CHAPTER EIGHTEEN

1.2K 240 86
                                    

"Motornya Abang kok nggak ada?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Motornya Abang kok nggak ada?"

"Hmm, Abang jual. Mulai sekarang naik bis nggak apa-apa, 'kan?"

Nathan mengangguk. Cowok itu mengikuti Galang berjalan keluar gang, menuju halte terdekat.

"Bang... Nathan minta maaf kalau masih ngerepotin Abang," ujar cowok itu lirih, matanya menatap sepatu hitam yang sudah belel.

Galang mengacak rambut Nathan. "Ngomong apa sih? Kamu tuh, nggak ngerepotin."

Nathan memainkan seragamnya yang kusut. "Kalau Nathan pinter, pasti Abang nggak perlu bayar uang sekolah."

"Hey, Nat, kamu pinter. Kamu proses menuju tahap itu, dan aku sama Bang Kefas dukung sepenuhnya. Aku sama Bang Kefas nggak masalah, semahal apa pun biaya yang harus dibayar, asal kamu nggak nyia-nyiain."

Nathan mengigit bibirnya. Cowok itu selalu berusaha keras untuk mendapatkan peringkat terbaik, tapi pikirannya selalu melayang kemana-mana.

"Kamu nggak usah mikirin yang macem-macem, biar aku sama Bang Kefas yang mikir."

"Widih, motor lo kemana yang keren parah itu? Dan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Widih, motor lo kemana yang keren parah itu? Dan... itu muka kenapa lagi, jir?"

Galang menatap Gema dengan tatapan datar. Cowok itu masih memutar otak soal pekerjaan apa yang harus dilakoninya.

"Udah lo jual juga akhirnya?" tanya Leo dengan nada antusias yang tak tersembunyikan.

"Udah. Puas lo?" tanya Galang dengan nada tajam, membuat Leo semakin girang.

"Jelas puas!"

"Lo tuh dipukulin siapa sih, Lang?" tanya Leo akhirnya, menghapuskan kegembiraan karena Galang akhirnya menjual motornya itu.

Dalam diamnya, Gema tahu kalau Galang sedang mengalami masalah ekonomi yang cukup serius. Cowok itu sampai rela menjual motor.

Galang dari dulu merupakan orang yang paling benci dikasihani. Tampak dari bagaimana cowok itu menyembunyikan semuanya begitu apik, sampai bagaimana caranya menonjok Rayhan kala cowok itu melunasi tunggakan uang sekolahnya.

Galang tidak suka dikasihani macam itu. Galang merasa dirinya masih bisa mengatasi semuanya sendirian.

Namun, Galang salah. Terkadang, setiap orang butuh orang lain untuk sandaran. Tiap orang butuh uluran tangan itu. Meskipun Gema percaya Galang bisa mengatasi semuanya sendiri, pasti ada satu titik di mana cowok itu akan butuh seseorang.

Seseorang untuk menopangnya.

Gema yakin, dirinya, Rayhan, dan Leo pasti ada di situ.

Gema yakin, dirinya, Rayhan, dan Leo pasti ada di situ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

author note:

jir part ke ini kok cisi :(

lost boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang