***

Kakinya berhenti mengayun begitu tiba di depan sebuah pintu yang selama lebih dari dua tahun ini dilihatnya. Pintu yang menyimpan banyak kenangan indah dan menyedihkan serta hal yang membuatnya harus bertemu dengan nerakanya.

"Hampir dua tahun, ya? Mengapa semua begitu cepat?" gumamnya.

Ia menarik nafas panjang, mengumpulkan sisa kekuatan untuk menghadapi neraka itu sekali lagi.

Lim Changkyun memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya. Bukan hal mudah untuk mengambil keputusan ini, namun baginya ini adalah waktu yang tepat untuknya berhenti melangkah karena kedua kakinya sudah terlalu lelah untuk terus ia paksa berjalan.

Klek.

Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah lima pasang mata menatap tajam ke arahnya. Tatapan penuh rasa jijik penuh penghakiman.

"Masih punya muka untuk kembali ternyata." Hardik Minhyuk begitu ia menapakkan kakinya ke atas ubin.

Changkyun tak ambil pusing, memilih mempercepat langkahnya menuju ruang baju, mengemas pakaian miliknya dan segera pergi.

Kepalanya sudah berdenyut sedari tadi, ia tidak ingin tiba-tiba pingsan dan membuat kekacauan lain.

Mereka tidak akan peduli, mereka hanya akan mengatainya sedang bersandiwara meminta belas kasihan.

"Setelah melakukan kekacauan dia pergi begitu saja! Enak sekali hidupnya!" cibir Hoseok.

"Bukankah sampah memang harus dibuang jauh-jauh? Mengapa kau mempedulikan sampah sepertinya, Hyung?" kali ini Hyungwon angkat bicara.

Changkyun menulikan telinganya, memasukkan baju-bajunya asal ke dalam koper besar lalu kembali ke ruang tengah untuk berpamitan.

Netranya bertemu dengan sosok yang menjadi biang keladi dari semua kesialan yang menimpa dirinya tengah berdiri sembari menatapnya. Bahkan lelaki sialan itu tidak memiliki sedikit pun niat untuk meminta maaf padanya.

"Aku meminta maaf jika selama ini merepotkan kalian." ujar Changkyun sambil membungkuk. Kakinya hendak melangkah sebelum sebuah suara menginterupsi.

"Apa kau akan pergi seperti ini? Tanpa berniat menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada kami?" tanya Kihyun dengan nada dingin. Lelaki mungil yang sedari tadi diam angkat bicara.

"Apa kalian masih membutuhkan penjelasan? Kurasa semuanya sudah sangat jelas." lirih Changkyun.

Kihyun menjegal tangan Changkyun yang hendak menyentuh gagang pintu. "Kau pikir kau bisa hidup tenang setelah semua kekacauan yang kau buat, hah?! Kau tidak tahu jika masalahmu ini berimbas juga pada karir kami? Kau tahu apa yang dikatakan orang di luar sana?" tanya Kihyun.

"CAP GRUP DENGAN SALAH SATU ANGGOTANYA SEORANG GIGOLO SEPERTIMU TIDAK AKAN MUDAH HILANG BEGITU SAJA! KAMI BISA IKUT JATUH KARENA KEBODOHANMU ITU!" Lelaki bermarga Yoo itu meluapkan emosinya. Wajahnya memerah dengan mata berkaca-kaca. Ia takut jika karir yang sudah susah payah mereka bangun jatuh begitu saja hanya karena kesalahan satu orang.

"Lalu aku harus seperti apa? Apa yang harus kulakukan? Bunuh diri dengan cara terjun dari lantai teratas gedung? Atau gantung diri dengan menuliskan surat permohonan maaf yang menyedihkan? Mati pun tidak akan menyelesaikan masalah... Hyung." Nada bicara Lim Changkyun melemah di akhir.

"Jika tahu seperti itu mengapa kau melakukannya? Seharusnya kau bisa lebih berhati-hati!" Suara dalam Hyunwoo menandakan jika lelaki tanpa ekspresi itu juga sedang menahan emosinya.

Changkyun tersenyum miris, kepalanya menunduk, menyembunyikan raut kesedihan. Bohong jika ia tidak sakit hati.

"Aku tahu kau akan mengatakannya." Changkyun menjeda. "Bagaimana jika kukatakan aku adalah korbannya? Apa kalian akan percaya?"

IGNORED [JOOKYUN] COMPLETE  ✔✔Where stories live. Discover now