Reason - 1/1

23 2 3
                                    

Asap mengepul, mengaburkan refleksi seorang gadis yang berjalan cepat di trotoar. Gadis itu amat bersyukur. Saat ini. Setidaknya, macet di hari Jum'at yang amat terik ini sedikit berguna untuk mengurangi kesialannya. Debu yang berterbangan lengkap dengan asap kendaraan sana-sini membuat bayangan tubuhnya tak terlalu kentara.

Ia menoleh ke belakang. Matanya membeliak. Astaga! Orang itu masih mengejarnya. Sekuat tenaga ia mempercepat langkah kakinya yang ia akui, lumayan jenjang, tetapi tetap dengan riak wajah tenang, agar tak ada yang tahu bahwa ia sedang panik.

Ah, tampaknya ia lupa memperkenalkan diri? Namanya Nadine Adiba, ber-sekolah di SMAN 01 Bekasi. Kalau kalian mengira si Nadine ini anak famous yang rambutnya di ombre dan ber-pakaian pas badan, kalian salah besar! Rok abu yang dikenakannya longgar, sebatas mata kaki, dan berjenis rample. Baju yang dikenakan anak dari salah seorang anggota dewan ini juga longgar, putih cemerlang dan panjangnya sampai ke pergelangan tangan. Dan yang paling mencengangkan, kepala cantiknya ini tertutup jilbab yang saat ini mengibar, dengan ukuran cukup membuat anak famous di sekolahnya teriak, 'Demi apa? 65 cm!?', Nadine yakin akan hal itu.

Nadine makin mempercepat gerakannya, terlebih kini ia sudah terbebas dari jalan raya yang sumpek dan penuh asap. Saat ini ia sudah memasuki tikungan pertama dari tiga tikungan yang harus dilewatinya menuju istana yang dirindukannya, kediaman Arzis Dito, sang papa tercinta.

Namun naas, tenaga perempuan selalu kalah dari tenaga pria, kan? Itu yang diakuinya saat ini. Secepat apapun langkahnya, Gifarkhan pasti bisa mencekalnya.

"Nadine! Jangan kayak anak kecil!" hardiknya murka.

Nadine menutup kedua matanya, kemudian udara disekitar hidung bangirnya segera melesak masuk ke dalam paru-paru yang dimiliki gadis berdarah Malang-Jogja itu, karena ia menarik napasnya dalam guna menyirami otaknya agar tetap dingin dan juga agar keputusannya tak goyah.

Gadis cantik itu membuka matanya perlahan dan menyentak tangan kekar milik Gifarkhan. Lalu menghardik dengan sama murkanya,

"Kamu yang kayak anak kecil! Setau aku, Gifarkhan itu cepet nangkep otaknya! Kamu ngerti gak sih, arti kata putus? Putus, Khan! Putus!"

Napasnya terengah, tangannya mengepal hingga memutih. Matanya meliar mencari objek tepat sebagai pelampiasan perasaan yang bercokol di dadanya. Nadine tahu ia egois. Nadine tahu ia salah. Tapi bagaimana bisa ia berkata tenang dengan seseorang yang harus dicintainya dalam diam dan hanya boleh diceritakannya pada Allah?

Gifarkhan melemas. Bumi seakan berhenti berevolusi terhadap matahari. Lelaki berparas tampan itu akhirnya hanya mampu menelan kenyataan pahit. Tatapnya sendu mengetuk jeruji pertahanan hati kecil Nadine. Tapi Nadine sudah tak peduli, biarlah pedih menemaninya kini asalkan kebahagiaan menantinya di masa yang akan ia lalui.

"Tapi kenapa, Nad?" lirih remaja lelaki itu tak bergeser sedikitpun dari tempat ia menghardik keras tadi.

Gifarkhan putus asa, ingin rasanya ia berteriak pada gadis di hadapannya ini yang teramat ia sayangi. Tapi Gifarkhan cukup waras untuk tak membuat sang pemilik hati semakin menjauh-menarik diri.

Kalau masih ada waktu untuk me-reka ulang kejadian lalu, maka akan dilakukannya. Sabtu sore lalu, ia masih berjalan bersisian dengan gadis pujaan hatinya itu sambil bergandengan tangan, memasuki area toko buku diiringi obrolan ringan yang mengasyikkan. Bahkan, ia masih sempat mengecup dahi milik perempuan yang disayanginya itu. Tapi, mengapa? Mengapa semuanya berubah dalam satu hari? Ada apa dengan anak bungsu kesayangan Arzis Dito ini?

Bahkan, astaga! Penampilannya.. sungguh luar biasa berbeda. Nadine Adiba yang dikenalinya adalah Nadine yang suka memakai ripped jeans, mencintai segala yang berhubungan dengan oppa-oppa dari negeri Ginseng, senang memakai sweater rajut dengan warna pastel dan hal lain yang akhirnya Gifarkhan sukai dari gadis itu. Tapi sekarang? Yang dilihat dan dikejarnya adalah seorang gadis dengan seragam serba lebar dan longgar dengan wajah replika sempurna gadis yang amat dikasihinya, ah bukan replika, Gifarkhan Aidil Arda, dia memang Nadine Adiba, sang mantan tercinta.

ReasonWhere stories live. Discover now