Hijrah 06 (selesai)

1.5K 71 1
                                    

Laila tersenyum sambil merapikan khimarnya. Kemarin ia baru saja pulang dari Madura bertemu ibu dan adiknya serta mampir ke kuburan sang ayah.

Setelah memutuskan menutup aurat, Laila langsung berniat untuk pulang bertemu keluarganya.

Ibunya langsung menangis saat pertama kali melihatnya lagi. Apalagi ia sudah berhijab, ibunya bahagia.

Sang adik malah lebih bahagia lagi. Ia bahkan selalu menempel pada Laila tanpa canggung, padahal Latif anak lelaki. Laila senang adiknya sudah lebih sehat.

Seminggu kemarin adalah hal yang berharga. Mereka bertiga selalu bersama. Laila sangat bersyukur masih diberi kesempatan untuk berbaikan dengan ibu dan adiknya.

Sekitar satu jam lagi Laila akan berangkat ke kampus untuk pertama kalinya setelah berhijab. Ia pun belum bertemu Aini. Laila berharap semuanya lancar.

Laila sangat berterima kasih pada paman Aini. Semua lebih mudah karenanya.

Laila tersenyum melihat pesan Aini,

Kurrotul Aini

Masya Allah, aku nggak sabar lihat Laila yang berhijab

Anda

Haha. Nanti kita bertemu di kafe waktu itu yaa.

Laila menyiapkan barang yang akan dibawa ke kampus. Seperti biasa Laila menunggu jemputan online, namun kali ini ia lebih memilih taksi online.

Tak sampai setengah jam Laila sampai di kampusnya. Ia membayar tagihan pada supir lalu turun dari taksi.

Laila berjalan pelan sambil menunduk. Sebelum berhijab, ia bukan orang yang dikenal di kampusnya, Laila masuk kategori biasa saja.

Kampusnya juga kampus elite, jadi mahasiswi yang berhijab bisa dihitung jari. Kebanyakan yang berhijab menjadi dijauhi karena dianggap kurang gaul.

Bruuk!

Tanpa sengaja Laila menabrak seseorang karena terus melamun sambil menunduk ketika berjalan.

"Ya Allah, maaf," seru Laila sambil mendongak.

Orang yang ditabrak melihat Laila kaget. Laila merasa orang itu seperti baru saja melihat hantu.

"Laila?"

"Ehm, maaf Ben. Aku nggak sengaja," jelas Laila lalu menunduk lagi.

"Hahah, lo nolak gue dan jadi alim gini?" tanya Ben keras sambil tertawa. Mengundang perhatian mahasiswa yang lain.

"Ben," pinta Laila pelan. Ia tidak mau menjadi perhatian di awal berhijab. Ia ingin menyelesaikan sisa kuliahnya dengan damai.

"Gak nyesel gue!" Ben terus saja berteriak membuat Laila ingin menangis.

Laila melihat mahasiswa lain yang menontonnya dengan pandangan aneh. Mungkin mereka berpikir Laila bodoh dengan menolak Ben yang tampan.

"Maaf," bisik Laila pelan lalu langsung berlari meninggalkan Ben dan penontonnya.

Laila pergi ke toilet perempuan. Ia menangis pelan di dalam satu bilik. Laila ber-istigfar berulang kali. Menyebut nama Allah untuk menenangkan dirinya. Ini semua cobaan, Laila. Dan kamu harus yakin bisa melewatinya, batinnya menyemangati.

Sebelum ke luar dari bilik, samar-samar Laila mendengar obrolan dua orang.

"Gue yakin si Lalah itu bakal nyesel ninggalin Ben!" Mereka membicarakan dirinya? Bahkan namanya salah.

Hijrah Laila Where stories live. Discover now