🐬 01. Segenggam Asa

74 9 11
                                    

Rangga berjalan memasuki ruang kerjanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rangga berjalan memasuki ruang kerjanya. Ketika membuka pintu, ia dikejutkan oleh keberadaan seorang wanita yang tengah duduk di salah satu kursi ruangannya sambil membaca sebuah buku.

"Maaf, anda siapa ya?" tanya Rangga hati-hati. Ia melihat sekeliling, memastikan kalau itu benar ruangannya. Wanita itu pun menurunkan bukunya dan menatap Rangga sejenak.

"Kamu gak inget sama aku?" tanya wanita itu.

"Saya tanya kok malah balik tanya? Anda siapa dan sedang apa di ruangan saya?" Rangga mulai kesal.

Wanita itu pun lantas tertawa. Tentu saja membuat Rangga semakin kesal. Setelah puas tertawa, akhirnya wanita itu pun bicara.

"Sepatu roda," katanya kemudian memberi clue sembari tersenyum penuh teka-teki.

Rangga tampak mengernyitkan dahi berusaha mengingat-ingat. Seketika wajahnya berubah cerah. Ia ingat seorang gadis yang hobi bermain sepatu roda.

"Aa ... Clara!" tebaknya seraya menjetikkan jari.

"Wah ... kamu makin cantik ya," puji Rangga setelah mengingat nama wanita itu. Bicaranya pun berubah informal.

"Emang kamu pikir siapa?" tanya Clara kemudian.

"Ya, soalnya dulu kamu tomboy banget. Aku pikir ada model salah masuk ruanganku," ujar Rangga. Seketika ia tertawa lepas saat mengingat betapa tomboy wanita yang kini ada di hadapannya.

"Oh ya, kabar kamu gimana? Masih jomblo kah atau ..." tanya Clara sembari melirik Rangga penuh selidik. Wanita itu tak menyudahi kata-katanya.

"Nikah sih belom, tapi udah gak jomblo," jelas Rangga sembari tersenyum.

"Wah ... aku patah hati dong," canda Clara. Rangga tersenyum geli.

"Lah, kamu sendiri?" tanya Rangga.

"Belum ada yang cocok di hati. Lagian sekarang lagi fokus sama project terbaru," jawab Clara.

"Oh ya? Emang kamu kerja di bidang apa?" tanya Ranga penasaran.

"Fashion," jawab Clara singkat.

"Jadi kamu beneran berangkat ke Paris. Hmm pantes kamu modis banget," puji Rangga.

Keduanya pun kemudian larut dalam percakapan. Bercerita tentang pengalaman masing-masing saat kuliah. Dan sedikit bernostalgia masa-masa sekolah. Mereka adalah teman dekat semasa SMA.

Setelah cukup puas acara temu kangen ala mereka, keduanya pun bertukar nomor kontak. Clara pamit undur diri karena masih ada pekerjaan yang harus ia selesaikan. Dan ia pun tahu kalau Rangga juga harus menyelesaikan pekerjaannya.

***

Adhisa duduk menyangga dagu dengan tangannya. Ia merasa bosan dan mengetuk-ngetuk meja dengan jari tangan yang lain.

Adhisa sedang menunggu seseorang dengan gelisah. Ia kembali melirik jam tangannya. Kemudian membuang napas dengan kesal.

"Telat lagi," gumamnya.

Adhisa meraih ponsel dan berusaha menghubungi orang yang ditunggunya sejak tadi.

"Halo, kamu di mana?" tanya Adhisa ketus begitu panggilannya tersambung.

"Udah nyampe kok," jawab seseorang dari seberang sana.

Suaranya terdengar dekat sekali. Tepat di belakang Adhisa. Wanita itupun lantas menoleh. Begitu melihat siapa yang datang, wajahnya langsung cemberut.

"Kok baru dateng sekarang sih?" rajuknya.

"Sorry, sorry. Tadi ada kerjaan tambahan dan harus diselesaiin hari ini juga. Gak lama kan nunggunya?" tanya Rangga kemudian.

"Ya, gak lama kok. Lumayan lah bikin kulit aku kering keriput," katanya lagi, masih cemberut. Hal itu membuat Rangga tak bisa menahan tawa.

"Uuh ... jangan marah dong. Beneran keriput loh. Tuh tuh liat!" goda Rangga sambil menunjuk bagian bawah mata Adhisa. Ia tersenyum kecil tapi justru membuat gadis itu semakin kesal. Rangga pun tertawa lagi.

"Udah ah, masih mau marah apa mau makan?" tanya Rangga meminta pendapat. Laki-laki itu menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Adhisa.

Adhisa memaksakan senyum di bibirnya.

Rangga memanggil pelayan dan membuat pesanan. Sambil menunggu pesanan, Rangga kembali membujuk Adhisa agar tak marah lagi. Akhirnya, Adhisa pun benar-benar tersenyum dan tak lagi marah.

Setelah beberapa saat, pesanan mereka pun datang. Keduanya menikmati makan malam sambil sesekali berbincang dan tertawa.

***

Pagi itu Rangga duduk di kursi teras rumah Adhisa. Ia menunggu gadis itu keluar, sambil memainkan ponselnya. Rangga sengaja menjemput Adhisa agar bisa berangkat kerja bareng. Tak lama, Adhisa pun keluar.

"Lama gak nunggunya?" tanya Adhisa.

"Gak juga kok. Gak sampe keriput pastinya," goda Rangga. Rangga masih teringat rajukan Adhisa malam itu.

"Gak usah mulai deh ... ini masih pagi tau," protes Adhisa. Ia melirik Rangga sambil sedikit cemberut.

"Iya iya, yuk berangkat!" ajak Rangga. Ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Keduanya lekas menuju mobil Rangga yang terparkir di halaman. Rangga segera melajukan kendaraannya menuju tempat mereka bekerja. Meninggalkan halaman rumah Adhisa.

***

Rangga mengantar Adhisa tepat di depan kantor gadis itu. Adhisa segera turun dari mobil tapi belum jauh ia melangkah, Rangga memanggilnya. Adhisa kembali menoleh. Rangga sedikit menundukkan kepalanya agar terlihat oleh Adhisa.

"Dhis, nanti pulang aku jemput ya." Rangga mengingatkan.

Adhisa tersenyum dan mengangguk mantap. Rangga bergegas melajukan mobil menuju gedung kantornya.

Semntara Adhisa tak menyadari ada yang memperhatikan mereka dari kejauhan sedari tadi. Seorang wanita terlihat berjalan mendekat kearahnya.

"Ciyeee yang dianterin nih," goda wanita itu seraya menyenggol pundak Adhisa.

"Eh, Sitha. Dianterin doang emangnya kenapa sih?" tanya Adhisa kemudian begitu menyadari ternyata itu adalah Sitha, sahabat sekaligus teman kerja di kantornya.

"Ya gak apa-apa sih, romantis aja gitu," lanjut Sitha sembari manautkan kedua tangannya dan binar mata tampak bercahaya.

"Apaan sih, udah ah masuk yuk!" ajak Adhisa. Gadis itu seketika tersipu. Adhisa segera menggandeng lengan Sitha mengajak wanita itu masuk. Mereka pun berjalan memasuki kantor sambil bercanda.

Adhisa lekas menenggelamkan diribdalam tumpukannoekerjaan yang sudah menantinya. Ia mengaitkan tas di samping meja. Lalu mulai menyalakan komputer dan bersiap mengerjakan pekerjaannya hari ini.

Adhisa adalah karyawan yang bekerja dalam tim perencanaan di salah satu perusahan agen property.

***

Ditulis pada Juli 2018

Senandung RasaWhere stories live. Discover now