TWENTY THREE

5.6K 153 4
                                    

Aku g mau banyak ngomong, mungkin cerita ini udh lumayan lama, dan sepertinya tinggal beberapa part lagi akan selesai. Dan aku usahakan untuk selesain ini cerita. Untuk readers makasih masih mau baca. Semoga masih pada ingat ya.. Kalau lupa baca ulang kembali guys.. Makasih. 😘😘😘😘

AUTHOR

Dika menatap wajah Dita dengan penuh kebahagiaan. Wajah wanita yang di cintainya itu tengah berseri, tidak hentinya Dita tersenyum setelah seharian ini Dika membawanya mengelilingi kota-kota indah di swiss, ya setelah kemarin lusa mereka hanya berdiam diri di hotel dan hanya keluar meonton bioskop sekitar 2 jam.

Dita tidak berhenti tersenyum menikmati indahnya kota swiss. Dita merasa sangat bersyukur karena Papa dan Papinya memberikan hadiah bulan madu ke negara yang penuh dengan keindahannya ini, tidak sedikit orang yang berbulan madu kemari.

Dita tidak menyesal mendapatkan bulan madunya setelah hampir 2th pernikahan, apalagi dia datang ke swiss bersama dengan suaminya tercinta yaitu Dika, mungkin waktu 2th tidaklah singkat untuk menumbuhkan cinta di antara keduanya, mengingat mereka selalu bertengkar disetiap waktu.

Dika mengelus lembut pipi tirus Dita saat wanitanya itu tidak berkedip memandang ke arah sesuatu, Dika mengikuti arah pandang Dita, dan. Seorang wanita muda tengah duduk di bangku taman dengan pria yang mungkin suaminya tengah mengelus perut besar wanitanya.

Dika tersenyum, apa mungkin istrinya tengah berpikir untuk mereka program kehamilan setelah ini,?
"Ada apa sweeta?" Dika mengelus lembut pipi Dita.
"Seandainya pernikahan kita normal sedari awal, mungkin saat ini kita bisa seperti mereka Janu." Dita tidak melepas sedikitpun pandangannya dari wanita muda tersebut.
"Sweeta, aku tahu aku tidak sebaik ini sebelumnya. Tetapi aku sadar aku harus menjadi lebih baik lagi dan lagi agar kau terus bersamaku. Jika kau menginginkan untuk segera hamil, setelah pulang dari sini kita bisa ikut program kehamilan." Dika menarik dagu Dita pelan dan mengarahkan padanya.

Dika menatap Dita dengan lembut dan penuh kasih sayang, Dika berkedip sebentar.
"Felicia tengah hamil muda, dan saat ini Peter benar-benar memanjakannya. Tentu saja mengingat umur Felicia yang masih 19th." Dika merasa menyesal mengapa dia baru bisa merasakan cinta setelah 2th pernikahan. Jika saja dia berusaha mencintai Dita sejak awal pernikahan mungkin dia tidak akan melihat kesedihan di mata Dita saat ini.
"Sweeta, lihat aku. Aku akan sangat memanjakanmu meski di sini belum ada Dika kecil, kau jangan berpikir aku akan memanjakanmu jika saja ada Dika kecil disini," Dika mengelus perut rata Dita dengan sayang. Matanya tidak berhenti menatap manik mata berwarna coklat madu Dita.
"Jika kau ingin secepatnya hamil, kita bisa program dari sekarang. Aku hanya perlu membawamu ke kamar hotel kita dan membuatkan Dika kecil untukmu." Dita menatap Dika dan sekeliling mereka, Dita menarik napas lega saat menemukan sekeliling mereka sepi, wajah putihnya telah merona akibat ucapan dari Dika.
"Kau tidak perlu bicara se intens itu, aku hanya merasa apa aku harus secepatnya hamil, mengingat pekerjaanku yang mungkin bisa membahayakan bayiku kelak," Dita merasa dilema setelah mengingat pekerjaannya.
"Sweeta kau bisa mengundurkan diri, dan aku sungguh sanggup membiayai mu bahkan semua anak-anak kita nanti," Dita menatap Dika sejenak.
"Aku sangat mencintai pekerjaanku, sejak kecil aku menginginkan pekerjaan itu, maafkan aku jika saat ini aku belum bisa berhenti dari pekerjaan ku." Dita menunduk dalam, Dita tidak akan bisa memilih antara Dika dan pekerjaannya. Karena baginya Dika dan pekerjaannya adalah satu hal yang tidak akan bisa dia pilih untuk saat ini.
"Baiklah, jika saat ini kau belum bisa memilih salah satu dari kami. Yang jelas untuk saat ini kau belum bisa untuk mengandung, jika tidak kau dan bayi kita bisa celaka nanti." Dika mengucapkannya dengan sedikit kecewa. Tentu saja, Dika adalah pria normal yang juga menginginkan anak dari buah pernikahannya dengan Dita, tetapi Dika juga tidak bisa memaksa Dita untuk berhenti dari pekerjaannya dan membuat Dita hamil secepatnya. Dia tidak mau karena masalah ini nanti Dita akan pergi darinya, mungkin Tuhan memang belum mengijinkan Dika untuk mempunyai anak sekarang, mengingat mereka baru memulai hubungan kembali layakanya suami istri pada umumnya.
"Sebaiknya kita pulang sekarang, sudah sore. Ayo sweeta" Dika menarik jemari Dita dengan lembut. Mereka baru saja menghabiskan waktu ditaman Vinus yang sejak lusa kemarin ingin sekali di kunjungi oleh Dita, dan hari ini akhirnya tercapai.

Dangerous WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang