2 | Icip-icip

5.7K 417 18
                                    

Aku membuka mataku perlahan dan menatap keadaan sekelilingku, aku menyadari aku berada di Rumah sakit saat ini, ada tirai biru muda yang menutupi tempat tidurku memberikan sedikit privasi. Perlu beberapa waktu untuk mencerna semua yang terjadi dan aku bukan wanita mabuk, jadi aku bisa mengingat dengan jelas mengapa aku berada disini saat ini.

Astri, aku harus menghubungi Astri. Itu yang langsung muncul dibenakku. Astri adalah sahabatku sejak aku masih mengenakan seragam putih merah, hanya dengan Astri aku bisa terbuka dan cerita panjang lebar tanpa malu-malu. Kalian harus ketemu sahabatku itu, pribadinya benar-benar luar biasa aneh. Tak sabar rasanya langsung menceritakan apa yang aku alami hari ini, dia pasti sama terkejutnya denganku. Aku lantas berusaha mencari smartphone milikku tapi tak menemukannya, terang saja lha wong HP dan tasku masih ada di meja kerja, ya kali mau pingsan sempat siap-siap dulu.

"Lusia akhirnya lo sadar juga" kata bu Martha yang muncul dari balik tirai.
"Eh ibu disini? Ibu tadi yang nganterin aku ya?" Tanyaku tak enak hati, walaupun bu Martha ini orangnya easy going tetap saja membuatku merasa tidak nyaman kalau merepotkannya.

"Aduh Lusia lo kenapa sih? Tadi pagi baik-baik saja kok tiba-tiba​ pingsan. Lo kebayang ngga sih kagetnya gue waktu ngeliat pak Jeff lewat sambil nggendong lo?" Bu Martha setengah histeris ala tante Meriam Bellina.

"Gue pikir lo dimangsa sama dia. Orang-orang juga jadi pada heboh ngeliat anak kelinci terkulai lemah digotong oleh pemangsa buas, si raja hutan."

"Ibu jangan berlebihan deh. Terus tadi ibu sendirian saja nganterin saya?" Potongku sebelum dia semakin meracau.

"Sendirian gimana? Justru gue juga cuma numpang di mobil bos. Orang dia teriak siapa yang bertanggung jawab atas karyawan ini? Ikut nganterin ke rumah sakit! Kebayang nggak lo gue rasanya mau ikutan pingsan pas dengar suaranya?" Bu Martha berusaha menirukan suara bos yang dalam dan rendah. Kita semua tahu, dia melakukannya dengan berlebihan.

"Setelah gue pikir-pikir lo nggak mungkin pingsan karena sakit atau kelelahan Lus. Lo jarang banget sakit dan tadi pagi lo baik-baik aja. Jadi kesimpulan gue lo pasti kaget kan karena ketemu bos?" Aku cuma mengangguk membenarkan, lebih tepatnya aku kaget sekaligus keroncongan.

Dibelakang bu Martha dari balik tirai muncul sosok orang yang sedang kami bicarakan. Mr. Jefferson Cole alis Pak Jeff si bos besar. Aku kaget sejenak namun tetap berusaha sopan, aku hendak mengangguk dan menyapanya ketika bu Martha melanjutkan kalimatnya.

"Emang sih dia jelek banget Lus tapi setidaknya lo sudah mempersiapkan mental, kan gue udah bilangin kalau dia nggak ada cakep-cakepnya." Mati gue! Dengan cepat aku langsung menggeleng sambil menatap ketakutan ke pak Jeff.

"Bukan bu, bukan itu alasannya" kataku cepat-cepat.

Sambil membenarkan letak selimutku bu Martha berujar lagi. "Oh, kalau bukan kaget karena jelek lo pasti kaget karena bos seram banget ya?" Ingin rasanya aku menganggukkan kepala tapi lagi-lagi aku menggeleng sambil menggamit erat-erat tangan bu Martha.

"Ya ampun wajah lo pucat banget sih Lusia. Infusnya bikin tangan lo nyeri?" Aku menggeleng ingin berucap sesuatu tapi lagi-lagi bu Martha tak memberiku kesempatan.

"Padahal kita cuma ngomongin dia, segitu seramnya ya dia buat lo? Segitu takutnya?" Oh bu Martha masa aku harus pingsan lagi? Dengan panik aku menatap pak Jeff bergantian dengan bu Martha, tatapan putus asa butuh pertolongan. Ya Tuhan ingin sekali rasanya aku menangis kencang. Ini adalah perasaan yang paling tidak mengenakkan yang aku alami, sama kayak kebelet kencing ditengah lautan konser Taylor Swift. Ingin kebelakang tapi tak bisa beranjak. Ingin bertahan tetapi sudah diujung tanduk.

LOVING MR. MONSTER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang