Jejak Terakhir Di Gili Ketapang

29 0 0
                                    

Pada pagi hari berikutnya, Gerry terbangun dari tidurnya dan melihat Jenny yang lagi berdiri di sudut ruangan, dekat meja sambil memegang cermin kecil sedang memoles-moles wajahnya dengan krim pelembab.

Gerry beranjak dari kasur, mengambil perlengkapan mandi. Setelah itu, ia berjalan masuk ke kamar mandi untuk berbilas diri. Dan beberapa menit kemudian, ia keluar dan mulai packing. Sementara itu, ia hanya membawa beberapa barang penting yang dimasukkan ke dalam dry bag.

Usai merias wajah, Jenny membungkus pakaian ganti serta perlengkapan mandinya ke dalam plastik lalu dimasukkan ke dalam dry bag agar menjadi satu. Setelah itu, mereka keluar kamar sambil membawa ransel berjalan turun ke bawah melalui anak tangga menuju ruangan resepsionis.

Saat mereka sudah berada di depan pintu ruangan resepsionis, Gerry menyapa, "Selamat pagi, pak."

"Pagi, mas," sahut Pak Iwan yang sedang duduk. "Silahkan masuk," tambahnya.

Mereka pun langsung masuk ke dalam ruangan, lalu Gerry berkata, "Kami mau check out, pak, tapi sebelumnya kami mau ke Gili Ketapang dulu." Pak Iwan hanya duduk mendengarkan. "Boleh titip ransel disini?," tanya Gerry, sementara Jenny hanya berdiri diam.

"Kenapa tidak taruh di kamar saja, mas?," Pak Iwan balik bertanya.

"Tidak enak, pak, nanti ada tamu lain yang mau check in, jadi lebih baik titip di sini saja," jawab Gerry.

"Oh, boleh, mas, taruh saja di sini," ujar Pak Iwan sambil menunjuk ruang kosong yang ada di belakang mejanya. Mereka langsung menaruh ranselnya di tempat tersebut.

"Terima kasih, ya, pak," ujar Gerry.

"Iya, mas," sahut Pak Iwan.

Setelah itu, mereka keluar dari ruangan resepsionis dan berjalan beberapa langkah lalu menaiki sepeda motor. Gerry menaruh dry bag di ruang depan kemudian menyalakan mesin sesaat.

Ia pun memberikan ponselnya kepada Jenny sebagai navigator dengan mengikuti rute tang tertera di Gmap menuju Pelabuhan Tembaga yang berjarak tiga kilometer.

"Kamu sudah siap?," tanya Gerry sambil sedikit menoleh ke belakang.

"Iya," jawab Jenny yang duduk di belakangnya.

Lantas Gerry melajukan sepeda motornya perlahan-lahan keluar dari parkiran melewati jalan perumahan hingga ke ruas jalan besar yang sangat lengang dan tidak terlalu ramai.

Dan sesampainya di depan pintu masuk pelabuhan yang tertutup oleh portal besi, salah satu petugas yang berjaga langsung berdiri dan menghentikannya lalu bertanya, "Mau kemana, mas?," dengan nada tegas.

"Mau ke Gili Ketapang, pak," jawab Gerry sambil duduk di atas sepeda motor dengan mesin yang masih menyala.

"Sudah dapat operator turnya?," tanya petugas tersebut.

"Sudah, pak, ini sudah ditunggu," jawab Gerry.

"Kalau begitu, bayar retribusi pelabuhan dulu, mas," ujar petugas tersebut sambil memberikan selembar tiket retribusi.

"Berapa, pak?," tanya Gerry.

"Dua ribu, mas," jawabnya.

Lalu Gerry membayarnya. Setelah itu, portal besi di buka dan petugas tersebut kembali berkata, "Ikuti jalan ini saja sampai di parkiran."

"Terima kasih, pak," ujar Gerry sambil melajukan kembali sepeda motor masuk ke dalam pelabuhan.

Sesampainya di parkiran sepeda motor yang terbuat dari bambu, beratapkan ijuk dengan lantai yang berpasir. Gerry memarkirkan sepeda motornya di antara himpitan sepeda motor lainnya.

SeruntulanWhere stories live. Discover now