Prolog

57.1K 4K 110
                                    

Arkana membenarkan jaket jins yang dipakainya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arkana membenarkan jaket jins yang dipakainya. Menatap indahnya kota Venesia. Kota yang disebut kota air ini memang sudah lama menarik minatnya. Hanya saja dia baru sempat singgah di sini.

Padahal dia sendiri selama ini menuntut ilmu di Bocconi University.
Universitas yang berlokasi di Milan, Italia. Salah satu universitas terbaik program studi bisnis dan manajemen

Study nya yang panjang sudah berakhir. Dan beberapa minggu lagi dia sudah harus kembali ke Indonesia. Negaranya. Tempat tinggal kedua orang tuanya. Dan Arkana akan menghadapi takdirnya. Menikah dengan wanita yang dijodohkan kepadanya sejak masih kecil. Dan hal itulah yang membuat Arkana enggan untuk pulang. Dia membenci perjodohan itu. Sejak dia mengerti tentang hal itu, selalu saja dia mengelak. Tapi sepertinya dia memang harus kalah.

"Ehm mister..."

Arkana tersadar dari lamunannya. Seorang wanita tiba-tiba ada di sampingnya dan membuat Arkana mengernyitkan kening. Wanita itu memakai syal putih dan jaket tebal. Padahal ini bulan Mei. Dalam artian ini masih musim semi di Venesia. Cuaca hangat tidak dingin. Rambut wanita itu tak terlihat karena tertutup topi rajut yang membuat wajahnya makin terlihat mungil.

Arkana diam saja. Dia tidak terlalu bersimpati dengan seorang wanita. Terkecuali mami dan adiknya. Dua wanita yang sangat dijaga dan sayangnya.

"Ehm mister... where are you from? Do you speak English?"

Arkana kembali mengernyitkan keningnya semakin dalam. Menatap wanita yang benar-benar salah kostum di hadapannya. Apalagi ini masih siang.

Dia membalikkan tubuhnya. Berniat untuk meninggalkan wanita yang hampir tenggelam di balik syal putihnya itu. Yang terlihat hanya mata dan juga hidung mungilnya saja.

Tapi tangannya tiba-tiba di tarik oleh wanita itu. Membuat Arkana mengibaskannya dengan cepat. Membuat wanita itu hampir terjatuh. Arkana menggelengkan kepalanya. Tapi sempat mendengar umpatan wanita di depannya.

"Aduh. Sombong banget sih. Cuma mau nanya kok."

Dan hal itulah yang membuat Arkana langsung menatap wanita yang kini sedang membenarkan syalnya lagi. Tinggi wanita itu memang tidak lebih darinya. Tapi untuk seukuran wanita dia termasuk tinggi.

"Kamu ngomong apa barusan?"

Arkana melangkah maju dan kini menatap wanita itu lekat. Mata wanita itu membulat. Bibirnya yang terlihat dari syal yang melorot hampir terlihat membuka lalu menutup lagi.

"Waaa kamu dari Indonesia ya? Aiihh senangnya. Selamat aku."

Tiba-tiba wanita itu menggenggam jemari Arkana. Dan mengibas-kibaskan dengan cepat.

"Lepaskan!"
Arkana mencoba melepaskan genggaman tangan wanita itu.

"Aih sombong. Sama-sama makan nasi aja. Orang Indonesia kan?"

Wanita itu mencondongkan diri ke depan. Lalu menatap Arkana lekat.

Arkana hanya mengangkat alisnya.

"Maaf. Kita tidak kenal."

Dia sudah terlalu malas menanggapi orang asing. Tidak suka. Ini liburan terakhirnya di Venesia. Sebentar lagi dia akan pulang ke Indonesia. Dan tidak mau di ganggu oleh siapapun.

"Makanya kenalan. Aku Dewi."

Wanita itu mengulurkan tangan yang tampak memakai sarung tangan itu. Dan Arkana makin di buat bingung. Wanita di depannya ini memang benar-benar salah kostum.

"Aku tidak berniat berkenalan."

Arkana akhirnya melangkah mundur tapi wanita yang memperkenalkan diri dengan nama Dewi itu kini melangkah maju.

"Owh ok. Jadi langsung aja ya. Tolong in aku ya. Pingin naik gondola. Tapi aku udah ditinggal rombongan. Padahal kan naik gondola itu 80 euro. Dalam artian satu juta. Ya mana bisa aku bayar. Dompet ku aja ilang jatuh ke air. Jadi yang ada di kantong cuma 200 ribu rupiah. Mau dong temenin naik gondola. Tapi situ yang bayar. Ya ..ya...ya..."

Arkana makin dibuat kesal dengan celotehan wanita yang mengaku dari Indonesia itu.
"Sorry. Aku tidak berminat."

Arkana membalikkan tubuhnya. Membenarkan tas ranselnya dan kini melangkah lagi. Tapi tiba-tiba dia mendengar rintihan wanita itu.

"Aduuhhh...ahhh sakit."

Arkana menghela nafasnya. Kenapa harus hari ini dia bertemu dengan Wanita ini? Akhirnya Arkana membalikkan badannya. Lalu menatap wanita yang kini sudah bersimpuh di bawah. Dan memegang perutnya.

Arkana melangkah mendekatinya. Dan dengan malas membungkuk di depan Dewi.

"Sakit?"

Dewi mengangkat wajahnya dan tampak menganggukkan kepala.

"Lapar."

Arkana kembali menghela nafas. Hari ini rupanya hari sial untuknya.

Bersambung

Nah ini perjalanan Arkana ketemu ama Oceania ya.

Vote ment dan masukkan reading list ya

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang