2nd of August

4 2 0
                                    

"Contoh dari peta umum itu, peta negara, peta dunia, peta provinsi."
..
"Untuk mencari jarak sebenarnya pada peta itu rumusnya, jarak peta dikali skala."
..
Sudah satu jam lebih anak-anak di kelas XII IPS 1 berusaha keras mencoba menghafal materi pelajaran geografi karena ulangan harian akan dilaksanakan satu jam lagi.

Pintu kelas itu terbuka, menampilkan sesosok lelaki hitam manis dengan senyuman yang tidak kalah manis juga disertai jambulnya yang menawan.
Lelaki yang memakai seragam SMA itu menghampiri teman satu tongkrongannya dan menyapanya akrab.

"Eh bi, lagi jamkos? Kok rame gini?"

"Iya, pelajaran sejarah ngga ada gurunya. Ini lagi pada ngapalin buat ulangan harian geo. Lu ngapa dah kesini?" Balas abi dengan logat betawinya.

"Kelasan gua pada mau ngajak futsal kelasan lu, di lapangan indoor nanti sore abis pulang sekolah. Mau ngga?" Ajak lelaki bertubuh tegap itu

"Oh, boleh. Nanti gua omongin sama bocah-bocahnya dah." Abi yang mewakili seluruh anak cowok dikelasnya itu membenarkan letak kacamatanya dan berusaha fokus kembali pada hafalannya.

"Beres dah. Nanti langsung chat gua aja ya." Setelah menepuk bahu abi sekilas, cowok itu meninggalkan kelas XII IPS 1 dan memasuki kelasnya sendiri, yaitu kelas XII IPS 2.

"Eh kram, tadi lu dicariin sama bu mia." Kata Rio saat menyadari temannya baru kembali ke tempat duduk di sampingnya.

"Ikram! Dipanggil pak Asep di Ruang guru."

Baru saja Ikram akan membalas ucapan Rio, Ayu yang menjabat sebagai sekretaris di kelas XII IPS 2, memanggilnya.

"Hadeh, baru juga duduk." Keluh Ikram.
"Beda ya kalau orang sibuk. Dicariin terus sama banyak orang" ucap Rio bercanda.

Ya, memang Ikram termasuk cowok yang cukup berpengaruh di sekolah. Lelaki bernama lengkap Muhammad Ikram Anantama ini menjabat sebagai ketua kelas XII IPS 2, ketua ekstrakulikuler futsal. Selain itu, dia juga merupakan ketua osis di SMA Tunas Bangsa.
Tentunya semua jabatan itu membuat dirinya populer di berbagai kalangan. Baik itu adik kelas, guru-guru, anak yang nerd maupun anak-anak hits. Tapi hal itu tak membuatnya menjadi sombong, dan memanfaatkan kekuasaannya.

Ikram berjalan ke arah Ruang guru yang letaknya paling ujung di koridor lantai 2.
"Assalamualaikum." Ucap salam Ikram yang dibalas oleh beberapa guru di ruang tersebut.
Ikram menghampiri Bu mia terlebih dahulu karena yang memanggilnya lebih dulu adalah beliau.

"Assalamualaikum bu, ada apa bu manggil saya?"

"Oh ini kram, ada tugas buat kelas kamu karena nanti ibu ada urusan jadi tidak bisa mengajar dikelas kamu. Nanti kalau sudah, buku tugasnya dikumpulin dan taruh di meja saya." jelas Bu Mia.

"Siap bu. Ada lagi bu?"
"Oh iya, sekalian kamu mampir ke kelas XII IPS 1. Panggilin anak yang namanya Natasha Gemala. Suruh dia menghadap ke ibu sekarang. Aduh anak itu, kenapa nilainya menjadi turun seperti ini. Dia kan sudah kelas dua belas, harusnya nilainya meningkat tapi malah menurun drastis seperti ini." Oceh Bu Mia.

'Aturan gue gak perlu basa-basi kayak tadi. Jadi repot deh gue' rutuk Ikram dalam hati.

"Ya sudah bu, kalau gitu saya permisi dulu. Assalamualaikum." Pamit Ikram seraya salim kepada Bu Mia.

"Waalaikumsalam, makasih ya Nak," ucap bu Mia yang dibalas senyuman manis oleh Ikram.

Setelah menghadap Bu Mia, dan Pak Asep yang ternyata menyampaikan bahwa ekskul futsal hari ini ditiadakan.

Ikram berjalan ke arah kelas XII IPS 1 untuk memanggil seorang perempuan yang tidak dikenalinya. Entah dia anak baru atau memang dia kalangan anak yang pendiam.

"Mana yang namanya Natasha Gemala?" Ucap Ikram dengan suara yang cukup kencang saat membuka pintu.

"Woy Mala! Dipanggil tuh. Makanya jangan pake earphone mulu." Sindir Egi sambil menepuk bahu Mala. Dia memang tipikal tukang sindir. Apapun dia sindir meski hal sepele pun. Padahal dia lelaki.

"Kenapa?" Tanya Mala tanpa beranjak dari kursinya. Dia hanya menatap lelaki yang mencarinya.

"Lo dipanggil Bu Mia di Ruang Guru sekarang." Ucap Ikram sambil mengingat muka Mala.
'Apakah dia pernah melihat si Mala ini sebelumnya? Sepertinya belum. Atau dia tidak menyadarinya? Entahlah'

"Oh oke." Balas Mala singkat dan langsung menuju Ruang guru setelah memakai kembali earphonenya.
Ikram mengikutinya dari belakang sampai akhirnya dia belok ke kelasnya.

"Mala, kamu itu lagi ada masalah apa? Jangan sampai masalah kamu membuat nilai akademis kamu menurun. Kamu sudah kelas dua belas loh. Kamu mau jadi apa nantinya kalau kayak gini caranya.." dan bla bla.

Mala tak menyimaknya. Dia hanya menikmati lagu di earphonenya yang tak terlihat oleh Bu Mia karena tertutup oleh rambut hitam panjangnya.

"Ngerti kamu Mala?" Bu Mia dengan mencondongkan wajahnya ke arah Mala, berusaha mengintimidasi Mala.
"Iya bu, saya ngerti. Saya permisi."

Mala melenggang keluar dari Ruang guru dengan tidak peduli oleh ucapan Bu Mia tadi. Bahkan dia pun sudah tidak peduli dengan nilai akademisnya. Yang hanya dipikirannya adalah kebusukan yang dilakukan oleh ibunya.

Sejak dulu dia dirawat oleh kedua orang tuanya dengan penuh kasih sayang. Hingga pada suatu kejadian, saat kelas 2 SMP yang artinya dia masih berumur 13 tahun, ia dikejutkan dengan pengakuan kedua orang tuanya yang ingin berpisah. Bahkan saat itu dia baru saja terbangun dari mimpi indahnya. Siapa yang tidak terkejut? Sungguh dia pikir itu hanyalah mimpi.

Namun setelah pernyataan mengejutkan itu sampai di telinganya, ia jatuh sakit. Dan hal itu mungkin membuat orang tuanya tidak jadi berpisah.
Dulu dia memang tidak bisa terlalu banyak pikiran karena dia akan jatuh sakit.Tapi sekarang, ia jauh lebih kuat.
Ada pepatah mengatakan, seseorang merasa sakit karena dia belum terbiasa.
Dan dia sudah terbiasa dengan rasa sakit itu.

Disaat pulang sekolah seperti dia akan seperti orang linglung. Dia tidak ingin pulang. Tapi dia juga tidak tau akan pergi kemana.
"Hei, gimana tadi ulangannya? Aku tau kau pasti bisa. Ya kan?"
Tiba-tiba seseorang merangkul pundaknya.

Dia sahabat Mala sejak SMP kelas 8. Meskipun dia sahabatnya, dia tidak tau sisi kelam dalam hidup Mala. Bukan karena Mala menganggapnya tidak penting dan tidak berhak tau semua rahasia Mala. Tapi Mala hanya tidak ingin pandangan sahabatnya berubah menjadi pandangan rasa kasihan kepadanya. Mereka tidak sekelas. Karena Lala memilih jurusan IPA sedangkan dia IPS. Tapi hal tersebut, tak membuat hubungan mereka renggang.

"Iya, tadi lancar kok" Mala menyisipkan rambut yang menghalangi penglihatannya pada sahabatnya ke belakang telinganya.
"Nah! Sudah kukatakan kau bisa. Kau kan jenius." Lala berkata dengan tersenyum riang. Entah apa yang membuatnya sesenang ini. Mala ikut tersenyum melihat senyuman Lala.

Mereka berjalan beriringan menuju gerbang sekolah.
Dari tempat mereka berdiri, terlihat sesosok perempuan paruh baya dengan senyum menyejukan melambaikan tangan ke arah mereka.
Mala dan Lala menghampiri perempuan itu yang berdiri di samping mobil sedan berwarna hitam.

"Halo mah! Kok tumben datengnya cepet?" Mereka menyalimi ibunda Lala.
"Hai sayang, hai juga Mala. Iya, tadi mama mampir dulu ke rumah teman lama mama. Kebetulan rumahnya di dekat sini." Ucap Viola ramah kepada dua gadis didepannya.
"Oh, ya sudah yuk mah pulang. Eh Mal, mau bareng ngga? Udah mendung loh." Tawar Lala seraya membuka pintu mobil bagian penumpang. Viola memasuki mobil bagian kemudi yang sebelumnya tersenyum ramah pada Mala.
"Hmm, gak usah. Aku bisa pulang sendiri. Lagi pula, kita kan beda arah pulang." Mala terkekeh untuk menutupi rasa tidak enak karena menolak ajakan Lala dan Viola.
"Kau yakin? Ini akan turun hujan deras loh." Bujuk Lala. Meskipun Lala pun tidak yakin apakah akan hujan turun dengan deras atau tidak.
"Aku yakin. Lekas lah pulang, kasihan ibumu menunggu." Mala tersenyum meyakinkan.
"Ya sudah, aku pulang dulu. Sampai bertemu besok Mala!" 

Merekapun meninggalkan Mala yang sedang tersenyum pedih.
Dia iri. Dia ingin seperti Lala.
▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲

Ini masih awal. Aku masih pengen kenalin mereka ke kalian. Jd blm pengen kasih something ke mereka hehe. Mungkin di part selanjutnya. So, tungguin yaa!
Yuk vote kalau kalian suka!

Naabot mo na ang dulo ng mga na-publish na parte.

⏰ Huling update: Sep 11, 2018 ⏰

Idagdag ang kuwentong ito sa iyong Library para ma-notify tungkol sa mga bagong parte!

GemalaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon