"Gaara..." serunya nyaring.

"Hello Naruto. Kau cantik sekali" Puji Gaara sembari mengamati perempuan didepannya, sea foam netra Gaara meneliti sahabatnya itu dari ujung mata hingga ujung kaki.

"Aku memang sudah cantik dari dulu" sambung Naruto sambil memutar bola matanya malas.

"Hahaha... kau benar." Tawa renyah Gaara menggetarkan gendang telinga dan juga hatinya. Rasa yang dirasakan Naruto masih sama, seperti dulu, namun dia harus tau siapa dirinya sekarang. Sebisa mungkin ia menampik perasaan itu, menahan diri sekuat mungkin untuk tidak menghambur ke pelukan Gaara dan sebisanya membawa kabur pria didepannya itu.

"Mana Sakura? Aku tidak melihat dia sekarang" Tanya Naruto berusaha mengalihkan perhatian dari hatinya yang meraung menginginkan Gaara seorang diri.

"dia sekarang masih bersiap di kamarku. Kesanalah Naruto, ku yakin dia bahagia melihatmu" Naruto hanya mengangguk dan segera menuju ke kamar Gaara. Sebenarnya Naruto tak ingin melihat Sakura. Naruto dan Sakura adalah teman sekaligus rival di segala bidang, bahkan untuk memenangkan hatinya Gaara. Namun apa yang bisa dia lakukan bila Gaara harus memilih Sakura daripada Naruto.

"Tidak... aku akan menunggu disini dan membantu maid menyiapkan apa yang perlu disiapkan" tolak Naruto halus. Mana sudi dia bertemu dengan gadis yang merebut permata hatinya.

"Baikalah jika itu maumu.. aku akan keatas. Melihat apakah Sakura sudah siap atau belum" Naruto sedikit tersentak saat Gaara tersenyum membayangkan Sakura dengan senyum yang tak pernah dia berikan pada Naruto, dia sedikit iri, ya... iri sekali, namun sekali lagi DIA bukan siapa-siapa.

Waktu telah berlalu dengan cepatnya. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 06.00 tepat. Para tamu sudah berdatangan meramaikan aula utama kediaman Sabaku. Naruto menyapa Rasa dan Karura Sabaku, orang telah membatu dan menolongnya ketika dia kecil. Naruto sangat berhutang pada keluarga Sabaku, namun dengan kurang ajarnya dia menyukai bahkan mencintai putra bungsunya. Tak bisa disalahkan, cinta itu tak memandang apa dan siapa untuk kita memberikan hati kita. Naruto juga menemukan teman-teman semasa kuliahnya, ada Hinata Hyuga, Rock Lee, Kiba Inuzuka, Chouji Akimichi, Ino Yamanaka, dan Neji Hyuga. Dulu, Neji sempat menaruh hati pada gadis berwajah oriental milik Naruto itu, tapi cintanya juga tak terbalaskan, Naruto saat itu dengan bodohnya mengejar-ngejar cinta Gaara.

Acara pertunangan berjalan lancer, Gaara dan Sakura bahagia. Senyum kebahagian tak pernah lenyap dibibir mereka. Sakura cantik sekali malam ini, gaun kuning keemasan panjang membalut tubuh poporsionalnya. Rambut gulali-nya ia gelung keatas menyisakan rambut bagian depan membingkai wajah cantik berkulit pucat itu, dihiasi dengan jepit rambut kupu-kupu menambah kemilau. Naruto melihat mereka dari kejauhan hanya ditemani segelas wine, takut jika wajah kusutnya terlihat. Dia berdiri di pojokan, vas besar disampingnya menyembunyikan sosoknya.

"Nona.. tak baik berdiri sendirian di pojokan dengan wajah seperti itu" suara berat seseorang menyadarkan lamunannya. Naruto menoleh disebelahnya, dia seperti melihat malaikat. Lelaki itu memiliki tatapan tajam menusuk, membuat bulu romanya berdiri. Rambutnya hitam sehitam gagak di malam hari dengan gaya mencuat keatas melawan gravitasi. Pria ini tinggi, sekitar 185 cm, taksir Naruto didalam hati. Saking tinggi pria asing itu, Naruto yakin jika ia memakai heels 14cm, tingginya hanya mampu mencapai sebatas dada bidang pria asing yang memikat hati.

"tch... aku tak terlalu suka keramaian" seru lelaki misterius itu, tanpa dikomando jantung dibalik sraples hitamnya berdegup. Bergetar cepat dibalik tulang rusuknya.

"Aku juga." Jawab Naruto singkat sambil menundukkan pandangannya pada gelas wine ditangannya. Lelaki itu menyenderkan punggungnya di dinding sebelah Naruto.

Orang AsingWhere stories live. Discover now