Part 20

2.9K 262 16
                                    

Jongin sangat menyukai kulit Krystal yang sehalus sutra, kencang, dan hangat di bawah sentuhan jarinya. Dan sensitif, tepat di bagian dalam pahanya. Ia merasakan Krystal gemetar ketika tangannya merayap semakin ke bawah dan mulai membelai bagian tubuhnya yang sensitif. Desahan parau keluar dari bibir Krystal ketika ia melanjutkan eksplorasinya. Dengan hati-hati ia mengangkat gaun tidur itu dan melepasnya melalui kepala lalu menjatuhkannya di atas karpet, kemudian menciumi Krystal dengan penuh gairah.

Ketika Jongin melepaskan ciumannya, Krystal hanya mampu menatapnya. Ia seperti terbawa dalam badai emosi yang begitu kuat dan membingungkan, membuat wanita itu tak mampu bersuara. Dengan gairah yang menggebu Jongin menangkup bokong Krystal dan merenggangkan kakinya, lalu mengangkat tubuh wanita itu merapat ke tubuhnya.

"Kupikir...."

"Jangan," sahut Jonggin dengan suara serak. Ia membenamkan bibirnya di pangkal leher Krystal, merasakan denyut sensitif di bagian itu, kemudian tangannya merayap ke punggung dan menagkup tengkuknya, serta mengusap bibirnya dengan sangat perlahan.

Rayuan itu begitu menghilangkan akal sehatnya, dan Krystal berkata pada dirinya sendiri bahwa ia sekarang tidak peduli. Karena memang inilah yang ia inginkan, hanyut dalam pesona cumbuan Jongin. satu malam, satu malam ini aja. apa ia salah jika ia begitu mengginginkan pria ini?

Jongin mengangkat wajahnya, dan Krystal menyembunyikan wajahnya di pangkal leher Jongin. ia takut pria itu bisa membaca wajahnya ketika dia melangkah menuju kamar tidur. Kamar tidur Jongin, yang saat ini di sinari cahaya bulan dari dinding kaca yang tembus pandang, menyinari perabotan dan tempat tidur besar, tempat ia di baringkan saat ini, sebelum pria itu menyusul berbaring di sampingnya.

"Jongin..."

Jongin menempelkan satu jarinya di tengah bibir bawah Krystal, lalu mengusapnya dengan lembut.

"Aku ingin memberimu kenikmatan," kata Jongin lembut. Bibir Krystal bergetar saat pria itu mengusapkan bibirnya ke permukaan payudaranya, dan mengulum puncaknya dengan lembut. Rasa hangat menjalar di sekujur tubuh Krystal saat Jongin bergerak ke bawah, dan matanya mulai berkaca-kaca ketika pria itu menciumi perut, pinggang, dan bagian bawah tubuhnya dengan penuh cinta.

Usapan lidah pria itu membuat sekujur tubuh Krystal seolah terbakar, melayang semakin tinggi, sampai akhirnya bergetar saat kenikmatan melingkupi dirinya. tubunhya lembab dan membara saat Krystal meraih Jongin, menjauhkan tangannya, dan mulai menciumi tubuh Jongin dengan lembut. hal itu mampu membuat pria itu mengeratkan giginya menahan erangan.

Hanya ada satu cara untuk mengakhirinya ketika Krystal nyaris membuat Jongin menghancurkan pertahanannya, lalu pasrah ketika Jongin mulai menyatukan tubuh mereka dengan lembut. Lama setelah itu, cahaya di dalam kamar tidur mulai terang, bersamaan dengan tibanya fajar. sebentar lagi matahari akan terbit dan pelan-pelan membanjiri segalanya dengan cahaya aneka warna. seluruh kota akan terbangun dan memulai aktivitasnya.

Pelupuk mata Jongin mulai berat ketika Krystal menenggelamkan kepalanya di  bahunya dan mulai tertidur. Hari sudah siang ketika Krystal terbangun. Ia menggeliat sedikit, seperti seekor kucing, dan tanpa sengaja kakinya bergesekan dengan sesosok kaki yang keras dan berotot. Untuk sejenak ia terpaku, lalu dalam sekejap ingatannya kembali pulih. tepat saat ia menoleh, ia bertatapan dengan mata Jongin yang berkilau.

"Tidurmu nyenyak."

Krystal membuka mulut untuk berkata kalau ia selalu tidur nyenyak setelah bercinta, tapi ia mengurungkan niatnya. Jongin mengangkat sebelah tangannya dan mengusap pipi Krystal. Ujung-ujung bibirnya melengkung membentuk senyuman hangat yang sensual.

"Apa yang kita lalukan tadi sangat indah."

"seks yang luar biasa," sahut Krystal sambil menelan ludahnya, lalu melihat sorot mata Jongin yang berubah muram.

"Kurasa lebih dari itu. jauh lebih dalam."

Ingin rasanya Krytal menyetujui ucapan itu, tapi egonya mampu mengalahkan segalanya. "Aku mau mandi." Ia harus bersikap biasa-biassa saja, karena kalau tidak ia akan mengatakan sesuatu yang konyol dan tidak sesuai rencananya. Tapi ternyata hal itu sama sekali tidak berhasil. Denyut nadi di pangkal lehernya yang berpacu dengan cepat bisa membongkar rahasia hatinya yang ia tutup rapat-rapat, di tambah lagi dengan napasnya yang mulai memburu.

Dalam jarak sedekat ini ia bukan tandingan pria itu. Kim Jongin terlalu menawan. kejadian semalam masih terbayang jelas dalam ingatannya. dan sampai saat ini ia masih merasakan pengaruh cumbuan posesif pria itu. Yang lebih parah, sebagian dirinya ingin mengulangi hal itu lagi. Gila, pikirnya.

Jongin sudah ribuan kali melihatnya telanjang, bahkan lebih jika Krystal mau menghitungnya. Jadi mengapa ia tiba-tiba merasa malu untuk turun dari tempat tidur dan kabur ke kamar mandi? Oh, rasa minder sialan, meskipun akhirnya ia melakukannya juga.

Ia memutar kran lalu berdiri di bawah shower, sambil tangannya meraih botol sabun. Ia memekik kaget ketika Jongin masuk kedalam dan mengambil sabun dari tangannya.

"Sana pergi," semburnya galak ketika Jongin mulai menyabuni lengannya.

"Tidak akan."

Krystal mendorong dada Jongin dengan kedua telapak tangannya tetapi sia-sia, karena Jongin tidak tergoyahkan.

"Jongin..."Suaranya tertahan di tenggorokan sewaktu pria itu mulai menyabuni payudaranya. Mata pria itu menyipit tajam saat Krystal menyentakkan tubuhnya. Jongin tertegun dan menatap mata Krystal yang gelisah.

"Semalam...."

"Kita cuma berhubungan seks, tapi bukan berarti masalahnya sudah selesai."

Jongin terpaku mendengar jawaban Krystal, eksprei wajahnya sama sekali tidak terbaca.

"Kau menyebut kebersamaan kita itu hanya......hubungan seks?"

"Aku sedang tidak ingin membicarakannya."

"Menghindari membicarakan masalah itu justru tidak akan penah menyeleaikan masalah," Jongin memperingatan. Krystal menggelengkan kepalanya membalas tatapan pria itu. Otot rahang Jongin terlihat menegang. "Baiklah anggap saja itu fakta yang sebenarnya."

Krystal berbalik memunggunginya. "Kalau kau tidak keberatan, aku lebih suka mandi sendirian."

Tangan yang kuat itu menangkap bahunya dan memutar tubuhnya menghadap Jongin. "Dan kalau aku keberatan?"

"Sayang sekali." amarah membuat mata Krystal berkilat.

 Jongin mencium bibirnya, dengan keras dan menuntut. Krystal mengepalkan sebelah tangannya dan meninju badan Jongin sekenanya. namun kemudian ia memekik karena Jongin menangkap tangannya dan memuntirnya ke balik punggung, lalu menyatukannya dengan tangannya yang lain. Jongin dengan sangat mudah menakhlukkannya, mematahkan setiap perlawannya sewaktu tangan pria itu merayap ke tengkuknya, memiringkan kepalanya, dan menggunakan rahangnya untuk memaksa Krystal membuka bibir.

Krystal mengeluarkan suara, setengah mengerang, setengah mengiba, dan setelah beberapa detik yang terasa sangat lama Jongin melepaskan ciumannya. Krystal tidak mampu untuk berkata-kata. Bibir dan lidahnya seperti kebas akibat serangan Jongin tadi, sementara pria itu melepaskannya seraya mengerang jijik pada dirinya endiri.

Mata Krystal berkaca-kaca, dan ia mengerjap berkali-kali agar air matanya tidak sampai menetes. Jemari yang kokoh menangkup dagunya, memaksanya menghadap pria itu, dan ia memejamkan mata untuk menyembunyikan kepedihan hatinya atas pemaksaan pria itu. Jongin mengumpat yang tidak terdengar dengan jelas, dan Krystal menegang ketika pria itu mengusap bibirnya yang membengkak.

"Pergilah," gumam Jongin pelan,  "sebelum aku melakukan atau mengucapkan sesuatu yang akan ku sesali,"



 semoga nggak dosa publish begini di bulan puasa.

The Marriage ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang