Bab 01 Alergi Dingin!

32.4K 3.9K 126
                                    

Oceania Queen Dewi Samudera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oceania Queen Dewi Samudera. Itu memang namanya tapi dia lebih senang dipanggil Dewi. Lebih Indonesia kalau dia bilang kepada semua orang. Dewi kini mendesah dan menatap pria yang tengah duduk di depannya. Tepatnya sedang menatapnya dengan dingin.

Siapa lagi kalau bukan Satya. Pria yang dimintai tolong oleh Dewi. Dia memang sudah hampir putus asa saat tertinggal rombongan teman-temannya. Mereka ikut tour travel dengan ketiga temannya. Dewi salah satunya. Tapi sayang karena keterlambatan dia bangun akhirnya dia tertinggal dengan rombongan itu. Naik gondola dan tour ke beberapa kota lain di Italia setelah Venesia.

Dewi memang sedikit ceroboh. Saking paniknya dia juga kehilangan dompet yang berisi uang dan juga identitasnya. Untung saja paspor dan yang penting lainnya ada di dalam tasnya bukan di dompet yang jatuh ke dalam air itu.

"Enak. Ini seafood goreng ya kalau di Indonesia namanya Tempura."

Dewi mencoba mencairkan suasana. Karena sejak membawa ke restoran Ini, Satya tidak menyentuh makanannya maupun mengajaknya bicara. Pria itu hanya memesankan makanan untuknya. Dewi takut kalau pria itu memang tidak bisa bicara bahasa Indonesia dengan lancar. Dewi juga ragu kalau pria di depannya itu memang asli orang Indonesia.

Rambutnya saja berwarna coklat tua bukan hitam, hidungnya mancung, alis matanya tebal dan juga rahangnya kuat. Dewi begidik melihatnya. Dia tidak pernah membayangkan akan bertemu pria yang begitu....seperti replika patung Dewa Yunani.

"Aku pergi."

Tiba-tiba Satya beranjak dari duduknya. Membuat Dewi panik.

"Eh.. lah kenapa pergi?"

Satya kini menatapnya dengan kesal. Pria itu bahkan tidak repot-repot untuk menjelaskan kepada Dewi. Dia langsung berbalik dan meninggalkan Dewi begitu saja.

"Eh Mas..Tuan..."

Dewi bergegas berlari untuk menyusul Satya yang baru saja keluar dari pintu restoran. Langkahnya sungguh sangat cepat. Membuat Dewi terengah-engah saat berhasil menyusul.

"Mas.. tunggu."

Dewi mencoba menyentuh lengan Arkana tapi pria itu langsung mengibaskan tangannya lagi.

"Don't touch me!"

Satya menatapnya dengan galak. Membuat Dewi akhirnya beringsut menjauh. Dia paling tidak suka dengan pria-pria tipe begitu. Galak dan jutek. Akhirnya Dewi melangkah mundur secara teratur. Lalu membenarkan syal putih yang kini sudah melorot sepenuhnya. Membuat hidungnya memerah. Dia alergi terhadap dingin. Meski sudah dikatakan di Venesia sekarang sedang musim semi tapi dia memang tidak bisa beradaptasi dengan baik dengan udara selain di Indonesia. Kalau kata bundanya 'kamu itu emang gak bisa kemana-mana Cean. Asli Indonesia nduk, kulit kamu kulit pribumi.'

"Ok. Aku tidak akan touch-touch you lagi."

Dewi akhirnya mengatakan itu. Dia memang tidak ingin mendapatkan hardikan dari orang asing. Toh di sini dia juga sedang melarikan diri dari takdir hidupnya. Menikah dengan pria asing juga yang sudah dijodohkan kepadanya sejak lahir. Dia tidak mau karena pria yang dijodohkan dengannya juga tidak mau. Bahkan pria itu sudah lebih mempermalukannya. Karena setiap ada janji bertemu dengan kedua keluarga pria itu pasti tidak hadir. Hal itu membuat Dewi malu, dia seperti wanita menjijikkan bagi pria itu. Jadi Dewi bertekad di liburannya kali ini dia harus mendapatkan pria untuk dinikahinya. Selain pria yang sudah menjadi jodohnya sejak lahir itu.

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang