"Aw!"

Kepala itu menjadi korban pukulan dari Putra Mahkota Namjoon.

"Tentu saja aku senang. Aku akan berpesta sangat meriah nantinya. Tidak ada adik yang cerewet, tidak ada adik yang jahil dan tidak ada adik yang manja. Yang tersisa hanya ketentraman, keheningan dan ..."

Kalimat itu sengaja dijeda. Mengarahkan matanya pada manik indah sang Adik yang menatapnya lekat.

"Kesunyian," lanjutnya.

Mata itu mulai berkaca - kaca.

"Aku akan sesering mungkin mengirimu pesan, Kakak," ucapnya merunduk, menyembunyikan pancaran kesedihan diwajahnya. Kedua tangannya meremat kain kebesaran yang membalut tubuh rampingnya.

"Harus!" balas sang Putra Mahkota dengan tangan yang mengelus lembut surai panjangnya.

●●●

Ditempat lain seseorang bertubuh tegap dengan aura dominasinya yang sanggup menundukkan siapapun yang membantahnya sedang bergulat dengan banyak prajurit pasukan lawannya.

Mata tajamnya fokus pada setiap gerakan lawannya.

Semua serangan sanggup ditangkisnya dengan lancar.

Bunyi tubrukan benda-benda tajam itu terdengar menyakitkan namun menjadi penyemangat tersendiri bagi sosok gagah nan pemberani itu.

"Pasukan inti dikepung, Kaisar. Apa yang harus kami lakukan? Kita tidak berkutik sekarang. Kita sudah dilumpuhkan."

Teriakan itu membuatnya mendidih.

Dengan gerakan secepat kilat Ia mengayunkan pedangnya menebas dan melukai beberapa pasukan musuh yang menghadangnya.

Berlari secepat mungkin mencapai titik sumber suara yang tak lain berasal dari sang Panglima, sahabatnya. Jung Hoseok.

"Aku akan maju kedepan! Bebaskan pasukan inti dari kepungan itu! Aku yakin kau bisa." bisiknya.

Hoseok sang Panglima membulatkan matanya mendengar rencana sang Kaisar.

Dalam siasat perang, seorang Kaisar yang terjun langsung di barusan depan sangatlah berbahaya. Kekalahan bisa saja terjadi, kematian Kaisar menjadi kekalahan yang akan sangat memalukan dan beresiko membawa kehancuran pada Kerajaan.

.

"Tidak! Anda bisa terluka dan kemungkinan kekalahan bisa saja terjadi!"

"Tidak ada pilihan lain lagi. Inilah satu-satunya jalan yang kita miliki. Berseraklah selamatkan Pasukan Inti! Aku bergerak menyerang mereka. Apa kau meragukan kemampuanku, Panglima Jung?!"

"Tidak, Kaisar."

"Bagus, aku percaya padamu, Hyung."

Setelahnya sang Kaisar berlari menerjang lawan yang semakin banyak bertambah.

.

"Ingatlah sebentar lagi pernikahanmu akan dilaksanakan. Pulanglah dengan selamat, jangan ada luka yang membuat ketampananmu berkurang, Kaisarku."

You Don't Understand My Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang