******

110 15 3
                                    

::::::*::::::

Author POV

Semua nya diawali senyuman secerah matahari di pagi hari. Lelaki dengan seragam sekolah nya yang lengkap siap menyambut pelajaran dikelas nya dengan senyuman yang sulit dilunturkan itu, tanpa sadar terus bersenandung membayangkan bagaimana kehidupan nya belakang ini.

Ia sangat senang bahkan melupakan perasaan benci nya pada orang lain.

Melupakan bagaimana ia bisa menangis beberapa hari yang lalu karna seseorang yang telah ia anggap sebagai mantan teman.

"Berhenti tersenyum begitu! Mulutmu bisa sobek nanti" ucap ten yang sedari tadi jengah menatap prihatin teman nya itu.

"Apa pedulimu? kalok sobek tinggal dijait kan" ucap hansol tak kalah sengit dari nada ucapan ten sebelumnya.

Lawan bicara hansol itu hanya menghela nafas seketika meratapi hansol yang seperti nya otak nya sudah dicuci oleh hojung.

"Ya ya.. terserah kau saja..~~"

Khususnya untuk menutupi perasaan sebenarnya orang tersebut, banyak yang mengatakan jika mereka mencoba bersandiwara untuk tetap menegarkan hati nya

Hansol bersandung kembali menikmati pagi hari nya yang indah tanpa mengidahi teman nya yang hanya merengut seraya membaca buku nya.

::::::*::::::

Hojung POV

Kedua belah mataku menatap penuh pada bongkahan sepasang mata yang jernih dihadapanku.

Seperti tengah mencari cari hal yang tepat untuk ku memulai pembicaraan.

Tapi tak lama hatiku ragu walau hanya untuk mengucapkan nya pada pemuda bermarga Kang ini.

Jika sebagian dalam diriku sudah dikuasi rasa tak percaya diri, maka yang ada hanya perasaan ragu yang mengganggu

"Cepat katakan hojung-ie. Kelas akan segera masuk beberapa menit lagi!"

Kuhela nafas dalam dalam, lalu mulai merangkai kata kata yang sempat terlintas dibenakku.

"Apa kelas lebih penting dari pada aku, hmm!"

"YAKK, JANGAN MEMBUAL! cepat katakan apa yang kau inginkan!"

Bentakan itu, aku benar benar sangat biasa. Bagaimana dia selalu marah karna kugoda, sungguh aku terlalu sering mendengar nya di telingaku langsung. Yang sial nya malah aku sukai.

"Kau masih ingatkan pembicaraan kita di taman"

Bukan nya menjawab dia malah menatap ku dengan tatapan yang tak dapat kudeskripsikan. Yang bisa kuperjelas hanya satu, ia tampak gelisah.

"Aku tak ingin ingat, tapi kau.. huuhh.. lupakan. Pada akhirnya aku tau, aku yang akan mengalah"

*Flashback

Chan POV

"Kenapa kau bisa ada disini?"

Apakah dunia ini sangat sempit? Baru sejenak aku tenang dengan keheningan akan renunganku. Kini si lelaki bermarga Ko ini datang.

"Ahh, sepertinya aku datang diwaktu yang kurang tepat ya. Ehmm, maaf tapi pertemuan kita memang sudah seharusnya, chan-ah"

Sial, berhenti mengatakan hal yang konyol. Mengapa perkataan nya tak pernah benar sih? Omong kosong sekali.

Aku berdehem keras seraya mengalihkan perhatianku pada langit yang sudah mulai gelap. Ah, mungkin tinggal beberapa menit lagi matahari nya tenggelam.

Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang