Sedangkan Aldo hanya melambaikan tangannya.
Dia membalikkan badannya dan mengambil tasnya.
Eh?!
Dia mau pulang?
Aku bilang ke Pa Agus untuk ngejemput jam 5, sekarang masih setengah 4.
Dia menoleh ke arahku, "Lo ga pulang?"
"Dijemput jam 5," ujarku.
"Hah? Sekarang aja belom jam 4 kok," ucapnya sambil mengcek jam tangannya.
"Emang," kataku sambil mengangguk pelan.
Aku mulai membereskan barang-barangku, Aldo ada di belakangku menungguku sepertinya?
Aku menoleh ke arahnya, dia tampak tidak peduli sih.
Saat aku sudah beres, tiba-tiba tanganku ditarik olehnya.
Ada suatu rasa yang benar-benar tidak bisa dideskripsikan saat dia menarik tanganku.
Berbeda dengan tadi pagi Dirga yang menarik lenganku, itu tidak ada rasa aneh seperti ini.
"Lo ikut gue aja," ucapnya dingin tanpa menatapku, pandangannya lurus ke depan.
Saat kami berjalan, perutku tiba-tiba berbunyi.
Aku meringis karna ini hal yang paling memalukan yang pernah terjadi padaku.
Harusnya aku tadi ke kantin lalu makan dulu.
Aldo tertawa terbahak-bahak.
Aku tidak pernah melihat dia tertawa senatural ini.
"Lo laper?" tanyanya.
Tangannya yang tadinya hanya "memegang" sekarang berubah menjadi "menggenggam" tanganku.
Rasa aneh itu muncul lagi dan dibawa ke seluruh pembuluh arteri di tubuhku.
Ini aneh banget.
"Makan dulu aja deh, mau dimana?" tanyanya.
Dia melepas genggaman tanganku dan membuka pintu mobilnya.
Aku juga ikut membuka dan duduk di dalam.
"Mau dimana hm?" tanyanya sambil memakai sabuk pengaman.
"Terserah lo aja, lo ini kan yang nyetir," ucapku.
Dia mulai menyetir dan tidak ada satupun dari kami berbicara.
Aku tidak suka keadaan seperti ini, terlalu hening dan awkward.
Tapi ternyata, dia yang mulai mengangkat suara.
"Lo ultah kapan?" tanyanya dengan pandangan yang fokus ke depan.
"4 Mei." kataku.
"Gue 2 Mei, kok deketan?" tanyanya.
"Katanya sih kalo deketan kita tuh--" ucapanku terpotong oleh Aldo.
"Jodoh." ucapnya datar.
Aku belum pernah sedekat ini sama Aldo, walaupun kita di dalam satu band, tapi aku tidak pernah sedekat ini dengannya.
Setelah pembicaraan tadi, tidak ada yang bicara.
Karena aku penasaran aku mencoba membuka laci yang ada di bawah dashboard mobilnya.
Wuah.
Ternyata isinya koleksi cdnya, penuh.
"Lo suka musik banget ternyata," ucapku terkagum-kagum.
YOU ARE READING
TRB [2] : Unpredictable
Teen FictionPerempuan ini masih dalam masa transisi move onnya dari Dirga karena setelah setahun lamanya dia suka dengan Dirga, Dirga justru menganggap dia itu invisible. Tapi hal tak terduga terjadi, Dirga yang tadinya tidak pernah melihat perempuan ini, kini...
•Three•
Start from the beginning
![TRB [2] : Unpredictable](https://img.wattpad.com/cover/19228291-64-k84741.jpg)