Ini Salahku

21 3 1
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

📌📌📌

ْ وَلَا تَقْتُلُوْۤا اَنْـفُسَكُمْ ؕ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ
بِكُمْ رَحِيْمًا

"Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu."
(QS. An-Nisa': Ayat 29)

***

Plakk.

Satu tamparan mendarat tepat dipipi kanan kakakku. Aku merasa tidak tega melihatnya. Akupun merasakan apa yang mungkin kakak rasakan. Aku hanya menggelengkan kepala sambil menangis, sedangkan kakakku hanya tersenyum mengejek ke arah papa, seakan tidak ada rasa sakit sama sekali ketika papa menampar dan memukulnya.

"Keterlaluan kamu!"seru papaku menggebu- nggebu.

"Ini bukan papa!"Batinku.

Selama 15 tahun aku hidup, aku tidak pernah melihat papaku yang seperti itu. Dan kakakku? Aku tidak menyangka, seseorang yang selalu anggun dan sopan dalam bertutur kata, menjadi wanita yang tak pernah aku duga.

"Kamu kira dengan minum minunan seperti itu, kamu bisa jadi hebat hah?!" tanyanya tepat didepan wajah kakakku.

Aku hanya diam, tubuhku serasa tak bertenaga. Kakiku tak kuat lagi untuk menompang badanku. Hingga akhirnya aku terduduk lemas melihat kakakku terjatuh pingsan.

"Kamu benar-benar memalukan mama papamu Liana, kurang apa kami?"itu suara mamaku.

Ya, kakakku bernama Liana Larasati. Dia masih duduk di bangku SMA. Tetapi karena pergaulannya kakakku menjadi perempuan yang tidak tahu malu, tidak bisa diatur, dan selalu membangkang perkataan papa dan mama.

Terkadang aku merasa rindu saat-saat dahulu, saat dimana sosok kakakku bersikap anggun, lembut dan pengertian. Namun sekarang semua seakan berubah, tidak ada kak Liana yang dulu lagi.

Papa dan mama meninggalkan kakakku yang terkapar begitu saja di ruang depan. Aku yang tidak tega melihatnya akhirnya mendekat ke arah kakakku. Ku goncangkan badan kakakku berniat untuk membangunkannya. Tetapi usahaku percuma saja, kakak masih setia memejamkan matanya.

Sekali lagi aku goncangkan badan kakakku, tetapi sama saja.

Ketika aku mencoba mengangkatnya, kakak menampar pipi kananku dengan keras. Aku tak tahu apa salahku, aku pun tidak pernah mengganggu kakakku.
Bahkan kakak selalu menyayangiku begitu tulus. Tetapi apa yang kakakku lakukan ini membuat aku kecewa dengan kakakku.

Dengan sempoyongan kakakku berusaha bangkit dan mendekatiku.

"Hai cantik,"ucap kakakku parau dengan senyum yang membuatku bergidik ngeri.
Tangannya menangkup wajahku.

"Apa kamu sudah bahagia? Apa kamu senang melihatku diperlakukan layaknya sampah?"

"Apa maksud kakak?" ucapku karena aku tidak mengetahui apa yang dibicarakan kakaku.

"Gak usah sok bodoh lo!"serunya dengan menampar pipiku.

"Lo dateng cuma buat hidup gue menderita bodoh!" lanjutnya sembari mendorong tubuhku hingga terbentur cukup kuat.

Aku menangis sesegukan, berharap papa dan mama membantuku sekarang juga.

Bughh!

"Oh Allah! Sakit sekali." batinku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 31, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The fate of my lifeWhere stories live. Discover now