do they miss me too?

3.3K 408 286
                                    

◜                     ◝- - ◂ ❚ ♫ ❚ ▸ - -mocca • teman sejati◟                     ◞

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

◜                     ◝
- - ◂ ❚ ♫ ❚ ▸ - -
mocca • teman sejati
◟                     ◞


Patio kecil yang berada di tengah-tengah rumah itu lengang meskipun ada dua insan yang tengah bersantai di sana—duduk di masing-masing kursi malas dengan masker di wajah. Hari ini memang hari Minggu. Agenda mereka berdua tak jauh dari berleha-leha, seperti bermaskeran sambil menikmati langit kelam berkabut tipis. Ada dua cangkir teh di antara mereka, di atas meja bulat mungil, bertemankan semangkuk camilan favorit keduanya; potongan dadu mangga yang dicampur dengan yoghurt.

"Bi, lo nggak ada rencana buka bersama apa? Bulan puasa udah setengah jalan tapi lo di rumah aja." Talitha yang sibuk memainkan ponselnya memulai pembicaraan malam itu.

"Ada, lusa ini."

"Satu doang?"

Tabitha mengangguk malas. "Ya, sebenarnya banyak sih yang ngadain, cuma gue nggak ikut. Males aja ikut bukber sama orang yang nggak deket-deket banget. Palingan gue diem doang."

Talitha menghela napas. "Andai gue bisa kayak lo, ya, mungkin duit gue nggak akan sampe limit begini. Ini aja gue masih ada dua bukber lagi. Tapi gimana lagi, dong, rasanya nggak enak buat nggak ikut. Lagi pula, I can't miss the fun!"

"Gila," tanggap Tabitha bernada horror. "Dua bukber lagi? Bukannya lo udah bukber empat kali kemarin? Lo ikut komunitas apa aja, sih? Sampe selusin sendiri bukbernya."

Talitha terbahak. "Kemarin itu ... bukber kelas, ekskul ada dua, sama temen-temen deket gue waktu kelas delapan. Besok ini gue sama temen gue kelas sembilan, terus satunya kelas lagi, cuma wali kelas ikut."

Mendengar itu, Tabitha mendecak sambil menggeleng-gelengkan kepala. Dirinya memang kontras sekali apabila disandingkan dengan sang kembaran. Hanya wajah mereka yang sama. Preferensi model rambut mereka saja  kentara berbeda, apalagi sifat. Talitha lebih menyukai rambut panjang, sementara Tabitha lebih merasa cocok dengan rambut sebahu. Talitha seperti warna kuning, Tabitha lebih kepada abu-abu. Beruntung mereka sama-sama mempunyai toleransi dan rasa sayang yang tinggi buat satu sama lain. Mereka bisa saling mengoreksi dan saling menerima kemudian.

"Memangnya temen SMP nggak ada yang ngajak bukber, gitu? Lo 'kan dulu deket sama Ratih, Fafa, sama siapa tuh ... Ghana?"

"Dulu."

"Kalian nggak pernah kontakan lagi?"

"Hm, jarang?"

Talitha terdiam. Ia menyingkirkan ponselnya dan menatap kembarannya dari samping. Mata Tabitha terpejam. Namun, Talitha tahu pikiran gadis itu tidak pernah setenang wajahnya yang terlihat. Tabitha selalu punya pemikiran yang tidak pernah hinggap di kepala Talitha sebelumnya.

"You know, I'm not good at keeping relationship with people," ujar Tabitha. "Beda sama lo, Tal. Mungkin, gue terlihat sering jalan sama beberapa orang di sekolah, tapi, saat kami akhirnya berpisah, ya udah. Seakan-akan gue dan mereka cuma saling menemani supaya nggak sendirian aja. Sekadar teman main."

tegur sapaWhere stories live. Discover now