TWELVE

14.4K 707 22
                                    


IM coming backk hope u like it so much guysss.

Letiza (POV)

Dua hari, ya sudah dua hari Dika mengacuhkanku, aku tidak suka di acuhkan olehnya. Setelah semaunya dia mencium bibirku beberapa kali, dan merawatku seperti istri yang dia cintai. Apakah dia tidak memikirkan perasaanku?

Aku meremas kasar bantalan sofa yang sekarang Sedang kududuki, aku tahu aku terlalu egois tanpa mau mendengarkan dia lebih dulu sebelumnya, tetapi apakah dia tidak mau membujukku lebih lama dan sesering mungkin.

Aku dengan kesal mematikan televisi yang sedari tadi terus mengoceh. Entah apa yang terus diperebutkan pembawa acara yang sialnya terlihat sangat cerewet, oh aku rasa aku benar-benar ingin dibujuk oleh Dika, ya Tuhan, aku bisa gila jika terus seperti ini.

Aku bangkit dari acara dudukku saat aku mendengar pintu terbuka, ku tampilkan senyum semanis mungkin. Semoga saja kali ini Dika tidak mengacuhkanku,
"Selamat malam," Aku menampilkan senyum semanis mungkin.
"Selamat malam, sudah makan?" Seketika senyumku menghilang mendengar nada datar di setiap kata yang keluar dari mulutnya.
"Aku menunggumu," Ujarku merasa sedih sekaligus gundah melihat tidak ada perubahan selama dua hari ini.
"Aku kan sudah katakan jangan menungguku, jika kau sakit lagi bagaimana, tetapi kau sama sekali tidak mendengarkanku," Aku melihat kilau marah dimatanya.
"Aku menunggumu karena aku ingin kita makan bersama, aku juga tidak mau sakit. Tetapi kau bahkan tidak ingin tahu mengapa aku ingin menunggumu, yang kau tahu, kau hanya ingin mengomel dan terus membuatku sakit. Maaf jika aku membuatmu kesal dan maaf jika kau merasa aku merepotkanmu saat aku sakit kemarin," Aku kesal, aku sudah berencana untuk meminta maaf padanya dan memulai membicarakan masa depan kami. Tetapi mendengar pernyataannya aku jadi malas dan yang ada aku jadi kesal dibuatnya.

Aku berlari menuju kamarku, membanting pintu dengan kencang. Ku banting tubuhku diatas spring bed milikku, jika tahu begini tidak akan aku mau merendahkan harga diriku dan menunggunya. Aku tahu aku juga sudah keterlaluan tetapi dia tidak sama sekali memberiku kesempatan untuk meminta maaf.

Dua hari aku memikirkan segalanya dan saat aku menemukan hal apa yang harus kulakukan justru semuanya menjadi runyam seperti ini. Aku benci, sangat benci.

**
Pagi ini aku terbangun dengan perasaan yang sama sekali tidak baik, bisa di bilang aku semakin kacau dan buruk. Aku tidak akan meminta maaf lagi pada Dika, aku sudah memutuskan untuk berhenti berusaha meminta maaf padanya. Kalian sudah lihat siapa yang lebih sering menyakiti bukan, dan aku sudah berusaha meminta maaf sebelumnya, Tetapi dia mengacuhkanku dan membuatku lagi-lagi sakit hati.

Aku dengan malas bangkit dari rebahanku, sepertinya aku akan menemui Felicia hari ini, karena minggu ini Felicia akan melangsungkan pernikahannya. Ya Tuhan, betapa bahagianya dia dengan pernikahannya dengan Gautam.

Aku menatap wajahku di cermin saat hendak keluar dari kamar, aku memang memoles wajahku sebaik mungkin. Meskipun aku tahu, Felicia akan tetap tahu jika saat ini perasaanku tidak lebih baik. Aku melangkah dengan se ceria mungkin, ku lihat Dika masih ada di ruang tamu dengan segelas kopi yang mungkin dibuatkan oleh Audrey.

Aku terus berjalan tanpa menghiraukannya, sudah cukup aku berusaha menerima perlakuannya malam tadi, aku tak ingin mendapat kata-kata yang lebih kasar dari itu, dan aku juga tidak akan sanggup jika saja dia kembali menorehkan luka yang sama.
"Mau kemana?" Aku berhenti melangkah saat mendengar suaranya.
"Aku mau kerumah Felicia, beberapa hari lagi dia akan memulai kehidupan barunya. Saat aku ada di posisi ini dia juga selalu ada untukku," Ujarku tanpa menatap wajahnya.
"Biar ku antar," Aku menatapnya tidak suka, bagaimana tidak dia mengatakan ingin mengantarku dengan nada dan wajah yang datar. Hei aku ini Letiza, gadis tangguh satu-satunya yang masuk menjadi agen FBI, tanpa dia antarpun aku bisa mengendarai mobilku sendiri.
"Aku bisa pergi sendiri, lagipula kau kan mau pergi ke kantor. Sebaiknya kau pergi bekerja saja karena aku tidak mau membuatmu terlambat," Ujarku berusaha agar dia tidak usah mengantarku.
"Aku tidak menerima bantahan," Ujarnya menyesap kopinya dan langsung berdiri menarikku Pelan. Aku terdiam menatapnya lekat, apa maunya sebenarnya, mengapa dia selalu berlaku semaunya, dia tidak pernah memikirkan perasaanku sedikitpun. Bahkan dia dengan arogannya menarikku di pelukannya.

Dangerous WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang