You And The Sandglass

Mulai dari awal
                                    

"Lalu aku harus apa?"

Pertahanan Daehwi runtuh. Air mata yang mati-matian ia bendung kini luruh seketika. Kalimat terakhir Jinyoung benar-benar membuatnya terluka.

Tidak adakah sedikit rasa bahagia di hati lelaki itu? Bahkan tersenyum pun ia tidak. Bukankah ini kabar gembira? Bukankah ini yang selama ini menjadi tuntutannya? Lantas mengapa ketika Daehwi mampu mewujudkannya, dirinya malah acuh tak acuh?

Apa Jinyoung kecewa? Apa lelaki itu tidak lagi menginginkan anak?

"Kau yakin itu anakku?"

Dan pertanyaan Jinyoung sukses menyambar hatinya. Membuat emosinya memuncak.

"Jaga bicaramu Jinyoung. Kau pikir aku ini istri macam apa?"

Nada bicara Daehwi tak setenang dan sedatar sebelumnya. Air matanya kian menderas seiring dengan hadirnya isakan-isakan yang sejak tadi ia tahan. Sementara disisi lain Jinyoung masih mempertahankan ekpresi datarnya. Berusaha untuk tidak ikut terbawa emosi.

"Bagaimana caramu membuktikan kalau bayi yang ada diperutmu itu adalah anakku?"

Jinyoung masih gencar mengelak. Dirinya masih belum sepenuhnya mengerti dengan situasi. Meski hatinya kacau tak berbentuk, wajahnya masih mampu menyembunyikannya.

"Bae Jinyoung, kau gila! Kau yang melakukannya padaku dan kau memintaku membuktikan? Kau lah buktinya! Kau pikir aku ini istri macam apa? Kau bahkan selalu mengurungku disini bagaimana bisa aku melakukannya dengan lelaki lain?"

Daehwi tidak sanggup lagi. Pertahanannya luluh lantak. Dirinya bahkan tak sanggup lagi untuk sekedar berdiri.

"Bisa saja kau mengundang lelaki lain kesini."

Kali ini Jinyoung kelewatan.

"Aku tidak sekotor itu, Jinyoung. Kalau memang kau tidak menginginkan anak ini, biar aku yang membesarkannya sendiri."

Daehwi hendak beranjak menuju kamarnya ketika suara Jinyoung menginterupsi.

"Lahirkan anak itu, setelahnya kita lakulan tes DNA."

Daehwi menatap sendu punggung Jinyoung yang kini menjauh dari pandangannya. Dirinya tak mampu lagi berkata-kata.

'Apa mencintai sendirian memang semenyakitkan ini?'

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sembilan bulan setelahnya Daehwi melahirkan seorang anak perempuan yang sangat manis. Wajahnya benar-benar menyerupai Jinyoung. Pertama kali melihatnya, Daehwi bahkan tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis. Teringat akan perjuangannya sendiri membawa anaknya kedunia.

Sembilan bulan Daehwi mengandung, sembilan bulan itu pula Jinyoung dan Daehwi tidak pernah saling berbicara. Tepatnya setelah kejadian itu. Baik Jinyoung maupun Daehwi masih tinggal di apartemen yang sama. Meski begitu keduanya hampir tidak pernah bertemu. Jinyoung akan berangkat pagi-pagi sekali dan pulang larut malam. Sedangkan Daehwi akan bangun agak siang dan tidur cepat dimalam hari. Soal kamar, keduanya memang tidak pernah lagi sekamar sejak kejadian itu. Daehwi memutuskan untuk tidur di kamar tamu dan tak pernah kembali lagi ke kamarnya dan Jinyoung.

Selama kehamilannya, Daehwi begitu menderita. Di awal kehamilannya, sosok pria manis itu bahkan tidak bisa memenuhi keinginan anaknya. Dirinya terlalu malu jika meminta tolong pada Jinyoung. Ah, Jinyoung bahkan mungkin tidak akan mau menolongnya.

Saat usia kandungannya memasuki tujuh bulan, Daehwi semakin menderita. Dirinya sempat mengalami pendarahan akibat terjatuh dikamar mandi. Beruntung ia dan bayinya baik-baik saja meski harus istirahat total selama seminggu. Selama seminggu itu pula, Jinyoung benar-benar tidak pulang kerumah dengan alasan dinas luar negeri. Daehwi berusaha untuk tetap tidak peduli. Meski hatinya juga terluka. Tapi ia bisa apa?

Bae x LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang