Cassanova : 1

118 22 16
                                    

Namaku Nalandrea Phoeme. Aku biasa dipanggil oleh orang-orang sekitarku dengan panggilan Nala. Seminggu yang lalu ayahku dipindahkan tugas dari Jakarta ke Bandung yang membuat aku dan ibu terpaksa harus ikut pindah ke Bandung. Suasana Bandung menurutku tidak jauh beda dengan Jakarta. Sama-sama macet dan hectic.

Omong-omong soal sekolah baruku. Tidak ada persoalan serius yang membuatku merasa tak nyaman atau sulit beradaptasi bahkan di hari pertamaku sekolah aku mempunyai teman namanya, Adel. Aku berbanding terbalik dengannya yang terkesan agak cerewet.

Hari Senin merupakan hari yang horror untuk murid sekolah seperti aku bukan. Beruntungnya, hari ini hujan dan aku yakin upacara tidak dilaksanakan. Aku turun dari bis sambil memayungi wajahku dengan tangan. Sialnya ternyata ramalan cuaca yang ku dengar sekilas dari salah satu stasiun tv melenceng dari kenyataan. Fakta menunjukkan bahwa hari ini tiba-tiba hujan gerimis.

Sekolahku tepat berada didepan halte pemberhentianku. Tidak ada cara untuk menuju gerbang sekolah selain menerobos hujan. Aku sudah siap dengan tas ranselku yang berada diatas kepala namun saat kakiku ingin melangkah seseorang tiba-tiba menginterupsiku.

"Permisi, mau pake jasa ojek payung?" Katanya sambil memayungiku.

Dia bertubuh tinggi, memiliki kulit kuning langsat dan memakai seragam sekolah. Dari sudut pandang mataku laki-laki ini mengambil kerja part time sebagai seorang ojek payung. Ya, karena aku merasa kasihan dan daripada mengambil resiko basah-basahan aku mengiyakan tawarannya. "Boleh, berapa?"

Dia tersenyum. "Gratis khusus cewe bening kaya kamu."

Aku tertawa. Bagaimana bisa sih laki-laki ini ngalus pada orang yang salah. Jujur aku memiliki selera humor yang rendah, jadi hal sepele apapun bisa menyebabkanku tertawa. Kemudian aku merogoh sakuku dan mengambil uang 10.000 dan menyodorkan kepada pria itu. "Nih, ambil aja. Tolong sampai gerbang sekolah ya, Ka." Pintaku.

"Sampai masuk kelas juga bakal gue anterin."

Tanpa ba-bi-bu laki-laki itu tiba-tiba merangkul bahuku agar mendekat hingga depan gerbang sekolah. Aku yang merasa risih karena banyak siswa lain yang memandangiku segera melepaskan tautan tangannya dari bahu. "Udah sampai sini aja, Ka."

"Loh gak mau sampai ke depan kelas?"

Aku menggeleng. "Gak usah, lagian koridor sekolah udah ada atap ngapain pake payung lagi."

Laki-laki itu menyengir sambil menggaruk pucuk kepalanya. Keliatan deh bodohnya.

"Yaudah, makasih ya Ka." Aku pamit hendak melangkahkan kakiku namun laki-laki itu menyahut.

"Panggil aja Lucas, gak usah pakai Ka soalnya gue seangkatan sama lo." Ucapnya sambil melirik badge kelas yang berada dilengan kananku, "Atau panggil kamu biar kaya orang pacaran juga gak papa."

Aku membulatkan mataku. Baru kali ini aku menemui laki-laki spesies laki-laki seperti dia. Walaupun di Jakarta juga banyak orang yang seperti dia tapi tak pernah ku temui langsung seperti ini.

"Ok, duluan ya bel udah bunyi."

Tepat sekali lonceng jam pertama berbunyi. Tidak ada waktu baginya lagi untuk melanjutkan percakapan basi itu. Sepenglihatanku bibirnya ingin mengeluarkan sepatah kata namun seketika aku gagalkan.

Karena aku pribadi sendiri juga tak mau banyak berbasa-basi lebih baik mengakhiri ini daripada dia mengeluarkan segala jurus ngalusnya. Bayangkan, laki-laki itu baru pertama kali mengenalku dan sudah berani merangkulku secara lancang. Seperti itulah kesan pertamaku pada lelaki bernama Lucas itu.

Adel duduk dibangkunya sambil melirik ke arah jam tangannya gelisah. Aku menjatuhkan tasku dibangku yang berada sampingnya, kemudian ia melirik ke arahku dan bersiap untuk berceloteh ria.

CassanovaWhere stories live. Discover now