"Ya gitu deh," katanya datar sambil melirik ke arah koleksinya.
Lalu, aku mau menutup lacinya dan Aldo berseru. "Awass!"
Dan tangan kananku terjepit di laci tersebut, sakit banget.
Aldo langsung memberhentikan mobilnya di pinggir dan mengecek tanganku.
"Aduh," aku meringis.
"Sini coba gue liat," katanya sambil menarik tangan kananku.
"Ga terlalu parah kok." ucapnya sambil mengelus tanganku.
Tanpa disangka, dia menarik tanganku dan mengecupnya dengan lembut dan pelan di bagian lukanya.
Aku tersontak kaget dan diam.
Rasa aneh itu muncul lagi, mengalir lagi ke sekujur tubuhku.
Ini aneh banget emang.
Kenapa dia bisa membuatku diam dan mematung?
Kenapa dia bisa melakukan hal-hal kecil yang membuat rasa aneh itu muncul?
Kenapa dia bisa diam tanpa melakukan apapun tapi membuat hatiku berdegup kencang?
Aku menaruh tanganku di paha, masih sakit.
Kami sampai di hokben, aku membuka pintu dan tanganku terasa sakit.
Aldo membuka pintuku sambil tersenyum.
"Tangan lo gapapa?" tanyanya memastikan keadaanku.
"Masih sedikit sakit sih, tapi gapapa kok," ujarku sambil tersenyum.
Kami pun turun dan masuk ke dalam hokben.
"Udah lo tunggu di sini aja, gue yang mesen, lo mau apa?" tanyanya sambil berdiri.
Aku duduk dan berkata. "Samain kayak lo aja."
Dia pun pergi dan mengantri di tempat pemesanan makanan.
Aku menunggu sekitar 15 menit dan dia datang membawa nampan yang berisi Beef Teriyaki dan Spicy Chicken, nasi, dan juga air putih.
Dia duduk, lalu mengambil sesendok makanan.
"Nih, makan." ucapnya sambil mengarahkan sendok tersebut ke mulutku.
Aku menggeleng cepat. "Engga gue bisa sendiri kok,"
Aku mengambil sendok dan ternyata tanganku masih sakit, aku meringis.
"Tuh, lo ga bisa, udah gapapa gue suapin nih," ujarnya.
"Ga enak ah diliatin orang-orang," kataku sambil melihat ke sekeliling restoran.
"Ah biarin siapa juga peduli, buruan nih,"
"Terus lo makannya kapan coba?" tanyaku mencari alibi lain.
"Gue makannya cepet, udah elah gapapa kali,"
Aku menghembuskan napasku berat dan membuka mulutku.
Dia mulai menyuapiku secara perlahan.
Kurang lebih butuh waktu sekitar 15 menit untuk makananku habis.
Setelah itu Aldo mengambil piringnya dan mulai makan, cepat tapi rapi dan teratur.
Dia hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk menghabiskannya.
Oh, ternyata dia memang cepat.
"Udah yuk langsung pulang aja." ucapnya sambil menarik tanganku yang tidak luka.
Ughh, rasa aneh itu datang lagi.
Kami pun masuk ke dalam mobil, dan Aldo mulai menyalakan mesinnya.
Aku menunjukkan arah jalan ke rumahku, dan kami berhenti tepat di depan rumahku.
"Ini?" tanyanya sambil menunjuk rumah broken-white itu yang warnanya ga berubah sejak 5 tahun terakhir.
"Iya,"
Aku pun turun dan dia juga turun, aku mencoba membuka gerbang tapi Aldo berkata. "Sini sama gue aja."
Hari ini, dia ternyata baik banget, walaupun dingin gitu sih.
"Ga masuk dulu?" tanyaku sambil melirik pintu rumahku.
"Engga, makasih."
Aku masuk ke dalam rumah dan aku melihat dia membalikkan badan dan berjalan ke arah mobilnya.
Ohiya! Lupa bilang makasih.
"Aldo!" panggilku dengan suara melengking.
Ya, suaraku berubah jika sedang gugup.
Dia menoleh dan bergumam. "hm?"
"Makasih." ucapku sambil tersenyum setulus-tulusnya.
Dia mengangguk pelan dan tersenyum balik.
Lalu dia masuk ke dalam mobilnya dan pulang.
Aku masuk ke dalam rumah dengan senyuman kebanggaan? Bukan sih, cuma senyuman seneng biasa.
What a day.
•••TRB [2] : UNPREDICTABLE•••
A.N.
HAIIIIII
ADA ALDO YA SEKARANG?
GATAU KENAPA GUE SENENG SAMA ALDO WKWK
Aldo/Dirga?
Tulis di comment!
26 Juli 2014
YOU ARE READING
TRB [2] : Unpredictable
Teen FictionPerempuan ini masih dalam masa transisi move onnya dari Dirga karena setelah setahun lamanya dia suka dengan Dirga, Dirga justru menganggap dia itu invisible. Tapi hal tak terduga terjadi, Dirga yang tadinya tidak pernah melihat perempuan ini, kini...
•Three•
Start from the beginning
![TRB [2] : Unpredictable](https://img.wattpad.com/cover/19228291-64-k84741.jpg)