Mr. Right part 8

572 38 42
                                    

HAI KAWAN GW KEMBALI!!!


SIAPA YG SENENG HAYO????

Oiya, maaf ya lama. Gw lagi gak mood kayak gairah buat nulis tuh ilang aja gitu, trus ada sesuatu yang terjadi di real life gw. Jadi ya ... gitu dah. Semoga chapter ini gak mengecewakan.


Enjoy~
































Sejak Dylan menelfonku tadi, aku langsung menarik tangan Kang Taehyung dan memintanya untuk mengantarku ke rumah sakit. Aku panik bukan main. Aku bahkan meminta Kang Taehyung untuk mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.

Kini, aku duduk di salah satu bangku rumah sakit. Semua orang yang berada di sini sama kacaunya denganku. Tatapanku kosong, tak ingin mendengar apapun selain pintu kamar rumah sakit yang kuharap akan terbuka secepatnya. Suara isak tangis di sampingku juga tak hentinya terdengar semakin pilu. Suara tangis yang rasanya semakin menambah rasa penyesalanku bertambah menjadi dua kali lipat.

Ibu Seokjin masih duduk di sampingku ditemani oleh suaminya yang setia mencoba menenangkan dirinya. Ia bahkan belum mengangkat kepalanya untuk melihatku semenjak kedatanganku ke sini. Kedua tangannya selalu menutup wajahnya yang telah basah oleh air mata. Aku merasa telah menjadi kekasih yang buruk. Untuk sekadar menyapa pun aku tak bisa.

Aku sadar ayah Seokjin telah beberapa kali melempar tatapan kepadaku. Tak ada sirat kemarahan di wajahnya. Hanya ada tatapan sendu darinya yang dijatuhkan kepadaku. Tapi, aku juga tak bisa mengeluarkan satu kata pun kepada ayahnya Seokjin seolah mulut ini telah terkunci.

Hening adalah suasana yang tepat aku deskripsikan kali ini. Semua orang yang menunggu di sini bungkam. Sudah berjam-jam kami menunggu kabar dari dokter. Aku tak tahu seberapa parah kecelakaan yang menimpa Seokjin. Hanya samar-samar yang kudengar pembicaraan saat Kang Taehyung menanyakan Dylan mengenai parahnya luka yang Seokjin dapat. Yang kutahu, Dylan tak berani mengutarakannya secara detail.

"M-maafkan aku."

Aku gugup saat mengatakan itu seraya memainkan tanganku yang bergetar. Kalimat yang mengalihkan atensi mereka kepadaku. Mereka tak menjatuhkan tatapan menghakimi. Namun setelahnya, mataku kembali menitikkan air mata karena perasaan bersalah yang menguar di tubuhku. Bahuku kembali bergetar kala mengingat memori buruk yang telah kubuat.

"Ini semua salahku."

Kang Taehyung dan Dylan menatapku lirih. Kupikir hanya Dylan yang tahu maksud lain dari apa yang kukatakan. Terlihat dari matanya kalau ia juga merasakannya. Kurasakan usapan nyaman di punggungku. Aku menoleh ke arah Ibu Seokjin yang kini menatapku sendu disertai senyuman hangatnya. Tangannya yang gemetar membuatku sadar kalau ia adalah yang paling rapuh saat ini.

"Ini bukan salah kamu, Nak. Semuanya resmi kecelakaan," kata Ibu Seokjin masih menangis. Suaranya sarat kesedihan yang mendalam.

Aku menggeleng pelan. "T-tapi—"

"Sudah, Nak. Gak apa-apa. Sekarang yang bisa kita lakukan hanya berdoa yang terbaik untuk keselamatan Seokjin."

Ucapan ayah Seokjin yang memotong pembicaraanku sukses membuatku bungkam. Andai saja, orangtua Seokjin tahu betapa buruknya aku melakukan Seokjin sebagai kekasih. Mungkin mereka telah membenciku kali ini. Atau bahkan, tak akan mengizinkanku untuk duduk di sini. Betapa buruknya aku yang tak pernah memberikan kebahagiaan yang nyata kepada Seokjin dariku. Hanya Seokjin yang melakukannya sendiri. Ia selalu berjuang sendiri untuk kebahagiaanku. Namun, apa yang dia dapat dariku? Tak ada sama sekali.

Thomas Brodie-Sangster ImaginesМесто, где живут истории. Откройте их для себя