Special Story II: Lets Play A Game!

Start from the beginning
                                    

Usapan tangan Seungcheol sejenak terhenti. "Kau tidak lagi mengkhawatirkan nilaimu?"

"Sesuai dengan perkataanmu, tidak akan ada gunanya kalau aku mencemaskan dan hanya mengeluhkannya sekarang. Dan karena itu aku akan menyimpan tenagaku untuk kecemasanku besok di saat ujian sudah tiba."

'Aku bilang mengeluh tidak akan ada gunaya adalah jika kau hanya mengeluh dan mencemaskan nilaimu tanpa melakukan usaha apapun. Aku tidak pernah menyuruhmu untuk melupakan ujianmu begitu saja!' Seungcheol sedikit mengomel di dalam hati. Kali ini dialah yang dibuat frustasi oleh sikap Jeonghan. Bagaimana mungkin kekasihnya ini menangkap perkataannya dengan maksud lain?! "Setidaknya bacalah dulu kertas-kertas itu!"

"Tentu saja aku akan membacanya," sergah Jeonghan, dengan sangat tenang menanggapi pandangan menegur dari Seungcheol. "Tetapi aku akan melakukannya besok dua jam sebelum ujian dimulai. Sudah kukatakan, malam ini, aku akan menyimpan tenagaku supaya bisa kumanfaatkan untuk mengembangkan kemampuan mengarang bebasku besok."

Seungcheol memutar bola matanya, memutuskan tidak akan ada gunanya lagi berdebat dengan Jeonghan yang keras kepala dan sedang sedikit tidak rasional seperti ini. "Terserah padamu saja. Sekarang kau menyingkirlah dariku!" Seungcheol menyuarakan perintahnya diiringi dengan decakan bibirnya. "Berbeda denganmu aku masih ada tugas yang harus kukerjakan sekarang."

Dengan berat hati serta muka yang cemberut, Jeonghan mengangkat kepalanya dari paha Seungcheol dan kemudian bangkit dari posisi duduknya. "Persiapan festival?"

"Yup," Seungcheol ikut berdiri. Lalu tanpa aba-aba dengan singkat ia mengecup bibir Jeonghan yang cemberut sebelum mendudukkan diri di depan laptop yang ada di atas meja belajarnya. "Ada sedikit yang harus kukerjakan untuk laporan yang akan kuserahkan besok siang pada ketua pelaksana," tambahnya dengan nada menggoda. "Tunggulah satu jam saja dan kemudian aku milikmu."

"..."

BUG!

Tiba-tiba agak keras Jeonghan memukul kepala Seungcheol menggunakan gulungan tebal kertas yang ada di tangannya. "Kau memang milikku!" katanya cepat dengan muka yang sudah bersemu merah, bahkan sebelum Seungcheol sempat memprotes atas tindakan pemukulan kepalanya. "Kapanpun itu!"

Tentu saja setelah mendapatkan perlakuan, yang menurutnya 'provokatif' dari Jeonghan, Seungcheol segera mengabaikan laptop yang saat ini sedang dalam proses membuka lembar kerja microsoft excel. Dengan seringai yang tersungging di bibirnya, ia kembali bangkit untuk menghadap ke arah Jeonghan, meraih lengan laki-laki itu dan begitu cepat menarik tubuh di depannya untuk mendekat. Ia kemudian melingkarkan kedua lengannya memutari pinggang Jeonghan.

"Bagaimana dengan tugasmu?" tanya Jeonghan dalam gumaman yang dapat dengan jelas didengar oleh Seungcheol karena posisi tubuh mereka yang tidak berjarak, tepat sebelum bibir Seungcheol akan menempel pada bibirnya.

"Aku memutuskan akan mengerjakannya besok," balas Seungcheol juga dengan bisikan serak yang menggoda, menjadikan napasnya dengan lembut menyapu area bibir Jeonghan. "Dua jam sebelum batas waktu yang diberikan ketua pelaksana padaku."

Dan kali ini Jeonghan memutuskan akan menjadi pacar yang penurut dengan tidak memprotes apapun, baik perkataan atau perbuatan Seungcheol. Dengan sangat kooperatif ia sedikit membuka bibirnya, menyambut bibir Seungcheol yang datang padanya.

Dan kemudian membalas kecupan demi kecupan yang diterimanya dari laki-laki itu...

***

(Berjam-jam sete—TIDAK! Maksudnya... hanya sekitar dua setengah jam setelahnya...)

Bunga Iris dan TakdirWhere stories live. Discover now