Awal?

8 1 0
                                    

     Aku gak tahu harus mulai menceritakan ini dari mana. Awalnya darimana.
Dari aku mulai bertemu denganmu? Atau dari mulai aku kehilanganmu?
Tapi, ku rasa tepat dari sinilah semua berawal...

     Pagi itu, aku hanya bisa diam. Sambil memandangi amplop besar yang bertuliskan 'SMA Negeri 12 Bogor'. Disana tertera juga nama lengkapku dan asal sekolahku. Ya, itu adalah amplop yang berisikan keterangan apakah aku diterima di sekolah tersebut atau tidak.
"Ya Allah, semoga isinya diterima deh. Jangan sampe Nata gak diterima di Dua Belas tapi malah diterima di Delapan. Kan Kak Toby udah punya pacar disana. Buat apa juga masuk sana, da nantinya cuma lihat Kak Toby dan pacarnya asik bermesraan." ucap ku sambil harap-harap cemas.

     Ketika pengumuman Nilai UN pas smp, aku gak peduli sama sekali berapa nilaiku apakah tinggi atau sempurna. Yang penting nilai aku cukup untuk bisa masuk dan satu sekolah sama Kak Toby, cowok manis kumis tipis yang menjadi 'kakak-kakak an' ku saat itu. Saat itu di pikiranku  hanya ada Kak Toby, gak ada yang lain. Dia bersekolah di SMA Negeri 8. Yang sebenernya reputasinya tidak sebagus sekolah yang lain. Ditambah lagi aku berasal dari SMP negeri yang yaaa bisa dibilang impian orang-orang, terutama orang tua yang menginginkan anaknya untuk masuk sana.

Ya ya ya. Aku tahu. Pasti kalian berfikir kayak 'Bukankah terlalu sayang untuk masuk SMA yang biasa-biasa saja demi seorang yang kamu sukai? Yah elah, cuma kakak-kakan an doang. Padahal kamu berasal dari SMP yang bagus. Sayang tahu. Emang gak bakal nyesel apa? '
HAHAHAHA YA ENGGAK LAH. Demi Kak Toby, apapun ku lakukan.


Tapi, semua berubah ketika Kak Toby memasang nama 'Annissa' di status BBM-nya.

"Eh eh bentar deh. Eh, sumpah dong? Kak Toby punya pacar? Ya Allah. Ah ah enggak enggak, Nata cuma salah lihat. Eh bentar. Bener deng ada nama Annissa-nya. Yahhhh Gimana dong gimanaaaaaaa?!!!! Aduh, udah masukkin formulir ke Delapan lagi, bentar bentar.Kira-kira masih bisa gak ya mindahin formulir ke sekolah yang lain. Haduhhh. Ck." Dumelku. 

"Apa sih Teh apa? Ngedumel wae. Apa yang mau dipindah teh apa?" Tanya Bunda.
Ngomong ngomong, aku dirumah emang dipanggil 'Teteh' (panggilan untuk perempuan muda gitu deh. Kayak aku, hahaha.)
"Hehehe. Enggak kok bun. Ini apa tuh hm apa yaaa.. hm itu... hm duhhh" jawab ku terbata-bata.
"Apa sih? Coba ngomong yang bener deh. Gak suka ah Bunda kamu ngomongnya gak jelas dan gak bener gitu. Gimana Bunda mau tahu kalau kamunya aja ngomongnya gitu." Omel Bunda.
"Hm. Ini bun aku mau mindahin formulir pendaftaran, dari Delapan ke Dua Belas. Kira-kira bisa gak ya bun?" Tanyaku.
"Lah, kenapa emang? Bukannya kamu emang mau masuk ke Delapan kan dari kemarin. Kenapa tiba tiba mau pindah?" Tanya Bunda heran.
"Itu bun. Hm aku gak mau terlalu deket dari rumah sekolahnya. Aku baru sadar, semakin dekat dengan rumah nanti aku semakin malas bangun pagi, soalnya kan deket hehehe. Mau coba yang lebih jauh. Lagian kan Dua Belas lebih bagus dari Delapan." Ngeles aja dulu kan ye.
"Ohh, Yaudah atuh gak usah dipindah. Tapi kamu masukkan formulir ke Dua Belas. Jadikan Dua Belas pilihan pertama, nah yang Delapannya jadikan pilihan kedua. Ribet ribet amat." Jelas Bunda sambil menyeruput kopinya.
"Oh iya ya! Oke deh siap. Makasih Bundaku thayankkkkkkkk. Sarannya bagus banget sih. Jadi bangga sama Bunda. " Ucap ku sambil mencium pipinya seraya pergi menuju kamar.
"Ah Nata, nanaonan sih. Bunda lagi minum kopi juga". Protes Bunda.








Dan kalian tahu apa? Ketika aku pegang Amplopnya........ Ku sobek bagian atasnya... Ku ambil isinya..... Ternyata...... Isinya..... Menyatakan.... Bahwa...... Sesungguhnya.... Diriku.... Telah....












DITERIMA!!!!!! DI DUA BELAS!!!! HAHAHAHAHHAAAHAHA. Yes.
Bye Kak Toby. Sekarang, aku bakal lupain kakak dan aku bakal cari 'kakak' yang lain.

ZwartWhere stories live. Discover now