Part 1

10 2 6
                                        

Waktu berlalu begitu cepatnya, baru beberapa jam yang lalu aku melihat dengan jelas warna merah jingga menghiasi langit, pertanda hari kan segera petang, kedudukan mentari kan tergantikan oleh sinar rembulan juga taburan bintang. Namun kurasa, aku belum mampu mengusir bayang yang senantiasa menggenang membanjiri syaraf otak dan mataku.

Namaku Claudya Apriliana Putri Nabila, hampir setiap orang memanggilku Lila, namun dia, Rangga Antoyudho Wironugroho (pacarku pada masanya) kerap kali memanggilku Cinta. Saat ini, aku tinggal di salah satu perumahan di daerah Depok bersama dengan keluargaku. Keseharianku adalah sebagai pelajar di SMK ternama di daerah Depok Raya, jurusan Akuntansi.

"Kamu belum tidur?," tanya mami saat melihatku masih sibuk mengerjakan tugas akuntansi "jangan terlalu sibuk menghitung uang tuyul sayang, malam sudah sangat larut" tambahnya.

"iya mam, ini tanggung, tinggal dikit" jawabku tanpa melihat ke arahnya.

"yasudah, mami tinggal ya" pamit mami yang kemudian satu kecupan darinya mendarat di keningku.

Ya, rutinitas anak jurusan Akuntansi yaitu bergelut dengan jurnal keuangan, menghitung debet dan kredit, itu hal biasa. Di kelas, bisa dikatakan aku termasuk anak yang bersaing secara nilai, bahkan sering kali aku diikut sertakan dalam beberapa lomba akuntansi baik dalam tingkat kota, provinsi, maupun nasional.

Tidak berniat mengangkat kepala (sombong), aku sudah mengantongi banyak trophy, mulai dari juara 1 lomba akuntansi tingkat provinsi, juara 2 tingkat nasional, dan masih banyak lagi trophy lomba yang berhasil kubawa pulang yang mungkin tak akan mungkin jika aku menyebutkannya satu-persatu.

Karena itu, tak heran jika banyak dari teman sekolahku yang termotivasi untuk jadi sepertiku. Tidak hanya di bidang akuntansi, aku juga pernah menggelar sebagai juara Duta Anti Narkoba tingkat SMK se Jabodetabek di tahun 2015 silam.

Namun, tidak sedikit pula dari mereka yang berteman denganku sebab ingin mendapatkan nilai gunaku (memanfaatkanku). Mereka banyak berfikir jika berteman denganku maka nama mereka juga akan turut naik daun seperti namaku. Tentu tidak, sebab jalan hidup bergantung pada langkah kaki setiap pribadi.

Beralih dari topik tentang kawan, sepekan lagi, aku akan dikirim oleh sekolahku untuk kembali mewakili sekolahku dalam lomba tingkat provinsi Jawa Barat. Lomba kali ini berbeda dari sebelumya, aku ditantang untuk keluar dari zona nyamanku.

"hai Lil" gertak Mala mengagetkanku.

"ishhhh Mala, untung jantungku masih normal, kalau tidak, mungkin aku sudah mati setelah adegan barusan" celotehku kesal.

"hahahah maafkan sahabatmu ini, ngomong-ngomong, sedang apa kau di bawah pohon sendirian? Kau tak lapar? Mau ke kantin denganku?" .

"ahhh tidak, aku harus mempelejari materi untuk lomba Duta GenRe pekan ini" jelasku.

"oh hahaha tak heran jika guru-guru banyak memanggilmu 'kadut' (kakak duta), sudahlah tak usah memforsir diri, sudah pasti kau akan mengantongi trophy juara lagi".

"kali ini beda, lombanya pun tak seperti lomba duta seperti yang biasa kuikuti, banyak materi yang harus kukuasai, jadi kumohon jangan ganggu waktu belajarku".

"hmm, baiklah, eits, tapi ingat! Jika kau butuh sesuatu, panggil saja aku, jangan Angga, sebab dia bukan lagi pacarmu hahaha" ledeknya sembari berlari menjauh dari pandangku,
Aku hanya menggelengkan kepala, tak aneh lagi dengan sikap Mala yang seperti itu.

Tanpa kusadari, ucapan Mala mengubah mood belajarku seketika. Membuatku kembali mengingat pasal Angga dan menuntunku untuk memutar roda ingatan menuju masa silam.

****

Hari itu, aku berjalan menyusuri malam dengan bergandengan tangan dengannya (Angga)

"Cinta, kau tahu kenapa aku lebih suka menanggilmu Cinta dibanding Lila?" tanyanya.

"tidak, memangnya kenapa?".

"kareka kucinta" katanya dengan nada merayu sembari mencubit pipiku gemas.

Aku ingat betul betapa saltingnya diriku sendiri setelah Angga mencetus kalimat itu, namun kucoba tutupi dengan menghempas tangannya yang sedari tadi asik mencubit pipiku.

"sakit Angga" protesku menutupi pipiku yang seketika menjelma merah sebab salting.

"hahaha, tak perlu menutupi kesaltinganmu Cinta, aku ini pacarmu, katakan saja kau suka mendengar ucapanku barusan" goda Angga.

"apaan siii, sakit beneran tau gak" rintihku yang sengaja kubuat-buat
"oww maaf sayang, sakit ya, sini tak obati" rayunya hingga mendaratkan kecupan bibirnya di keningku.

"ih Anggaaaaa" teriakku meski sebenarnya aku pun menyukai itu.

Argh!! Sayangnya, Angga sudah memutuskan untuk pergi sejak sekitar 1 tahun lalu sebab dia berfikir dia hanya mengganggu konsentrasiku, sedangkan aku harus fokus dengan pelajaranku dan lomba-lomba yang bisa saja mendadak diperuntukkan untukku.

Padahal, Angga lah sumber semangat utamaku. Namun setelah kepergiannya, aku memutuskan untuk belajar semangat tanpa dia. Satu hal bagiku, Angga tetap pacarku, hanya saja saat ini dia sedang berusaha memberi semangat dari sisi yang tidak nampak (doa). Aku percaya itu, sebab aku mampu merasakan betapa dalamnya rasa yang laki-laki 19 tahun itu punya untukku. Ya, Angga 2 tahun lebih tua dariku, dan aku sekarang sudah menempuh kelas XII SMK.

****

"Zzz, sudah lah Cinta, ingat!! Angga tak suka melihatmu seperti ini," gumamku memotivasi diri sendiri sebab hujan air mata telah mengguyur pipiku.
"sekarang fokus belajar, yakinkan bahwa Angga akan kembali dengan senyum semringah saat kau lulus dengan nilai terbaik nantinya" tambahku bermonolog.

Setelah sekian menit aku kembali menatap buku di pangkuanku, akhinya bel penanda berakhirnya istirahat sudah berbunyi. Aku pun segera meninggalkan tempat yang membuatku larut dalam ingatan tentang Angga dan kambali masuk ke dalam kelas untuk menerima mata pelajaran selanjutnya.

Leave and ReturnWhere stories live. Discover now