21

539 127 13
                                    

Ini hari terakhir, setelah dokter yang bertanggung jawab atas Laluna selama tiga hari ini memperbolehkan ia pulang. Laluna berceloteh riang, kaki telanjangnya menjuntai bebas dari kasur rawat. Aku hanya menggumam, menjawab seadanya perkataan Laluna sembari meringkas semua keperluannya selama disini.

Pintu diketuk tiga kali dengan sopan, sebelum pria yang kukenali sebagai Raka memasuki ruangan. Laluna berbinar, ia menyapa riang dan bertanya apa pesta balon akan diadakan lagi dilain waktu.

"Akan selalu ada pesta kecil disini, temanya yang akan terus berubah" jawab Raka, tersenyum pada Laluna. Tangannya mengulurkan sebuah paper bag untuk Laluna, dan aku dalam diam mengamati mereka berdua.

"Hadiah kecil untukmu" Raka berkata, setelah tangan Laluna menyambut paper bag itu. Aku beralih menatap Raka, berusaha bertanya hanya dengan tatapan.

"Saya dengar, hari ini Laluna akan pulang" jawab Raka, matanya sekilas melirik papan informasi yang tertera di batas kasur. Aku masih enggan mengatakan apapun, memilih memperhatikan Laluna yang mengeluarkan isi dari paper bag itu.

Sebuah buku, cukup tebal berwarna hijau lumut. Didepannya tertera judul yang kurasa pernah di dengungkan laluna sebelumnya.

"Ini.." Laluna sedikit tercekat, mengelus perlahan permukaan buku hijau lumut itu, "Cetakan pertama dari seri terakhir novel fantasi itu" mata Laluna buru-buru menatap pada Raka yang masih tersenyum ramah.

"Aku kebetulan menemukannya saat mencari hadiah yang cocok, kau suka?"

Laluna mengangguk semangat, mengucapkan terimakasih dengan binar bahagia dan memeluk buku itu erat.

"Terimakasih" Aku berkata, menoleh padanya sedikit. Raka memperhatikanku dengan ekspresi ramah, kemudian mengangguk pelan.

Raka kemudian pamit, kehidupan sebagai mahasiswa koas bukanlah kehidupan dimana waktu adalah milikmu namun kaulah yang dimiliki waktu itu.

Aku memperhatikan kembali Laluna yang telah mulai di lembar-lembar pertama buku yang baru dihadiahkan untuknya.

Tanganku terulur menutup buku itu, membawa atensi Laluna kembali padaku. "Bacanya nanti saat kita dirumah, okay?"

Laluna mengangguk, membiarkan aku membawa buku itu ke dalam tas lalu beralih memesan transportasi online menuju rumah kami. Mobilku masih terparkir rapi di garasi rumah kami sejak Laluna dilarikan ke rumah sakit beberapa hari yang lalu. Keadaan yang lebih melelahkan dari biasanya ini membuatku mengandalkan bantuan dari transportasi online.

Tepat sedetik sebelum aku memesan transportasi online itu, kamar rawat Laluna kembali di kunjungi. Ah, dua beagle itu.

Mereka tersenyum cerah, satu untuk Laluna yang tengah bertatapan dengan Yoel sementara satu lagi dari Elka untukku yang duduk tak jauh dari Laluna.

"Ayo, kami akan mengantarkan kalian pulang" ucap Elka yang dengan segera menghadirkan kernyitan di keningku.

"Kalian tidak bekerja?" aku bertanya heran, aku memang telah meminta izin hari ini untuk mengurusi kepulangan Laluna. Tapi kedua beagle ini? ah, ini bukanlah jam makan siang dan pemikiran bahwa kedua orang di dalam timku ini sedang berusaha memboloskan diri menghampiriku.

Yoel mendekat, mengambil tas yang telah kurapikan tadi. "Pak Habibie meminta kami membantumu hari ini" jawab pria jangkung itu, aku semakin terheran namun tak berusaha mengajukan pertanyaan lainnya.

"Beliau sangat mengkhawatirkanmu, kenapa menolak izin libur yang diberikannya?" tanya Elka dalam bisik, aku berlalu meminta Laluna memakai mantelnya lalu mengajaknya keluar mengekori langkah Yoel.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 20 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LalunaWhere stories live. Discover now