Part 5

11.4K 228 18
                                    

Tania menatap langit-langit kamarnya. Berulang kali ia mengusap wajahnya dengan kasar. Tidak jarang air matanya jatuh. Ia memutar kembali ingatannya tadi ketika berada di kediaman Kevin sampai ia bertemu kembali dengan Alvaro.

Alvaro. Ya, pria itu pria yang sudah menghancurkan hidupnya. Ia tidak habis pikir bagaimana bisa nasib mempermainkannya dengan mempertemukan ia kembali dengan Alvaro. Jujur ia merasa teramat takut, namun ia tidak boleh lemah, ia harus kuat. Ia membulatkan tekatnya bahwa ia harus berani menghadapi pria semacam Alvaro. Tania sadar pria seperti Alvaro tidak akan tinggal diam.

***********************

"Shofia kamu tahu tidak, pelanggan club ini sekarang berada di ruangan itu." ucap salah satu teman Shofia yang bekerja di club itu.

"Di ruangan VVIP itu?"

"Iyah, Daniel bilang kita semua harus memberikan service yang baik."

Shofia mengangguk-anggukan kepalanya. Ia menatap kearah pintu ruangan VVIP, ia sebenarnya merasa penasaran seperti apa tamu penting itu.

"Shofia..." teriakan Daniel mengagetkan Shofia dari lamunannya. Ia melihat Daniel memanggilnya, lalu ia menghampirinya.

"Dia ingin bertemu denganmu." bisik Daniel.

Shofia mengernyit, "Dia? Dia siapa?"

"Ck, dia tuan Alvaro. Kamu harus memberikanservice yang memuaskan."

Belum Shofia mengerti betul dengan tugasnya, tangannya sudah ditarik masuk oleh Daniel.

"I-ini tuan yang namanya Shofia."

Shofia mengernyitkan dahinya, ia mempertajam penglihatannya. Ia sedikit kesulitan melihat pria yang ada di dalam ruangan yang kurang penerangan tersebut ditambah asap rokok yang memenuhi ruangan itu. Sampai sosok wajah tegas itu terlihat, mata yang menatap dirinya dengan tajam, tatapan yang tajam menusuk, mata yang menatap dirinya intens dari atas sampai bawah. Bibir yang menggoda namun terkesan dingin.

Alvaro mengibaskan tangannya menyuruh Daniel dan beberapa anak buahnya untuk keluar. Shofia dengan refleks menatap kanan dan kiri. Alvaro yang melihat kepanikan Shofia hanya tersenyum tipis, mengejek.

"Kenapa, takut?"

Shofia hanya diam menatap Alvaro. Jujur dalam lubuk hatinya ia sangatlah takut. Entah mengapa rasa takut sangat kental ia rasakan ketika berhadapan dengan Alvaro.

"Kemari." ucap Alvaro dingin, bagai robot Shofia datang mendekat. Ketika sudah berada di depan Alvaro, dengan cepat ia menarik Shofia sehingga Shofia terjatuh tepat dipangkuannya. Alvaro mencengkram kedua pipi Shofia dengan kuat membuat Shofia meringis kesakitan. Ia membolak-balik wajah Shofia sambil meneliti.

"Kamu tidak jelek. Sayang waktu itu kita tidak bertemu." ucap Alvaro dingin lalu ia menghempaskan wajah Shofia dengan kasar. Dengan tiba-tiba ia berdiri membuat Shofia terjatuh.

"Tapi saya bersyukur, karena kamu tidak datang saya bisa bertemu wanita yang jauh lebih menarik dan membangkitkan gairah saya." Alvaro memandang sinis Shofia yang sedang tergeletak dilantai. Setelah mengatakan itu semua ia lantas bergegas keluar ruangan.

Shofia yang benar-benar merasa dilecehkan hanya bisa menangis. Ia benar-benar meratapi nasibnya yang sangat buruk. Ia merasa enggan bekerja seperti ini namun mau bagaimana lagi, ia harus membiayai kehidupannya dan ibunya.

********************

"Aina, pipimu kenapa?" tanya Tania yang melihat pipi Aina sedikit lebam.

ImmortalityWhere stories live. Discover now