***

Aroma khas ramyeon instan menyeruak begitu ia membuka pintu ruangan, sepertinya ada seseorang yang kelaparan tengah malam. Dengan tenang, Changkyun membawa langkahnya menuju dapur, membersihkan mug di tangan kirinya yang tadi ia gunakan.

Jooheon.

Lelaki berperawakan lebih besar darinya itu menggerakkan tubuhnya mengikuti beat lagu yang ia nyanyikan sendiri.

Konser solo di depan panci ramyeon, eh?

Changkyun terkekeh dalam hati. Ini pemandangan langka, jadi biarkan ia menikmatinya. Setidaknya setelah Jooheon menyelesaikan urusannya. Changkyun tidak ingin berada terlalu dekat dengan lelaki berlesung pipit itu, ia tidak ingin mati muda karena jantungnya yang berdetak lebih cepat.

Changkyun memang membenci Jooheon, tetapi ia hanya membenci perlakuan Jooheon padanya. Bukan pada lelaki bernama lengkap Lee Jooheon. Katakan Changkyun bodoh, tapi ia selalu memiliki pengecualian untuk Jooheon.

"Kau sedang mengintip?"

Pertanyaan bernada dingin itu mengusik lamunan Changkyun. Ia menggaruk belakang kepalanya kikuk, sedikit canggung karena tertangkap basah sedang memandangi Jooheon.

"Mencuci gelas," ucap Changkyun akhirnya, mengacungkan mug yang sedari tadi dipegangnya.

Jooheon mengikuti pergerakan tangan Changkyun yang kini mengangkat mug berwarna maroon itu tinggi-tinggi. Jooheon menggeser tubuhnya, memberikan ruang di dekat wastafle untuk Changkyun mencuci gelasnya.

"Sekalian dengan ini!"

"Astaga! Ya!" Changkyun mundur beberapa langkah saat Jooheon melempar logam kuning yang masih mengepul itu ke dalam cekungan metal di hadapannya.

"Jangan berteriak padaku!" bentak Jooheon.

"Tapi kau hampir melukai tanganku!" balas Changkyun dengan nada tak kalah tinggi. Moodnya sedang tidak baik dan Jooheon memancingnya. Padahal beberapa menit lalu, Changkyun baru saja mengungkapkan perasaannya pada Jooheon secara tidak langsung.

Jooheon melirik sekilas ke arah wastafle, kepulan asap sisa rebusan mie masih terlihat. "Aku tak peduli!" ucapnya tak acuh. Meninggalkan Changkyun yang kini menatapnya tak percaya, ia lapar dan harus segera tidur karena esok mereka memiliki jadwal yang padat.

Changkyun mendengus sebal. Ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya sebelum Jooheon menambahnya dengan mangkuk dan sumpit yang saat ini sedang ia gunakan. Changkyun bukan asisten rumah tangga, jadi ia tidak sudi jika harus membereskan kekacauan yang orang lain buat.

Changkyun melihat Minhyuk menggeliat tidak nyaman, mungkin ia sedikit terganggu dengan cahaya yang masuk saat pintu terbuka.

Changkyun memanjat dengan hati-hati, tidak ingin membangunkan singa betina yang sedang tertidur. Meski Minhyuk tidak segalak Kihyun, tapi mulutnya lebih pedas saat berbicara, terlebih Minhyuk selalu mengatakannya dengan wajah sumringah dan tanpa dosa. Changkyun hanya bisa membalasnya sesekali, saat yaja time—dan dengan kamera menyala tentunya. Jika tidak, Changkyun lebih memilih diam dan membiarkan Minhyuk atau yang lainnya berbicara sesuka hati.

'Mengalah lebih baik.' Itu prinsip Changkyun.

"Sudahlah, sebaiknya kau segera tidur sebelum Monster Lebah itu masuk dan kembali menjahilimu." gumam Changkyun pada dirinya sendiri. Ia mencoba mencari posisi nyaman sebelum memejamkan mata, menyelipkan sedikit doa barangkali Tuhan mendengar, agar jadwalnya besok berjalan lancar.

***

Pekatnya langit tak mampu menghentikan aktivitas yang memang harus segera diselesaikan. Rasa lelah menggigit tak terelakkan.

IGNORED [JOOKYUN] COMPLETE  ✔✔Where stories live. Discover now