"Kan Shania udah gak ada apa-apa sama Mario." Shania menyingkir dari belakang pintu. "Suruh pulang aja, Mah."

"Enak banget kamu ngomong gitu." Larisa memukul pelan kepala Shania. "Yuk, basa-basi aja. Kalau ditanya iya iya aja, jangan lupa senyum."

"Kalau ditanya 'Shania masih sama Mario kan?' Shania jawab iya juga?,"

"Ya gak lah! Kamu kan udah sama Boby." Larisan mendorong Shania untuk masuk ke dalam kamar mandi. "Cuci muka terus ganti baju. Mamah tunggu dibawah."

"Iyaaa."

Larisa kembali turun kebawah. Shania kembali keluar dari kamar mandi saat mendengar langkah kaki mamahnya yang berjalan keluar dari kamarnya.

"Apa gue tampil jelek aja ya, biar keluarga Mario jadi gak suka." Shania menatap baju yang tadi diberi oleh Larisa. "Tapi, harga diri gue nanti hilang."

"Inget kata mamah 'tinggal iya iya terus senyum manis'."

Dengan cepat Shania merubah tampilannya yang awalnya hanya memakai baju tidur bergambar beruang, sekarang memakai blouse putih. Ia langsung menyusul mamahnya yang sedari tadi sudah berada dibawah, tak lupa ia juga membawa ponsel pintar miliknya.

"Halo, Om, Tante," sapa Shania dengan senyuman manisnya.

"Tambah cantik aja kamu, Shania." Shania hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada mamah Mario ketika dipuji. "Kok sekarang udah jarang ke rumah? Masih sama Mario kan?"

Shania memberi jeda untuk menjawab sembari berpikir. "Ah, Shania sama Mario udah gak ada apa-apa. Sekarang kita cuma temen aja."

Secara serentak pandangan Gunawan dan istrinya menatap anak laki-lakinya.

"Lho? Kapan kita putus Shania? Kita sebelumnya gak ada masalah apa-apa kan? Kamu kok ambil keputusan sendiri?," ujar Mario dengan tatapan sedih.

"Hah?" Terkejut dengan ucapan yang keluar dari mulut Mario, Shania sampai tidak bisa berkata apa-apa.

"Kalau kalian ada masalah selesain dengan kepala dingin ya, jangan sampai ada salah paham kayak tadi lagi," nasehat Gunawan tersenyum kepada Shania yang hanya bisa tersenyum.

Obrolan kembali terjadi dengan di dominasi oleh keluarga Gunawan, Shania mengalihkan pandangannya ke ponsel miliknya yang bergetar.

"Maaf, Om, Tante. Shania ijin kebelakang, ada telpon masuk," ujar Shania bangkit dari duduknya. Ia berjalan ke dapur yang letaknya tidak terlalu jauh dari ruang tamu.

Mas Boby

"Shania cantik disini,"

"Boby ganteng dihati Shania yang cantik. Apa kabar nih?,"

"Baik-baik saja kalau ketemu sama Boby ganteng." Shania terkekeh geli saat mendengar ucapan Boby dan saat ia membalas ucapan Boby yang sama-sama menggelikan.

"Sama, Boby juga lagi gak baik-baik aja karena belum ketemu sama Shania cantik,"

"Berarti kita jodoh nih kan sama terus,"

"Iya. Itu tandanya kita harus ketemu, agar supaya rindu ini tersalurkan,"

"Yuk, Boby ganteng kerumah Shania cantik ya,"

"Siap. Boby ganteng otw kerumah Shania cantik."

"Dasar, geli banget gue."

******

"Pak, Boby pergi dulu ya. Jangan bilang sama siapa pun kalau Boby tadi dateng kesini," ujar Boby keluar dari pos satpam dirumah Shania.

"Kenapa, Mas? Capek ya nunggu 1 jam disini? Yowes, Mas makan aja dulu sana nanti balik lagi kesini,"

[2] Missing You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang