《10》Pergi dari Rumah

572 290 267
                                    

Apapun yang terjadi, lu harus selalu ada di samping mereka -Boy

**********************************

AUTHOR'S POV

Citra dan Boy terpaksa berjalan kaki dan mereka masih tidak tahu kemana mereka akan pergi. Saat mereka sedang merasa lelah berjalan kaki, mereka akan singgah duduk dahulu di bangku taman.

"Citra? Lebih baik lo balik lagi ke rumah lo," suruh Boy.

"Gue gak mau, Boy," tolak Citra. "Keputusan gue udah bulat." Citra masih bertahan dengan pilihannya.

"Lo jangan ngambil keputusan yang bisa ngerugiin orang-orang di sekitar lo," ucap Boy yang berusaha mengubah keputusan yang sudah dibuat oleh Citra.

"Udahlah, Boy," pasrah Citra.

"Citra? Pikirin Ibu dan adik lo. Kalau mereka dikasarin sama Ayah lo lagi gimana? Mereka pasti tersiksa." Citra masih tidak bergeming.

"Selama ada gue di dunia ini, gue jamin Ibu dan adik gue bakal baik-baik aja." Citra meyakini dirinya sendiri dan Boy merasa bahwa yang dikatakan Citra itu sangatlah tidak masuk di akal.

"Gimana lo bisa yakin? Lo aja udah pergi dari rumah," cibir Boy yang membuat Citra menjadi menangis tersedu-sedu. Citra menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Citra malu jika Boy tahu bahwa Citra juga bisa menangis. Dan Citra juga malu kalau nanti Boy menganggapnya sebagai perempuan yang cengeng hanya masalah yang seperti ini.

"Eh, maaf. Lo nangis, ya?" tanya Boy sambil memegang kedua tangan Citra. Boy pun menyenderkan kepala Citra di dadanya untuk menenangkan perempuan yang ada di sebelahnya saat ini. "Maafin gue, Cit," ucap Boy.

"Hmm, kita duduk di bangku taman itu, yuk!" ajak Boy. Citra menurutinya sambil menempelkan tangannya ke wajahnya yang saat ini masih menangis.

Citra dan Boy pun segera pergi menuju bangku taman tersebut dan duduk disana. Saat mereka duduk, Citra masih sedih sama kejadian yang baru saja terjadi.

"Udah, jangan nangis, dong!" Citra masih diam duduk di bangku taman. Boy pun langsung menarik tangan Citra yang masih menempel di wajahnya.

Kali ini, wajah Citra sudah dibanjiri air mata. Citra juga tidak mengira kalau malam ini adalah malam yang sangat dramatis baginya. Menurutnya, moment ini adalah moment dramatis yang terkesan menjijikkan. Tetapi, di sisi lain moment ini justru membuat isi kepala Citra menjadi sangat terpuruk.

"Gue gak suka lihat lo nangis kayak gini," ujar Boy. Citra melirik ke arah Boy.

"Gimana gue gak sedih, Boy? Lo liat aja sendiri keluarga gue kayak apa tadi," kesal Citra.

"Salah satu solusi untuk masalah ini adalah lo harus kuat dan selalu ada disamping Ibu dan adik lo, Cit," ucap Boy memberi solusi kepada Citra.

"A-apa maksud lo?" tanya Citra yang masih menangis sesenggukan.

Boy memegang pundak Citra dan menatap mata Citra dengan serius. "Jangan pernah lo biarin mereka menghadapi masalah sendiri. Apapun yang terjadi, lo harus selalu ada disamping mereka."

"Apa lo yakin kalau gue bakal kuat ngejalanin ini semua dengan seratus persen?" tanya Citra sambil memalingkan dan mengusap wajahnya.

"Yes, kenapa tidak?" Boy tersenyum.

Agar Citra lebih enakan dan tidak tambah sedih lagi, Boy berencana membelikan Citra es krim di seberang taman.

"Lo mau kemana?" tanya Citra yang tiba-tiba menggenggam tangan Boy.

"Lo tunggu aja disini." Boy melepaskan genggaman Citra dan berlari ke penjual es krim yang ada diseberang sana.

Beberapa detik kemudian, Boy pun berlari ke arah Citra dengan membawa dua es krim rasa cokelat.

"Ini, buat lo." Boy memberikan es krim kepada Citra.

"Buat gue?" tanya Citra.

"Iya. Masa buat bangku taman," canda Boy. Citra langsung tertawa kecil.

"Ini bukan unsur modus, kan?" Citra balik bertanya lagi.

"Ya, gak lah," bantah Boy. Citra pun mengangguk kepala, tanda mengejek Boy.

Citra langsung mengambil es krim tersebut dari tangan Boy. "Makasih. Lagian, malam-malam gini ngapain juga lo beliin gue es krim?" tanya Citra yang membuat Boy memiringkan senyumannya.

"Biar mood lo lebih tenang," ucap Boy singkat. Citra melirik Boy sepersekian detik.

"Hmm." Citra sempat tersenyum singkat. "Ada-ada aja. Tapi, makasih juga karena lo udah nemenin gue di waktu gue lagi sedih kayak begini," ucap Citra.

"Sama-sama," jawab Boy, "Jangan pernah buat gue khawatir lagi!" sambung Boy.

"Khawatir kenapa?" tanya Citra bingung.

"Khawatir kalau lo nangis lagi." Citra langsung terdiam. "Es krimnya enak, gak?" tanya Boy dan Citra pun mengangguk seperti biasa.

"Baguslah," ucap Boy, "Kenapa sih daritadi kalau gue tanyain, lo selalu aja ngangguk. Hmm....,"

"Gimana gak ngangguk dan diam terus kalau sekarang lo ngebuat hati gue ikutan meleleh juga kayak es krim rasa cokelat ini," ucap Citra dalam hati sambil menikmati es krimnya tepat disebelah Boy.

Saat melihat Citra menikmati es krimnya, Boy merasa kalau dia sudah cukup untuk menenangkan Citra dalam situasi seperti ini.

Terkadang, ia berpikir kenapa nasib kehidupannya sama dengan nasib kehidupannya Citra. Tetapi, di sisi lain, Boy berusaha untuk tidak terlalu peduli akan hal itu.

Yang penting, yang diinginkan Boy saat ini adalah selalu menjalani kehidupan dengan ditemani oleh Citra, disampingnya.

~BERSAMBUNG~


BONUS PICTURE :

CITRA AND BOY◾

◾CITRA AND BOY◾

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Love Is My Brother✔ [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang