Chapter 1: "Suddenly Punch Line"

448 18 6
                                    

Ikinari Punch Line

Chapter 1: "Suddenly Punch Line"

Author : Ayurin Kujou

Masa orientasi telah berakhir, hari ini perkuliahan sudah mulai berjalan. Jurina berjalan menuju ruangan kelas dengan malas. Sesampainya di kelas, Jurina mencari tempat paling pojok belakang.

'Kenapa aku bisa berada di tempat yang sangat membosankan ini? Kalau bukan karena permintaan ibu, aku mungkin sudah pergi ke Paris', pikir Jurina.

Jurina adalah anak yang sangat cerdas atau lebih tepatnya jenius. Dia selalu mengikuti akselerasi di masa sekolahnya dulu. Oleh karena itu dia lulus SMA di usia 15 tahun, sangat tidak bisa dipercaya, tapi begitulah faktanya hehehe. Semua mata pelajaran terasa sangat mudah bagi Jurina, padahal dia tidak pernah belajar dengan giat apalagi membaca buku. Jurina tidak banyak bicara dan sangat pasif ketika kuliah di Universitas Kyoho ini, dia seperti menyembunyikan identitasnya, baginya itu hanya akan membuatnya semakin repot karena menjadi bahan gosip para mahasiswa. By the way, Universitas Kyoho merupakan sebuah universitas swasta ternama di Tokyo. Jurina lebih memilih universitas swasta karena menurutnya peraturan diswasta lebih longgar daripada di universitas negeri. Tapi tetap saja ayahnya yang merupakan seorang pemilik perusahaan Matsui Tech tidak ingin anaknya masuk ke sembarang universitas.

Satu per satu mahasiswa masuk ke ruangan kelas, Jurina yang sedari tadi bermain game di handphonenya tidak peduli dan tidak memperhatikan sekitarnya.

15 menit kemudian, sensei pun memasuki ruangan. Seorang wanita yang masih muda berjalan menuju ke podium di depan kelas.

"Baik, selamat pagi rekan-rekanku sekalian. Hari ini saya akan memulai perkuliahan dengan perkenalan diri dan memberikan skema materi yang kan saya ajarkan selama masa perkuliahan saya. Pertama, nama saya adalah Matsui Rena...", jelas sensei sambil menuliskan namanya di papan tulis.

Jurina tidak mendengarkan ucapan sensei, dia masih sibuk dengan game dihpnya.

"Selanjutnya saya akan mengabsen satu persatu untuk lebih mengenal kalian". Rena sensei membuka buku absensi.

'Dijaman secanggih ini masih musim saja buku absen, harusnya lebih modern dong pake file ms word. Lagipula sekarang kan masa kuliah, masih aja ada absen dipanggil namanya satu-satu', gerutu Jurina dalam hati, dia masih asyik bermain game.

"Goto Moe.. Shimazaki Haruka.. Yamamoto Sayaka.. Shiroma Miru.. Matsui... Jurina?", sensei tiba-tiba terhenti ketika membaca nama Matsui Jurina.

~Rena POV~

Aku mengabsen satu persatu mahasiswa di kelas J tingkat 1. Aku sangat bersemangat karena respon mereka terhadapku sangat antusias, aku merasa lebih dihargai.

"...Matsui Jurina?". Aku memanggil nama itu, awalnya aku ragu dan tidak percaya dengan apa yang aku baca. Hingga aku menatap ke arah suara seorang mahasiswi yang mengacungkan tangannya.

"Hadiiirr...", teriaknya namun matanya masih menatap layar hpnya.

"O..oke, Matsui san tolong jangan bermain hp dan perhatikan sensei di depan kelas", ucapku sedikit gugup.

"iya sensei...". Balasnya tapi tetap saja dia tidak mempedulikan ucapanku, dia masih bermain hp.

Ya sudahlah, mungkin itu memang sifatnya, ya aku sudah sangat mengenalnya. Aku pun melanjutkan mengabsen.

"Miyawaki Sakura...", ketika ku panggil nama itu Jurina langsung berpaling dari layar hpnya. Dia seperti mencari-cari dimana seseorang bernama Miyawaki Sakura itu.

"Hadir sensei", balas Sakura sambil mengacungkan tangannya.

Ku perhatikan Jurina menatap lurus ke arah Sakura. Sepertinya ada yang menggangu pikirannya, atau ada sesuatu diantara mereka? Aku tidak tahu, aku melanjutkan absensiku.

~Jurina POV~

Aku tidak peduli dengan sensei maupun seluruh mahasiswa di kelas ini, bukan, mungkin seluruh orang di kampus ini aku tidak peduli. Aku terus bermain game selama perkuliahan, bahkan aku tidak tahu nama sensei yang sedari tadi mengoceh di depan kelas. Hingga sensei memanggil nama Miyawaki Sakura, aku tidak percaya, Sakura? Aku langsung mencari siapa itu, aku harap dia bukan seseorang yang ku maksud. Tapi, ternyata itu malah mengecewakanku. Ya, itu memang Sakura.

Dia berada 3 kursi di depanku, ku lihat Sakura melirik ke arah ku. Dia tersenyum, dan dia berbalik kembali menatap papan tulis. Setelah itu, entah ada angin apa aku tertarik untuk melihat ke arah sensei. Oh God!! Aku sangat kaget. Rena, kenapa dia ada disini? Bahkan dia menjadi dosen di kampusku.

~flash back~

Jurina si anak ikemen. Jurina masuk SMA diusianya yang masih 12 tahun, ia ingin langsung ditempatkan di kelas 2, suatu hal yang tidak biasa memang. Jurina diberikan soal Ujian Akhir Semester kelas 10 SMA dan semuanya mendapatkan nilai sempurna, 100. Sensei merasa Jurina tidak perlu sekolah lagi, tetapi ayahnya mengharuskan jurina sekolah dan mendapatkan ijazah seperti anak normal lainnya.

Jurina sangat populer di sekolahnya, bukan hanya karena dia anak yang cerdas dan jenius, tetapi Jurina memiliki wajah yang terlalu tampan untuk seorang perempuan. Ditambah lagi sifat Jurina yang sangat ramah dan sociable terhadap teman-teman, adik kelas bahkan kakak kelas Jurina jatuh hati padanya. Banyak siswa laki-laki pun merasa iri dengan Jurina, karena dia lebih mudah mendapatkan siswa perempuan daripada mereka.

"Jurina... aku tidak mengerti tentang materi ini, bisa ngga kamu mengajariku?", pinta Akane sambil memeluk lengan Jurina.

"Ya, tentu saja", balas Jurina, tersenyum.

"Permisi, apa Jurina ada??". Seorang gadis memasuki ruangan kelas 1-2.

"Iya, kenapa ya?", Jurina menoleh ke arah gadis itu.

"Aku Oya Masana dari kelas 3-3. Jurina, apa kau ada waktu? Aku butuh bantuanmu", pinta Masana.

"Tentu saja senpai, memangnya ada apa?", tanya Jurina sambil tersenyum.

"Kamu kan jago olahraga, sebenarnya.... ikut aku". Masana menarik tangan Jurina.

Di lapangan,

"Sudah cukup, aku cape, aku tidak bisa melakukannya, tanganku sakit semua~~" keluh seorang gadis berwajah pale itu, dia bergelantungan di tiang saka agari.

"Mou.. Rena, kalau kayak gini terus kamu bisa mendapatkan nilai jelek di mata pelajaran olahraga", ucap Airi.

"Airin~ kamu kan tahu aku sangat payah berolahraga, jangan memaksaku terus dong", protes Rena.

"Minna!!! Lihatlah siapa yang aku bawa!!!", teriak Masana dari kejauhan mendekati Airi dan Rena.

"Jurina???!!", ucap Airi dan Rena heran.

"Umm, dia sangat hebat dalam mengajari seseorang makanya aku meminta bantuannya, iya kan Jurina?". Masana memandang Jurina dengan tatapan penuh harap.

"Iya senpai, aku akan membantu senpai dengan seluruh kemampuanku", balas Jurina sambil menyeringai.

Sejujurnya Rena tidak menyukai hal itu, tapi apa boleh buat, Masana yang membawa Jurina. Rena tidak mau membuat sahabatnya itu kecewa atas segala usahanya untuk membantu Rena.

Begitulah awal pertemuan Jurina dan Rena hehehe 😄

Ceritanya lanjut di next chapter ya 😁

maaf kalau ada typo typo maklum tiada yang sempurna. Terimakasih sudah membaca, jangan lupa untuk klik tombol vote bagi yang suka, kalo ngga suka bisa kasih kritik, saran dan pengalaman membaca kalian juga dikolom komentar =^w^=

Salam dari wkwk land

Gengs, buat part Yuri Hard Effect bakal di publish di Extra Chapter, ini biar ngga mengganggu main story-nya '3', untuk selanjutnya juga begitu. Dan cuma bisa dibaca oleh followers  😁

note: bagi yang bingung malasah kelas. di Jepang kelas 1-2 berarti kelas 1 urutan ke 2, misalnya kelas 1 SMA terdiri dari 10 kelas nah kelasnya Jurina itu urutan ke 2, gitulah kira-kira.

IKINARI PUNCH LINEWhere stories live. Discover now