The Night in Questions

Start from the beginning
                                    

Pemuda berusia 23 tahun itu mengambil jurusan kedokteran yang berkonsentrasi pada kesehatan jiwa –yang nantinya akan menjadikannya seorang psikiater setelah dinyatakan lulus. Pada masa Koas yang sudah dijalaninya selama beberapa bulan, Baekhyun baru menangani beberapa pasien yang membutuhkan banyak persiapan pada setiap sesinya.

Sementara Minseok yang lebih tua satu tahun dari Baekhyun mengambil spesialis penyakit dalam. Ia sudah sedikit lebih lama menjalani Koas di rumah sakit itu dan membuatnya memiliki pengalaman lebih banyak daripada Baekhyun. Namun Minseok memastikan bahwa di awal Koasnya dulu, ia juga merasa begitu antusias dan tidak sabar untuk segera menangani kasus nyata dan menyelesaikannya. Yang kemudian ia sadari bahwa menangani pasien bukanlah pekerjaan mudah dan berbekal antusiasme saja tidaklah cukup.

"Tenang saja. Kau akan segera berhadapan dengan kasus nyata dalam waktu dekat. Dia sudah sadar." Kata Minseok sambil menaikkan kedua alisnya.

Baekhyun yang sebelumnya mulai merasakan kantuk, membuka matanya dan menatap Minseok sambil mengernyit. Ia akhirnya mengerti maksud dari hyungnya itu namun ingin memastikan sekali lagi.

"Maksudmu Park Chanyeol?"

Minseok mengangguk yang membuat Baekhyun menarik salah satu sudut bibir tipisnya. Ketika Dokter pembimbing memberikan daftar nama pasien yang perlu ditanganinya, Baekhyun mendapati sebuah nama yang diberi tanda dengan warna merah. Dokter itu menjelaskan bahwa pasien itu belum tentu positif masuk ke dalam daftar pasien dengan masalah kejiwaan, tetapi ia tetap memasukkannya ke dalam daftar untuk berjaga-jaga. Toh pasien itu juga masih dalam keadaan koma sehingga jadwal sesi mereka juga masih belum jelas. Namun entah kenapa hal itu justru membuat Baekhyun semakin tertarik untuk menangani pasien itu.

"Dia tersadar dari koma semalam dan baru saja menyelesaikan operasinya. Kalau tidak salah hitung, ia seharusnya sudah sadar dalam beberapa jam." Jelas Minseok.

"Aku masih sabar menunggu." Kata Baekhyun sambil meraih kembali map di hadapannya dan mempelajari daftar riwayat kesehatan calon pasiennya dengan semangat baru.

Data Park Chanyeol yang bisa dikumpulkannya masih terhitung sedikit mengingat ia belum diizinkan meminta data pada keluarganya maupun dokter yang menanganinya sebelum itu. Tetapi Baekhyun adalah orang yang tekun. Ia akan berusaha keras untuk menyelesaikan pekerjaannya sesempurna mungkin.

.

.

.

Rintik hujan membasahi tanah yang sebelumnya kering ketika Yifan keluar dari apartemen kecil yang ia tempati bersama Ibunya. Sudah hampir satu bulan Yifan tiba di Nanjing, ibukota Jiangsu yang merupakan sebuah provinsi di China –tempat kelahiran Mrs. Wu.

Yifan memandang ke arah langit senja yang sudah gelap karena memang matahari yang sudah kembali ke peraduannya dan juga mendung. Ia sesaat ragu untuk melangkahkan kakinya keluar, bukan basah atau air hujan yang ia takutkan, ia tidak yakin mau kembali begitu ia pergi.

Genangan air pada jalanan yang Yifan lalui merembes ke dalam sepatunya yang sudah mulai koyak di beberapa bagian. Bukannya pemuda itu tidak memiliki sepatu lain yang lebih layak, tetapi sepatu ini adalah salah satu yang paling nyaman ia kenakan. Tetes-tetes air yang masih setia turun dari langit ikut membuat pola titik pada jumper abu-abu yang dipakainya.

Pemuda itu akhirnya berhenti di sebuah minimarket dan mengambil sekaleng bir dari lemari pendingin. Kasir meliriknya sebentar dan tanpa berkata apapun melakukan pekerjaannya. Yifan kemudian keluar dan berjongkok emperan minimarket itu –memandangi hujan dan menikmati birnya.

Orang bilang patah hati itu adalah hal yang sepele. Kau kehilangan seseorang –cari lagi orang lain. Move on. Lanjutkan hidupmu. Jangan menjadi orang bodoh dan menghancurkan hidupmu hanya karena kau patah hati. Yang tidak banyak mereka ketahui adalah bagaimana akan ada perbedaan pada setiap diri individu dalam menghadapi kehilangan.

PARADISEWhere stories live. Discover now