Ketujuh

9.7K 1.1K 19
                                    

Happy reading :)

***

Matanya mencari sosok alex dibalik rak-rak besar, Paras menemukan sosok keberadaan yang dicarinya. Mejanya dipenuhi buku-buku tebal dan sebuah laptop didepannya.

"Acara keluarganya sudah selesai?" langkahnya terhenti saat orang didepannya berbicara.

Apa dia bilang?

"Saya batalin pak." jawab Paras kesal.

Matanya melirik arloji ditangannya.
"Telat lima menit. Temui Bu Tiwi dan berikan dokumen ini sekarang." perintahnya sambil menyodorkan map biru didepan Paras.

Apa apaan ini?!

"Hah?" suara Paras tercengat, hampir tak terdengar oleh siapa pun. Paras menatap Alex tak percaya dengan ucapannya barusan.

Alex masih berkutik dengan laptop di depannya. Paras jengah, menatap tak suka kepada Alex. Matanya seolah berkata maksud bapak apa sih?!

Bayangan didepannya belum juga pergi. Merasa diperhatikan, aktivitasnya terhenti lalu tangannya mengusap mata yang mulai memerah karna paparan didepannya. Kepalanya mendongak ke arah Paras yang masih terpaku didepannya.

"Ngapain masih disini? Kamu tidak dengar apa yang saya bilang barusan?"

"Dengar ko Pak." jawab Paras cepat.

"Ada yang salah sama muka saya? Kenapa memandang saya seperti itu?"

Manik keduanya bertemu. Mata abu-abu itu memandang dalam kearah Paras. Buru-buru Paras mengalihkan pandangannya. Ada sesuatu yang aneh mengalir dalam tubuh Paras. Paras yakin ada yang salah dalam dirinya.

Tak mau berlama-lama Paras menyambar map biru didepannya, segera meninggalkan ruangan terkutuk itu. Tidak. Bukan ruangannya, yakni orang didalamnya.
.
.

Deru langkah kaki yang beradu dengan lantai terdengar keras, bunyi sepatu menggema sepanjang lorong koridor yang mulai sepi.

Map itu kini sudah berpindah tangan, menandakan telah sampai pada pemiliknya. Paras segera menghampiri Alex yang masih dengan posisi awalnya.

"Map-nya sudah saya berikan Bu Tiwi pak." lapor Paras.

"Bagus. Mana revisi yang saya minta kemarin?" tanya Alex, matanya tak sedetikpun menoleh ke arah lawan bicaranya.

Paras menyerahkan lembaran revisi skripsinya kepada Alex. Alex nampak membalik lembaran-lembaran itu. Entah dibaca atau tidak. Lalu tangannya meraih pulpen merahnya kemudian membubuhkan parafnya diujung lembar halaman.

Paras memperhatikan apa yang dilakukan Alex kepada kertasnya. Tidak ada percakapan antara keduanya, detak jam bersama suara balikan kertas yang mendominasi ruang sore itu. Paras yang bosan kemudian memainkan ponselnya, berharap ada sesuatu yang menarik perhatiannya didalam benda mini itu.
Alex menyerahkan kembali kertas revisi dari tangannya. Kertas itu tergeletak dihadapan Paras, sepersekian detik matanya memandang wajah Paras.

"Semua sudah bagus, sekarang kamu boleh pulang." komentar Alex dengan muka yang tenang.

"Baik pak, Terima kasih atas waktunya. Saya permisi" balas Paras dengan tersenyum sopan. Kemudian meninggalkan Alex diruang itu.

Paras tak menduga bimbingan sore itu berakhir dengan cepat. Lega dan bersyukur. Tidak ada soal atau tugas atau semacamnya yang harus Paras kerjakan seperti bimbingan sebelumnya.

Meskipun didalam hatinya masih terselinap rasa kesal. Karena pertama, Alex mengancam tidak akan menjadi pembimbingnya lagi jika Paras tidak datang sore itu. Kedua, ia seenaknya menyuruh Paras memberikan map yang menurut Paras ia bisa melakukannya sendiri.

Dia pikir gue cungpretnya apa?! Sabar Paras.. Sabar..

Seperti biasa jalanan terlihat padat pada sore hari. Kendaraan roda empat dan dua mendominasi jalanan, tak mau kalah pedagang kaki lima yang sudah membuka dagangannya dipinggiran jalan. Kini Paras berjalan menyusuri trotoar sambil menikmati pemandangan senja diatasnya.

Banyak anak jalanan yang masih menjajakan dagangannya atau sekedar memainkan gitar mengunjingi satu persatu warung makan disisi jalan, seakan tak lelah mencapai hari.

Paras bersyukur, nasibnya tidak seperti anak-anak jalan yang rela meninggalkan masa anak-anaknya demi membantu orang tuanya mencari rezeki.

Disinilah Paras berada, dipersimpangan halte yang mulai padat. Matanya memperhatikan lalu lalang kendaraan yang melintas. Irama klakson terdengar bersautan disepanjang jalan. Orang yang tak sabaran.

Matanya terhenti saat vixion hitam berhenti didepannya. Mata sang pemilik itu menoleh ke arahnya.

"Parasayu, kamu ngapain disitu?" tanya orang didepannya.

.
.
.
.

Jeng jeng jeng
Sudah update yaa
-HAYP-

BOSS-AN PAK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang