[7] Jangan Ngajak Adu Bitter!

Start from the beginning
                                    

Demi apa ini demit! Gue masih kenyang. "Gue kan bilang air mineral aja, Malihhhhhhh!"

Gue dengar Randu tertawa lagi. Terus Gilang cuma cengengesan kayak bocah TK ketahuan eek di celana. "Side by side, Mbak. Do or Die!"

"Apasihhhh?" Gue jengkel dengar Gilang ngomong random.

Gilang menunjuk menu yang terpasang di dinding. Side dish. Gue akhirnya menghela napas pasrah. Gue langsung bawa nampan ke tengah dan menawari Randu dengan isyarat kepala.

"Santai aja Nir. Dimakan pelan-pelan sambil ngobrol aja nanti juga laper lagi." Randu menengahi suasana di saat Gilang udah sibuk dengan burgernya yang tidak kalah besar dari punya Randu.

Gue nggak ngerti kenapa gue cuma bisa nggangguk. Nggak ada yang bisa gue bantah dari omongan Randu.

"Jadi akhirnya pencarian partner kondangan lo berujung ya Lang?" tanya Randu lagi.

Gilang mengangguk antusias dan matanya mengerling ke gue. Hihhhhhhhh!

"Play it cool, Mas. Mbaaaaaak Nir gue ini partner kondangan paling epic! Edaaaaan picsannnnn."

Mbak Nir gue? Hell-ooooooo apa tuh maksudnya?

"Modal ngerengek ya Lang biar Nirmala mau?" tanya Randu lagi yang ditanggapi Gilang dengan tawa keras.

Ih anjir. Gue masih di sini, lho.

"Sabar-sabar ya Nir. Gilang emang demanding anaknya."

Gue langsung pasang muka sinis, "This is the first and the last."

"Ihhhhhhh... Mbaaaaaak! Kok gituuuu?" Edannnnn! Si Gilang ngerengek yang bikin gue sama Randu melongo. Ini anak TK ngapain nyasar di sini sih?! Randu takjub dan gue pengen nyumpal mulut dia pakai saos cabe! Berasa apa banget nggak sih bocah segede babon gini ngerengekin gue?

Selesai ketawa Randu menanyai Gilang lagi, dan gue terpaksa meredam malu dengan memakan french fries pakai saus tartar yang ternyata rasanya lumayan. "Jadi, aman dong Lang di sana tadi?"

Suasana mendadak jadi agak bitter dengan bahu Gilang yang nggak sengaja gue lihat menurun. Kayaknya Randu juga tahu sesuatu tentang problema yang dihadapi Gilang.

"Ya gitu lah, Mas. Nyesel nggak nyesel sih datengnya. Tahunya gue beneran nggak disapa sama mereka. Gue juga nggak nyapa."

Ini yang mungkin dimaksud Gilang dengan butuh teman bercerita?

Randu menepuk pundak Gilang, memberikan support? Atau mengasihani?

"Play it cool, Lang. Orang kayak mereka jangan lo kasih panggung."

Gue boleh nyela nggak sih? Ini dua bromance masih mau curhat-curhatan tanpa menganggap gue seperti gambar-gambar di dinding?  Apa gue harus izin ke kamar mandi?

"Mbak Nir bingung tuh Mas dari tadi. Kasih tahu gih."

Gue nggak menyangkal kalau gue kepo. Walaupun nggak tahu juga apa gunanya gue tahu.

"Lo lah cerita, Lang. Nirmala mungkin bisa kasih lo perspektif lain."

Gilang akhirnya meminum sodanya dan menatap ke gue, "Pada intinya Mbak Nir, mereka semua benci sama gue."

Randu kelihatan akan menyela tapi dia urungkan. Gilang melanjutkan, "Gue bukan anak beasiswa. Gue kuliah pakai duit orangtua gue. Dan entah siapa yang memulai, ada rumor nyebar kalau gue cuma anak konglomerat kebanyakan gaya. Cuma karena gue skip acara PPI beberapa kali."

Gue diam, Randu diam.

Gilang dalam mode begini sungguh berbeda jauh dengan dia yang biasanya. Sepertinya masalah ini benar mengusiknya.

Finders Keepers, Loosers WeepersWhere stories live. Discover now