Special Story II: Never Have I Ever...

Start from the beginning
                                    

Sekarang mereka dapat mengerti satu hal; bagi Jisoo membeli barang asli sama dengan bernapas bagi mereka, natural begitu saja. Sosok Jisoo sendiri memang kerap disamakan seperti seorang pangeran baik hati bergelimang harta yang kadang suka muncul di suatu drama atau komik-komik romantis. Jadi bagaimana mungkin dia bisa tahu perasaan rakyat jelata seperti mereka ini?

Namun sangat di luar dugaan ternyata tidak hanya Jisoo saja yang selalu membeli barang asli...

"Bukankah kita harus memuji Mingyu karena ternyata dia juga tidak pernah membeli barang KW?" Seokmin berujar, mengingatkan pada yang lain bahwa Mingyu adalah satu-satunya dari mereka, selain Jisoo, yang tidak meminum birnya.

Mingyu melambaikan tangannya dengan gaya rendah hati. "Tidak perlu dibesar-besarkan. Asli atau KW menurutku hanya masalah selera dan prinsip."

Wonwoo, yang mengernyitkan keningnya pura-pura bingung, menoleh ke arah Mingyu. "Apa hanya imajinasiku atau kau yang lupa kalau baru saja kemarin kita berdua pergi ke suatu toko untuk membeli se-"

Mingyu : (memberi isyarat kepada Wonwoo untuk segera menutup mulutnya sebelum kemudian dengan tenangnya meminum seteguk birnya)

***

Wonwoo : "Aku tidak pernah berbaring satu tempat tidur dengan wanita selain ibuku dan saudara perempuanku."

"Hanya berbaring saja kan?" Jisoo bertanya dengan ragu.

Wonwoo memutar bola matanya. "Ya, hanya berbaring. Memangnya apa lagi yang ada di dalam otakmu?"

"Tidak ada," jawab Jisoo cepat. "Aku hanya memastikan supaya lebih jelas."

Jeonghan : (meminum seteguk birnya)

Jisoo : (meminum seteguk birnya)

Seokmin : (meminum seteguk birnya)

Soonyoung : (karena bingung, ia menjadi orang terakhir yang meminum seteguk birnya)

"Untuk yang meminum birnya..." Mingyu memperlihatkan seringaian jahil yang menghiasi wajahnya. "...boleh aku bertanya siapa "wanita" yang pernah berbaring satu tempat tidur dengan kalian itu?"

Seokmin sama sekali tidak keberetan membagi pengalamannya. Dengan santai ia menjawab, "Aku dengan teman-teman SMA-ku dulu. Waktu itu kami sedang melakukan traveling bersama. Demi menghemat pengeluaran akhirnya kami memutuskan hanya menyewa satu kamar untuk bertiga. Dan sebelum kalian berpikir yang bukan-bukan, sebagai informasi tambahan, saat itu kami membatasi area laki-laki dan wanita menggunakan tumpukan bantal dan tas sehingga tidak terjadi apapun."

Bunga Iris dan TakdirWhere stories live. Discover now