13. Twenty Four Seven

17.4K 1.2K 77
                                    

Pagi ini dimulai dengan mood Paras yang sedikit rusak, karena tumpukan materi presentasi yang harus ia siapkan untuk jam delapan nanti. Belum lagi dengan Juki yang terhitung sudah tiga hari semenjak kejadian pepper spray itu, ia belum juga menampakkan batang hidungnya hingga kini. Yang artinya ia akan lembur lagi malam ini. Dan entah barang apalagi yang akan diberikan si Bos, setelah pepper spray, stun gun, dan alat perintilan lainnya. "Dibawa, buat jaga-jaga." pesan si Bos malam itu. Setelah itu ia ngeloyor pergi meninggalkan Paras yang masih mematung ditempat.

Gendheng! Boro basa-basi nawarin gue pulang, yang ada nyiksa gue terus!

Memang tidak ada yang diharapkan Paras kepada Bos nya itu. Setidaknya dia tanggungjawab karna sudah bikin gue pulang tengah malem belakangan ini. Malahan yang ada - "Saya minta Monthly report yang lima bulan lalu, bawa keruangan saya setengah jam lagi." padahal jam saat itu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Sakit jiwa! Yang satu belum kelar, sudah di tiban berlembar-lembar. Belum pernah dilempar kali yaa. Oke, sebut saja gue karyawan durhaka karna sudah memakinya, dan sepertinya akan terus berlanjut. Sebelum si kejam itu menampakkan dirinya dan benar-benar merusak hari ini. Biarlah gue melepaskan aura negatif yang bersemayam di tubuh ini.

"Heh! Kenapa sih lo, masih pagi muka udah demek gitu?" sapa Alifya yang baru sampai di lantai ruangan kerjanya.

Ia hanya memasang wajah cemberutnya, nampak enggan menjawab, "Makan dulu gih, gue bawa banyak nih." sambil menyodorkan kotak bekal miliknya.

"Mau selesaiin ini dulu mbak, bisa kena semprot lagi gue kalo gak sesuai." ucap Paras pasrah. Ia ingin pekerjaannya selesai sebelum Bos-nya menampakkan wujudnya di gedung ini.

"Jangan ikutan sakit kaya Juki, makin sepi aja nih kantor kalo nggak ada lo." kata Alifya menasehati.

"Gue jadi curiga, emang si juki beneran sakitnya, mbak?" tanya Paras melirik Alifya yang tengah melahap sandwich di tangannya.

"Seharusnya yang dicurigain itu lo! Akhir-akhir ini, gue perhatiin tumben-tumbennya lo lembur. Jangan-jangan lo ada affair ya sama anak sini, biar radarnya nggak kecium sama kita-kita??" selidik Alifya sambil menyudutkan Paras.

"Eh mana ada ya! Kalau bukan karena si Bos sedeng yang ngasih kerjaan mendadak di jam rawan, mana mau gue lama-lama disini." ucap Paras tak mau kalah dengan raut kesal.

Belum lagi alasannya itu loh yang bikin gedeg! "Saya nggak mau punya karyawan yang kerjanya malas-malasan." "Kerjaan Juki siapa yang handle?!" "Apa salahnya kamu kerjain?!" "Inikan juga tugas kamu!" "Kenapa?! Enggak mampu? Sini biar saya yang kerjain!" ngomongnya itu loh, dahinya harus pakai mengkerut tiga lapis. Belum lagi nadanya yang sudah naik oktaf, kaya pengen nelen orang.

Heran sih, kenapa perempuan seantreo ruangan ini a.k.a Kartika and the geng -anak divisi sebelah- begitu menggilai Bos yang tidak berperi kepegawaian ini? Gue rela di mutasi ke devisi lain atau ke cabang lain asal bisa jauh-jauh dari penampakkan si bos rese yang nyebelin itu. Selamanya kalo perlu.

"Yee biasa aja kali, nggak usah sewot gitu." kata Alifya sambil menjawil dagu milik Paras.

"Yaa abisnya..."

Terdengar langkah kaki menggema seisi ruangan. Mungkin Sang Bos kini mulai memasuki lantai ruangannya. Alifya bergegas mengambil langkah lebar menuju kubikelnya, menjalankan kamuflase terbaik pernah ada.

"Kenapa mukanya pada tegang gitu? Habis gosipin gue?" tanya Pria itu sambil melipat kedua tangannya lalu bersandar pada sisi kubikel miliknya.

"Bangke, gue kira si Bos." maki Alifya, ia tidak bisa menyembunyikan raut keterkejutannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BOSS-AN PAK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang