Pita menutup mulutnya. Dia berusaha menahan tawa.

"Jangan tertawa Paquita."

Pita mengangguk-angguk mengiyakan teguran Mason. Dia berusaha memasang wajah serius. Dan gagal!

Pita tertawa.

"Aku tidak sejauh itu. Ini...hanya kebetulan saja aku bisa Mason. Ini...tidak berkembang."

Mason menggeleng.

"Kau bisa membaca pikiranku?"

"Apa maksudmu? Tentu saja tidak. Aku bukan Tuhan."

"Be serious Paquita."

"I am serious."

Tatapan Mason menyelidik. Matanya menjelajah hingga ke dalam manik mata Pita. Dan Pita mau tak mau merutuk sekali lagi saat hembusan napas hangat Mason menerpa wajahnya. Membawa Pita sekali lagi merasa pikirannya menghilang. Dia linglung.

"Aku tidak bisa membaca pikiranmu, Mason. Tapi aku bisa membaca pikiran Ayahku. Dan yang lain...semua temanku, keluargaku, tapi tidak kau...kau selalu nampak kosong di pikiranku. Ini seperti saat Ibuku tak bisa membaca pikiran Ibunya. Tapi Ayahku punya sesuatu yang membuatnya bisa menjadi pengendali. Tapi kau...kau kosong. Apa yang kau punya sampai aku..."

Mason terpaku.

Pita menggeleng.

"Jangan dipikirkan. Lupakan saja. Hmm...aku dan Ibuku tidak pernah mengembangkannya. Aku serius. Lupakan Mason. Jangan menganggap kami aneh."

Pita menghembuskan napasnya lelah. Dia khawatir semuanya akan membuat Mason lari. Pita menyelidik menatap Mason.

"Berarti kita berjodoh?"

Bahu Pita luruh mendengar pertanyaan Mason.

"Tentu saja tidak. Aku bukan gadis pirang seksi. Aku bukan seleramu. Jauh dari seleramu. Lihat. Aku tidak montok..."

Mason mengikuti arah tatapan mata Pita yang menunduk.

Plaaak!

"Apa yang kau lakukan? Kenapa memukul kepalaku, Paquita!"

"Kau pikir apa yang kau lihat?"

"Aku melihat apa yang kau katakan. Itu reflek. Aku otomatis mengikuti gerakan kepala dan matamu."

Pita bergerak. Melangkah melewati Mason dan duduk di sofa yang ada di balkon.

"Pita. Kita belum selesai bicara. Apakah kita berjodoh? Kau bisa melihatnya bukan? Di masa depan?"

"Buang jauh-jauh pikiran itu Mason. Kenapa berpikir seperti itu?"

"Karena aku juga pernah membaca, hanya pengendali yang sanggup hidup bersama wanita sepertimu. Dan kau tidak bisa membaca pikiranku...hanya aku Pita. Sementara kau bisa membaca pikiran yang lain."

"Kau terlalu banyak membaca cerita fantasi. Sudahlah. Jangan menganggap hal ini serius."

Mason melesakkan tubuhnya ke sofa.

"Kita bertetangga sangat lama. Bahkan aku masih mengingat saat kau menjulurkan lidahmu ke arahku saat pertama kali keluargaku pindah kemari. Gadis ompong dengan baju balet?"

"Oh hentikan..."

"Tapi kita tidak pernah benar-benar berteman. Apalagi bersahabat. Tapi aku selalu merasa aku sangat dekat denganmu, Pita. Dan aku selalu heran kenapa tidak pernah bisa marah padamu. Bahkan saat keisenganmu sudah kelewatan."

"Kita dekat karena terbiasa. Kita bertetangga."

"Bukan itu...tapi secara perasaan."

Pita menghela napas panjang. Sulit sekali bicara pada pria yang sudah teracuni cerita-cerita fantasi. Walaupun...semuanya benar. Mungkin saja Mason pengendalinya. Seperti Dave Jefferson untuk Betty Jefferson.

MY SEXY CENAYANG GIRLFRIEND ( SUDAH TERBIT )Where stories live. Discover now