Prolog

42 3 2
                                        


°°°

"Eh? Hujan ya? Aku nggak bawa payung nih.. Kamu bawa?"

"Nggak,"

"Yaudah, berteduh di sana dulu aja. Keburu deres!"

Kedua sahabat itu berjalan cepat menuju sebuah kafe.

"Jiaahh~ Lihat siapa yang datang!" Suara berat ini terdengar tak asing di telinga dua gadis itu.

Mereka menoleh mencari asal suara. Sekumpulan cowok menatap ke arah mereka.

"Ah elah... Ketemu ni anak lagi," Hanaa mendengus, memutar bola matanya.

Benar dugaan mereka, namanya Khai. Salah satu anggota dari gengster yang paling terkenal di sekolah, geng Maybs. Dia bukan ketuanya, tapi bisa dibilang... Dia salah satu yang paling berpengaruh dalam bertarung. Jadi, dia sangat terkenal.

Cowok tampan dan jago berantem. Jago main basket. Jarang serius kalo ngomong. Pinter, dan berbagai keunggulan lainnya. Baik banget sama orang lain, tapi kalau sampai kesal.. Lebih mengerikan dari cewek pms.

"Hei! bersyukurlah ketemu, sekalinya nggak bertemu, rindu loh..." Khai meringis.

"Makin akur aja nih kalian," Izui tersenyum menggelengkan kepala.

Izui, teman dekat Khai dan Juna sejak SD. Lebih pendiam dan serius kalau dibandingkan dengan Khai dan Juna, tapi bukan berarti nggak suka bercanda.

Banyak yang menyukainya karna ketampanan wajahnya yang mirip boyband korea,dan tentunya, karna sikap pendiamnya juga.

Hanaa acuh tak acuh, berjalan menarik gadis di sebelahnya agar menjauh dari kerumunan gengster itu.

" Mik, pesenin minuman anget gih!"

"Nyuruh-nyuruh aja kerjaannya!"

"Makasih, terserah minum apaan. Oh iya, pake duit Mika dulu ya. Makasih,"

"Hei, aku sama sekali belum bilang iya!"

"Sekali lagi makasih ya Mik,"

Mika mendengus kesal, temannya yang satu ini memang selalu begitu. Dan selalu saja dia tak bisa menolaknya.

"Nih!" Mika menyodorkan secangkir kopi panas,

"Nggak usah diganti kan, Mik? Anggep traktiran ya,"

Mika tidak merespon. Sebelah tangannya menahan dagu, tatapannya menuju arah tempat gengster berkumpul.

"Liatin apaan sih?" Hanaa mengikuti sorotan mata Mika. Tapi tak juga menemukan sesuatu yang tepat.

"Woi!" Hanaa menepuk pundak Mika.

Mika sadar dengan lamunannya, menoleh pada Hanaa.

"Kenapa sih, Han?"

"Lagi liatin apa sih?"

"Hanaa..."

"Eh? Ada apa?"

Mika tersenyum penuh arti.

'Kok Suasananya jadi aneh gini ya?'

"Kayaknya... Temanmu ini lagi jatuh cinta deh,"

'Lagi? Astaga,'

"Masa'? Sama siapa? Ayo cerita!"

'Kapan aku bakalan berhenti akting kayak gini?'

"Jangan sekarang lah... Besok aja, kan libur."

"Iya deh," Hanaa menyeruput kopi panasnya.

Hujan mulai mereda, cuaca di luar cerah... Perlahan pelangi muncul di balik kapas putih di langit. Indah, namun hanya muncul sesaat.

"Pulang yuk, udah reda nih,"

Mika dan Hanaa keluar dari kafe.

"Hei, kalian! Hati-hati di jalan ya! " Khai melambai.

"Jaga diri kalian.." Izui menambahkan.

Hanaa dan Mika tersenyum.

***

"Mana sih? Katanya, tungguin di sini.. Udah lewat lima belas menit nih."

Hanaa duduk di sebuah kursi taman sambil melihat sekitar.

"Hanaa!" Dari kejauhan Mika melambaikan tangan.

"Huh!" Hanaa bangkit. "Lama banget, jangan suka ngaret deh!"

"Sorry-sorry... Cuma lima belas menit Hanaa.."

"Yaudah," Hanaa kembali duduk.

"Hanaa.." Mika ikut duduk.

"Ya?"

"Kamu, pernah jatuh cinta?"

°°°
~TBC~

-Lie-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang