3.

20 1 0
                                    

Seharusnya aku tak pernah berharap.
Meski kamu selalu berdekatan denganku,
meski kamu selalu memperhatikanku,
meski kamu selalu bercanda denganku,
sudah seharusnya aku tidak pernah berharap.

Kenapa? Kalian pikir aku terlalu jahat dengan diriku sendiri?
Tidak, justru aku sedang menyelamatkan diriku sendiri.
Sebelum aku jatuh lebih dalam.
Sebelum aku terluka lebih dari ini.

Semua itu semu.
Mengapa aku tidak pernah menyadarinya?
Ah, kurasa aku yang terlalu bodoh.
Ah, kurasa aku saja yang terlalu naif.

Sebenarnya kalau ku pikirkan kembali,
jika aku benar - benar melihatnya kembali,
rasanya tidak salah jika kukatakan kamu yang sebenarnya bersalah.
Maksudku, kamu yang meninggalkanku.
Maksudku, kamu yang berpaling dariku.
Lalu kenapa aku yang harus menyalahkan diriku sendiri?

Karena menyalahkan diri sendiri lebih mudah, ternyata.
Mungkin kamu berpaling karena aku masih kurang bagimu.
Mungkin kamu meninggalkanku karena aku sudah tidak memiliki fungsi  lagi bagimu.

Untuk apa aku menyalahkan dirimu?
Toh, kamu tidak akan tau.
Hanya rasa dendam nanti yang muncul.
Masalahnya juga tidak akan terselesaikan.

Mungkin sampai sini akhirnya.
Mungkin sampai sini saja cerita kita.
Aku tau bisa saja aku menyesal.
Tapi, diriku masih jauh lebih penting dibandingkan dirimu.
Dibanding kamu, yang bahkan hanya menganggap ku sebagai jaminan kala dirimu kesepian.
Mungkin, Tuhan sudah menuliskan.
Bahwa aku dan kamu,
tidak akan pernah menjadi kita.

Heart ThoughtsWhere stories live. Discover now