Seleis ditarik secara paksa keluar dari tendanya oleh tiga orang pria bar-bar bertubuh kekar. Di lemparkan begitu saja ke atas tanah, di antara tumpukan mayat, bagian tubuh yang terpotong, dan genangan air sungai darah.
Mata coklat Seleis bertemu dengan sosok Ayahnya yang sudah tak berbentuk lagi. Hanya ada kepala dan dua pasang pupil melebar ketakutan. Tangisan Seleis terhenti seketika, semua kesedihan dan ketakutannya kini berubah menjadi amarah.
“ Kalian monster!! Brengsek kalian! Terkutuklah kalian semua! Hades akan menghancurkan seluruh keluarga kalian, meleburkan kalian semua dan melemparkan seluruh suku Aquates ke dalam lembah nerakanya yang terdalam!” jerit Seleis. Bangkit berdiri dari atas tanah dan berlari ke arah salah satu prajurit bar-bar berambut pirang.
Seleis menerjang prajurit tersebut, menghujamkan belatinya ke tenggorokan si pria kekar, lalu tanpa ampun Seleis merobeknya dalam satu gerakan ke atas.
Prajurit itu menjerit dalam cara paling mengerikan sebelum akhirnya jatuh ke tanah dan mati. Kawan-kawannya mengeram marah. Menarik tubuh Seleis secara kasar lalu membantingnya ke atas tanah.
“ Dasar pelacur jalanan!! Akan kuburai isi perutmu!!” teriak seorang pria tua yang merupakan Kepala Prajurit suku Aquates.
Pedang raksasanya terangkat di atas udara, siap dihujamkan ke arah Seleis. Dengan pasrah Seleis memejamkan matanya, di antara derai tangis, dia merasa mungkin ini yang terbaik. Setidaknya walaupun harus mati, dia sudah meninggalkan alasan bagus untuk di bunuh. Menghancurkan tenggorokan seorang musuh.
Seleis merasakan pergerakan di atas udara, menggigit bibirnya kuat-kuat, siap merasakan hujaman rasa sakit. Akan tetapi, setelah beberapa saat tak ada satupun yang terjadi.
Apakah rasa sakitnya terlalu hebat, hingga tidak terasa? Batin Seleis dalam hati.
Membuka kelopak mata, betapa terkejutnya Seleis kala di lihatnya pedang tersebut tidak jadi menyabet badannya karena sesuatu menahannya. Atau lebih tepatnya seseorang.
Tubuh tinggi, atletis berotot, kulit coklat keemasan sempurna, rambut pirang panjang mencapai leher dan di biarkan tergerai, rahang berlian yang mengeras dan meskipun wajahnya dipenuhi oleh bekas luka namun tak mengurangi ketampanannya sedikitpun.
Sepasang bola mata hijau berkilat merah oleh banyaknya darah yang telah di lihat oleh si pemilik retina. Seleis mengenalinya sebagai Alten the Wilder. Raja termuda sepanjang sejarah suku bangsa Aquates. Terkuat, terhebat, sekaligus terkejam.
Usianya baru 26 tahun, namun sudah mengkoleksi ribuan kepala musuh-musuhnya di dalam perkemahan pribadinya, di ujung pada selatan Atolia. Kini, sosok yang paling di takuti oleh para Jendral perang di sepanjang pesisi pantai selatan sedang memandang lurus, tepat ke dalam mata Seleis.
Jantung Seleis merasakan gelenyar sensasi aneh ketika Alten menatapnya seperti sekarang. Intens, dan terlalu susah untuk dilawan.
“ Dia milikku Garo! ” Alten mengeram. Tangannya merebut pedang sang pemimpin pasukan sekaligus tangan kanannya, mematahkan benda besi raksasa yang sudah menjagal entah berapa ratus kepala hari ini hanya memakai kedua tangannya.Lalu melemparkannya secara sembarangan.
ВЫ ЧИТАЕТЕ
SHADOW FROM DARKNESS
Любовные романы(19+) Merupakan kumpulan short story bergenre Paranormal Romance, Mythological Romance, Historical Romance dan Contemporary Romance. Terdapat banyak hal berunsur bacaan khusus di dalam kisah disini. Harap membaca peringatan sebel...