BBM IM 18

5.1K 192 36
                                    

Tanpamu Aku Bukan Apa-apa

Dua cowok itu masih betah berduaan, mungkin karena keduanya mengalami hal yang sama. Sama-sama patah dalam satu waktu.

"Apa yang bakal lo lakuin, Shak?" tanya Riko tanpa menoleh pada lelaki di sampingnya.

"Gue bakal mempertahankan Nasya gimanapun caranya. Lo?" tanya Shakti balik, situasinya lebih tenang dari kemarin.

"Gue bakal cari pengganti, biar gue tetep nikah minggu ini," jawab Riko yang mantap atas keputusannya.

"Caranya?" tanya Shakti bingung, bagaimana Riko akan mendapatkan wanita dalam waktu kurang dari seminggu.

"Gue ada cewek yang sempet gue suka Shak. Namanya Tiara, dia anggota medis di Militer gue," jawab Riko tersenyum, tidak bisa menyembunyikan kelegaannya dengan solusi yang dia dapay.

"Syukur deh, kalo lo punya jalan keluar Rik. Gue doain lo jadi nikah minggu ini. Meski bukan sama cewek gadungan itu," sinis Shakti mengingat Cika yang keterlaluan.

Riko lah yang terpaksa, harusnya dia yang melarikan diri—tapi yang terjadi malah sebaliknya. Riko hanya tidak tau alasan Cika pergi.

Gadis itu pergi karena tidak mau menikah dengan pria yang bahkan tidak mencintainya. Bahkan sikap dingin Riko membuat Cika muak. Gadis lesung pipi itu merasa sudah sabar selama ini. Namun, Riko seolah tidak pernah menghargai cintanya yang tulus.

"Gue doain Nasya berubah pikiran dan balik ke lo lagi, Shak. Gue nggak bisa bayangin, lo hidup tanpa dia … dia hidup tanpa lo, gue nggak bisa bayangin itu," ucap Riko merasa ngeri.

"Lo aja nggak sanggup bayanginnya. Gimana gue yang jalanin? Sama sekali nggak terlintas sekalipun di kepala gue hidup tanpa Nasya. Cita-cita gue sejak SMA hidup dengan Nasya tanpa berpikir akan ada perpisahan," ucap Shakti lalu memejamkan mata, menikmati angin yang menerpa wajahnya.

Kini Shakti berada di rumah Riko, dan mereka sedang berada di halaman belakang rumah lelaki Militer itu.

"Rik, gue pulang dulu, ya," pamit Shakti tiba-tiba memakai sepatunya kembali.

"Lo yakin?" tanya Riko berpikir Shakti akan menginap.

"Iya, gue yakin. Gue cabut, ya." Shakti langsung berlari pergi, mengendarai motornya.

Aku tau, pulang ke rumah tanpa melihat kamu di rumah sama seperti mencabut hati aku sendiri Sa. Batin Shakti di balik helmnya. Matanya selalu ingin menangis, tapi dia selalu mencoba tertawa, menertawakan dirinya yang begitu malang.

Shakti langsung mematikan mesin motornya di depan rumah megah Basupati. Melihat rumahnya sendiri saja seperti melihat wajah Nasya. Semua terlihat wajah wanita itu, bayangannya tidak akan mudah di hilangkan dari rumah ini, seperti jejak yang tidak dapat dihapus.
Kenapa rasanya sangat merindukan Nasya, berharap gadis itu akan menyambutnya, lalu memeluknya dengan gembira. Sesuatu yang Mustahil.

Shakti melangkahkan kakinya ke dalam rumah, begitu sepi tanpa teriakan Nasya. Kakinya berjalan menaiki tangga, hendak ke kamar. Namun, baru melihat pintu kamar miliknya dengan Nasya, membuat ulu hatinya tersakiti. Kebiasan Shakti dan Nasya sedang bercanda di kamar itu, merebutkan jenis kelamin calon buah hati mereka, sekarang? Sunyi sepi seperti hati sang pemilik kamar.

Shakti kembali turun dari lantai atas, tidak sanggup jika masuk ke kamar tanpa melihat kehadiran istri di sana.

Kali ini Shakti kembali pergi dari rumah, tetapi kali ini dia mengendarai mobilnya. Sambil terus mengendarai mobil Shakti beberapa kali memukul setir mobilnya meluapkan emosi.

Bad Boy Manja Is Mine (END)Where stories live. Discover now