar dari jurang terkutuk itu.

Ia terus merangkak dan memanjat, berpegangan pada akar-akar pohon di tanah landai itu dan tak jarang pula panjatannya terpeleset, beradu gesek antara kulit tangannya dengan tanah yang berakar tak tajam namun keras. Tak memperdulikan rasa perih yang menjalari tangannya, Chanyeol terus merangkak dan memanjat hingga pada akhirnya dengan nafas yang tersengal ia berhasil mencapai aspalan jalanan, berdiri dengan kedua lutut yang bergetar dan memusatkan pandangannya pada mobilnya yang terjerumus jauh di dasar jurang sana.

Ia kembali menarik nafas berat dan menggeleng-gelengkan kepalanya yang begitu terasa berat, mengedarkan pandangannya ke sekeliling berharap penglihatannya menangkap sesuatu yang dapat membantunya keluar dari jalanan itu. Tapi nihil, yang ia lihat hanyalah jalanan bertebing yang gelap dan sepi.

Semua kesimpulan itu lantas memutuskan asanya. Hari sepetang itu tidak mungkin ada orang yang akan berkendara apalagi berjalan kaki melewati jalanan itu, ia sama sekali tak tahu arah dan tak tahu harus ke mana. Ia benar-benar tersesat. Beruntung ia masih mendapatkan penerangan, satu-satunya penerangan, yaitu cahanya bulan purnama.

Setelah hampir satu kilo meter Chanyeol berjalan dengan langkah yang terseret-seret, akhirnya ia melihat sebuah cahaya. Bukan cahaya lampu sebuah kendaraan, tapi cahanya lampu di sebuah rumah. Matanya yang sayu seketika melebar dan ia berjalan dengan tergesa, sedikit memaksakan dirinya untuk berlari sambil terbungkuk-bungkuk.

Karena memfokuskan pandangannya pada rumah itu, Chanyeol tak menyadari adanya polisi tidur di hadapannya dan menyandungnya begitu saja, alhasil ia harus terjungkal dan kembali mengadu kulit dan lututnya dengan kerasnya jalan beraspal.

"Aaaarrgghh....kenapa bisa...ssshh" Chanyeol meringis kesakitan.

Namun bantuan akan segera datang jika ia berhasil mengetuk pintu rumah yang terlihat damai itu, pikirnya.

Ia kembali bangkit dengan pandangan yang memburam dan setelah beberapa langkah ia berhasil berdiri di depan pintu rumah itu. Berdiri dengan satu tangan yang bertumpu di dinding rumah, Chanyeol mulai mengetuk pintu dengan sisa tenaga yang ia miliki, lebih tepatnya menggedor.

Dug dug dug!

"Chogiyo!"

Tidak ada jawaban.

Dug dug – dug – dug......dug.

Gedorannya mulai tak stabil.

"Chogiyo, tolong...aku...!" Chanyeol mulai kehilangan tenaganya.

Dug.......dug !

Just StayWhere stories live. Discover now