CHAPTER 1-5

578 18 0
                                    

===

            "Caren! Caren! Bangunlah! Apa kau ingin terlambat pergi ke sekolah? Caren, buka pintunya," Ucap seorang wanita setengah baya yang tengah berdiri di depan sebuah pintu kamar berwarna cokelat terang. Wanita itu mengetuk-ngetuk pintu kamar anak perempuannya dengan lembut. sementara di dalam kamar, Caren—gadis yang dipanggil-panggil oleh ibunya itu—perlahan membuka kelopak matanya. dia mengerang begitu mendapati rasa kantuk yang luar biasa bergelayut di mata cokelat indahnya. Tentu itu bukan hal yang luar biasa, mengingat semalam Caren pulang begitu larut akibat membengkaknya pelanggan di restoran takoyaki tempatnya bekerja paruh waktu. Bosnya meminta semua pelayan bekerja lembut malam itu, sementara dia sendiri sibuk menemani istrinya berbelanja. Benar-benar bos tidak tahu diri. kalau Caren tidak membutuhkan uang untuk keperluan kuliahnya, tentu saja dia akan segera mengirim surat pengunduran diri pada Mr.Fujio—pemilik restoran takoyaki tersebut.

            "Aku sudah bangun, Mom," jawab Caren dengan suara seperti kucing yang tengah tersedak. Mrs. Jones tersentak mendengar suara Caren yang menyerupai besi diseret itu.

            "Caren, ada apa dengan suaramu itu? kau baik-baik saja?" tanya Mrs. Jones khawatir.  Caren menghela nafas lantas melangkah menuju pintu kamarnya dan membukanya,

            "Aku baik-baik saja? Mom lihat. Well, mungkin aku memang kelelahan karena tugas-tugas kuliah yang menumpuk. Tapi Mom tenang saja, toh semua pilihan kita memerlukan pengorbanan bukan?" sahut Caren, namun sialnya, di akhir kalimat dia terbatuk sedikit karena tenggorokannya yang terasa gatal. Sepertinya dia terserang flu.

            "Ck, aku tidak yakin. Mungkin kau harus berhenti bekerja pada si kuning pendek itu. dia mulai menyebalkan," komentar ibunya. Caren mengerjap,

            "Tentu tidak, Mom. Aku masih ingin kuliah. Err... sebaiknya aku mandi, sementara Mom menyiapkan sarapan untukku. Oke?" tanpa menunggu jawaban Mrs. Jones, Caren menutup pintu kamarnya lagi. Dia sudah paham apa yang akan dibicarakan ibunya jika dia tidak cepat-cepat mengalihkan perhatian. Permintaan maaf karena Caren tidak bisa hidup layaknya gadis-gadis yang lainnya, dan suasana duka tentu saja akan mengambang begitu mereka mengingat akan mendiang ayah Caren yang meninggal sekitar sembilan yang tahun lalu. Pria bijaksana itu harus menyerah kepada kanker yang menggerogoti tubuhnya. klise.

            Usai mandi, Caren turun ke ruang makan dan mendapati ibunya tengah menggoreng telur. Gadis itu melarikan pandangan mata cokelat indahnya ke arah meja makan dan menemukan sebuah kotak bekal yang telah siap dimasukkan ke dalam tasnya. Caren tersenyum lebar kemudian melangkah menuju meja makan sebelum akhirnya duduk di salah satu kursinya.

            "Sepertinya kau terlihat begitu bergembira hari ini," kata ibunya.

            "Tentu saja, Mom. Aku akan belajar mengenai herbologi pagi ini. pelajaran yang amat langka. Kapan lagi aku bisa berada di rumah kaca Harrington University? Well, kesempatan yang sangat jarang bagi mahasiswi sepertiku tentunya, tidak seperti Justin Bieber dan kawan-kawannya yang bebas masuk ke rumah kaca. Kapanpun," Caren menjawab dengan memberikan penekanan yang kuat pada kata 'Justin Bieber'. Mrs. Jones mengerutkan kening, sembari dia membalik telur di penggorengannya.

            "Kedengarannya kau begitu kesal ketika menyebut nama Justin Bieber. Bukankah dia adalah pewaris tunggal dari Bieber Group yang terkenal itu? apa jangan-jangan kau pernah menyukainya dan dia menolakmu?" goda Mrs. Jones, yang membuat Caren memasang ekspresi seperti ingin muntah.

            "Mom bercanda? Aku menyukai Justin? sejak kapan aku bisa jatuh cinta pada makhluk penghuni neraka itu? mimpi saja! aku hanya tidak suka kelakuannya. dia bukan tipikal siswa yang pandai, namun berlagak sok kuasa. Dia pernah menyindir pekerjaan Mom, Mom tahu? Ergh... yang jelas dia adalah musuh abadiku,"

MY LOVELY ENEMY by Renita NozariaWhere stories live. Discover now